Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ojek
Suka
Favorit
Bagikan
4. Bagian 4

INT. BENGKEL — SIANG

Montir sedang menutup bagian depan motor. Arifin berada didepannya, memperhatikannya.

Ia mencoba menggoyangkannya, tidak ada apapun yang terjadi kepada motor itu. Arifin dan Montir saling melihat, sempurna.

Arifin berjalan keluar bengkel, sedangkan montir menurunkan motor dan memeriksanya sekali lagi.

EXT. JALAN - BERGERAK — SIANG

Arifin berada diatas motor, kali ini ia mengendarai sepeda motor yang berbeda dengan ketika kita melihat ia pertama kali.

Arifin dengan wajah tenang dan datar, melihat sekelilingnya dengan kaca spion motornya, motornya menembus lalulintas, mendahului kendaraan didepannya.

Kemudian, ia berbelok memasuki sebuah parkiran mall.

EXT. TEMPAT PARKIR - MALL — SIANG

Arifin turun dari motornya, melepaskan helmnya dan meletakkannya di motor, ia memasukkan STNK dan kunci motor ke dalam tempat penyimpanan motor.

Ia berjalan tenang menjauhi motornya, dan berjalan kearah deretan motor-motor yang teparkir di sisi lain parkiran.

Ia berhenti di sebuah motor yang berbeda dari sebelumnya. Diatas motor itu, ada helm ojek online yang sama seperti di motor sebelumnya.

Ia mendekati motor itu, memeriksa tempat penyimpanan, ia mengambil STNK dan Kunci Motor itu, memakai helm dan menghidupkan motornya.

Ia pergi dari situ.

EXT. DEPAN DEALER MOTOR — SORE

Hidayat turun dari mobilnya, ia berjalan masuk ke Dealer itu, di belakangnya, ada Agus dan Toni.

INT. RUANG KERJA - DEALER MOTOR — SORE

Hidayat duduk di depan Surya, sedangkan Agus dan Toni berdiri di belakang Hidayat.

Pintu terbuka, Montir datang dengan nampan berisi kopi, ia meletakkan didepan Surya dan Hidayat, kemudian ia berlalu pergi, keluar ruangan.

Surya mempersilahkan Hidayat minum, bersamaan dengan ia mencoba kopi itu, Hidayat hanya diam, tidak menyentuh kopi itu.

SURYA LUKITO

Jadi ada apa, sampai AKBP Hidayat Pratama datang ke tempat saya.

Ada jeda di antara mereka.

HIDAYAT PRATAMA

Saya dengar dari Agus tentang masalah harga...

Surya mengerti apa yang mereka bicarakan, ia membetulkan posisi duduknya.

SURYA LUKITO

Itu... hanya kesalahpahaman. Bos tidak kasih tahu saya, jadi saya bayar dengan harga yang lama, saya tidak tahu tentang harga yang baru.

HIDAYAT PRATAMA

Saya di kasih tahu komandan harga sudah naik. Itu berlaku untuk seterusnya.

Surya membuka laci meja kerjanya, ia mengambil amplop cokelat dan meletakkannya didepan Hidayat.

SURYA LUKITO

Kesalahapahaman kita sudah selesai sekarang.

Agus mengambil uang di atas meja, kemudian kembali ke tempatnya.

HIDAYAT PRATAMA

Iya... saya harap tidak ada masalah lagi.

SURYA LUKITO

Jadi gimana kabar Jenderal kita Komandan?

HIDAYAT PRATAMA

Jenderal baik, seperti biasa. Saya dengar kamu jarang ke lapas.

SURYA LUKITO

Saya sibuk, Komandan lihat sendiri. Bos di lapas, jadi saya harus urus semua.

HIDAYAT PRATAMA

Saya ada kenalan di Lapas, Hartono bisa keluar kapan saja kalau dia mau, dia bisa cek keadaan. Biar hal ini tidak terjadi lagi.

Ada jeda di antara mereka.

SURYA LUKITO

Makasih, tapi kita tahu ada biaya tambahan untuk itu. Akan jadi masalah kalau ketahuan. Polisi akan lepas tangan untuk masalah ini, yang akan dikejar adalah orang-orang Lapas.

Ada jeda di antara mereka, lama sekali.

HIDAYAT PRATAMA

Apapun keputusan kalian, saya hargai. Usaha kalian lancar, itu bagus, untung untuk kalian. Saya permisi dulu, ada kerjaan. Saya harap jangan ada kesalahpahaman lagi, jangan.

SURYA LUKITO

Ini yang saya suka dari Komandan. Sikap Komandan yang selalu konsisten.

Ada jeda di antara mereka.

SURYA LUKITO

Sikap Komandan yang seperti orang luar.

HIDAYAT PRATAMA

Saya memang bukan bagian dari ini.

SURYA LUKITO

Kamu bagian dari ini, kamu hanya menolaknya.

Hidayat terpancing, begitu juga Surya, mereka saling melihat, dingin. Dua orang dengan tipe yang sama-sama. Jangan macam-macam dengan orang seperti mereka.

Hidayat membetulkan posisi duduknya.

SURYA LUKITO

Kamu menganggap kamu berbeda dari semua, menganggap kami memerlukan kalian. Ingat, bukan kami yang mendatangi kalian.

HIDAYAT PRATAMA

Apa kamu mengancam saya?

SURYA LUKITO

Tidak, saya tidak ingin mengancam siapapun. Saya hanya mengatakan apa yang jadi pendapat saya.

HIDAYAT PRATAMA

Lebih baik kamu simpan pendapat kamu untuk diri kamu sendiri. Jangan dikeluarkan.

SURYA LUKITO

Apa yang kamu bisa beli dari gaji kamu sebagai Polisi, Hidayat?
(menunggu jawaban Hidayat)
Dengan hidup kamu sebagai perwira menengah pasti tidak mencukupi kan. Tapi apakah mungkin seorang Polisi seperti kamu sekarang punya rumah dengan dua tingkat dibeberapa tempat. Ditambah beberapa mobil dengan harga setengah miliar. Walaupun kamu dapat gaji dan tunjangan, saya yakin itu hanya sampai pada puluhan bukan ratusan. Tapi anehnya kamu punya itu semua.

SURYA LUKITO

Ditambah sudah banyak uang dikeluarkan keluarga kamu, tentu, kamu berasal dari keluarga Bhayangkara juga, tapi untuk memastikan kamu jadi Polisi, setidaknya mereka mempersiapkan uang untuk kamu, andaikan kamu tidak lolos salah satu tes masuk Akpol. Semuanya ada harganya.

SURYA LUKITO

Jadi kamu mencari cara bagaimana kamu bisa membalikan modal yang sudah dikeluarkan, ditambah kamu ingin cepat kaya. Pasti kamu mendengar cerita-cerita dari senior kamu bagaimana mereka melakukannya. Kebetulannya ada teman kamu yang punya bisnis, awalnya kamu menolak, setelah melihat teman-teman kamu, komandan kamu, kamu mencoba, seperti biasa, pada akhirnya kamu ketagihan, menyenangkan. Dengan kuasa yang kamu punya, kamu akhirnya tahu cara kerjanya. Dan kamu mulai menjadi Polisi yang berbisnis.

SURYA LUKITO

Semakin banyak yang kamu dapatkan, semakin banyak yang kamu keluarkan, jadi kamu mencari cara lagi. Kamu bisa saja mendapat setoran dari bawahan kamu, menjadi makelar dari banyak kasus. Kamu meminta bayaran dari orang-orang lain, pungli, atau kamu merubah barang bukti dan sebagai ucapan terimakasih, kamu mendapatkan bayaran dari apa yang telah kamu lakukan. Agar tidak ketahuan, kamu punya banyak rekening, meminjam nama-nama dari orang-orang sekeliling kamu, mengisinya dengan uang kamu. Saya tidak terkejut, kalau kamu punya hubungan dengan BUMD, apapun itu bentuknya, dan dengan menggunakan kuasa kamu, kamu bisa tempatkan saudara-saudara kamu disana, bisa dibilang mereka bekerja untuk kamu. Betapa menyenangkannya kan? Masih banyak yang bisa saya bicarakan dengan kamu, tapi ini tidak akan selesai.

SURYA LUKITO

Saya yakin, kamu tahu semua tentang saya dan keluarga saya, semua informasi pribadi saya.

Ada jeda diantara mereka.

HIDAYAT PRATAMA

Apa yang Bapak mau?

SURYA LUKITO

Saya tidak mau apa-apa, apa yang kamu lakukan juga tidak beda dari saya. Tangan kita sama-sama kotor, jangan lupakan itu.

Hidayat hanya diam, ia melihat Surya yang santai, sedang meminum kopinya.

Dengan pelan, Hidayat mengambil kopinya dan menimunmnya, sedikit.

SURYA LUKITO

Pembicaraan yang menyenangkan.

Hidayat berdiri, ia melihat Surya sebentar, lalu berjalan menuju pintu.

Agus membuka pintu, Hidayat berjalan keluar, disusul keduanya.

Surya hanya melihatnya dengan datar, sambil meminum kopinya.

INT. MOBIL - DEPAN DEALER — SORE

Hidayat hanya diam di dalam mobil. Ia memikirkan sesuatu.

Agus berada dibalik kemudi, menunggu perintah. Toni di sebelahnya hanya diam, mereka saling melihat.

HIDAYAT PRATAMA

Jangan pernah buat masalah lagi. Kerjakan kerjaan kalian dengan benar. Tolol.

Toni dan Agus diam, saling melihat.

AGUS

Maaf Pak.

HIDAYAT PRATAMA

Kita pulang sekarang.

Agus menghidupkan mesin kendaraan.

EXT. PINGGIR JALAN — SORE

Arifin duduk di motornya, ia menunggu seseorang, lengkap dengan jaket ojek onlinenya.

Dari belakang, Mawar berjalan menghampirinya. Mereka berbicara sebentar, sebelum Mawar menaiki motor Arifin.

Mereka pergi dari situ.

EXT. PENJUAL KAKI LIMA — MALAM

Arifin sedang meminum jahe susunya, ia sendirian. Ia melihat kerah luar tenda, ia melihat Mawar yang sedang berbicara kepada seseorang ditelepon, terlihat serius sekali.

Arifin kembali dengan urusannya, melihat kearah lain.

Tak lama kemudian, Mawar masuk kedalam tenda, meminum jahe susunya. Dengan wajah yang tidak baik, setelah menelepon tadi.

MAWAR

Maaf, mas. Hari telepon tadi.

Arifin hanya mengangguk, mencoba mengerti

Mawar menggelengkan kepalanya. Seperti ada yang salah. Arifin melihatnya.

MAWAR

Kenapa bisa aku berhubungan sama dia?

Mawar seakan bicara dengan dirinya sendiri. Arifin melihatnya, tidak tahu harus bicara apa tidak.

Mawar menyadari Arifin memperhatikannya.

MAWAR

Aku bicara sama diri aku sendiri. Bukan apa-apa, mas.

Ia masih menggelengkan kepalanya, seperti tidak habis pikir. Arifin melihatnya.

ARIFIN

Ada masalah dengan Hari?

MAWAR

Tidak... gak ada... sebenarnya ada.

Ada jeda di antara mereka.

ARIFIN

Dia kasar sama kamu?

MAWAR

Kalau itu aku bisa lawan. Kalau dia pemakai? Aku bisa terima. Tapi, dia gak bisa hargai aku, itu yang jadi masalah. Bukan berarti aku harus di perlakukan kayak tuan putri, tidak.

Arifin mendengarkan cerita Mawar.

MAWAR

Ada waktunya aku gak mau seks sama dia, banyak alasan kenapa aku gak mau. Harusnya dia bisa hargai aku, sebagai pasangan, karena tubuh ini punya aku, bukan punya dia. Tapi nyatanya tidak. Dia paksa aku, jadi aku lawan, dia gak terima. Karena itu kami berantem. Kalau dia cuma mau aku jadi teman seksnya, dia harus cari perempuan lain. Tapi bukan aku.

ARIFIN

Aku ngerti. Ini masalah tubuh kamu, sesuatu masuk kedalam tubuh kamu dan kamu tidak punya kuasa atas tubuh kamu sendiri. Itu salah.

Ada jeda di antara mereka.

MAWAR

Maaf, mas. Aku ceritain masalah aku.

ARIFIN

Gak masalah, selama kamu merasa lega setelah cerita.

MAWAR

Aku cuma gak habis pikir, kenapa aku berhubungan sama orang kayak dia.

ARIFIN

Gak semua orang bisa ngerti tentang masalah itu. Kamu bisa cari laki-laki lain.

Mawar tersenyum mendengar apa yang dikatakan Arifin.

MAWAR

Oh, ya? Mas bisa kenalin aku dengan orang lain kalau gitu?

ARIFIN

Teman mas tukang ojek semuanya. Kamu mau?

Mawar tersenyum mendengarnya.

Arifin meminum jahe susunya, sesaat Mawar melihat Arifin, sebelum ia meminum jahe susunya. Ia melirik Arifin lagi, kemudian ia melihat kearah yang lain.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar