Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. RUANG KERJA - RUMAH KASUARI RAHMAT — MALAM
Kasuari membuka Tas Jinjing di depannya, ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Ia melihat Hidayat, seperti meminta penjelasan.
HIDAYAT PRATAMA
KASUARI RAHMAT
Ada jeda di antara mereka.
HIDAYAT PRATAMA
KASUARI RAHMAT
HIDAYAT PRATAMA
KASUARI RAHMAT
HIDAYAT PRATAMA
KASUARI RAHMAT
Ada jeda di antara mereka.
HIDAYAT PRATAMA
KASUARI RAHMAT
HIDAYAT PRATAMA
KASUARI RAHMAT
HIDAYAT PRATAMA
KASUARI RAHMAT
Ada jeda di antara mereka.
KASUARI RAHMAT
Ada jeda di antara mereka.
HIDAYAT PRATAMA
Kasuari terdiam, ini bukan sesuatu yang bisa di anggap remeh.
KASUARI RAHMAT
HIDAYAT PRATAMA
KASUARI RAHMAT
HIDAYAT PRATAMA
Kasuari gelisah mendengarnya, mencari cara bagaimana menyelesaikan masalah ini.
KASUARI RAHMAT
HIDAYAT PRATAMA
Kasuari hanya diam, ia tertegun melihat emosi yang memuncak dari Hidayat.
KASUARI RAHMAT
HIDAYAT PRATAMA
KASUARI RAHMAT
Hidayat hanya diam, masalah ini mulai serius. Kasuari juga melihat Hidayat, ikut cemas.
INT. KAMAR ARIFIN — MALAM
Arifin masuk kedalam kamarnya, ia melepaskan baju yang ia pakai, terlihat perban di perutnya, dan beberapa luka kecil dan lebam di tubuhnya. Ia membuka perbannya, melihat jahitan di perut bagian kirinya.
Ia berjalan kedalam kamar mandi. Dari sana terdengar suara air yang mengalir.
EXT. KORIDOR - RUMAH SAKIT — PAGI
Seseorang berjalan di koridor, berbaur bersama dengan orang lain yang juga ada keperluan di Rumah Sakit.
Itu adalah Rumah Sakit tempat Aminah dirawat.
Seseorang itu berjalan menuju bangsal perawatan.
INT. KAMAR RAWAT INAP - RUMAH SAKIT — PAGI
Toni memasuki kamar perawatan Aminah, ia berjalan sambil melihat sekitar, ada seorang Ibu Tua yang juga dirawat, tetapi ia sedang tidur.
Toni berjalan menuju tempat tidur Aminah, bagian paling ujung, ia menutup tirai pembatas sepenuhnya --
Tidak tahu apa yang dilakukan Toni, tetapi cukup lama Toni berada didalam sana --
Kemudian, Toni keluar dari balik tirai pembatas tempat tidur Aminah, berjalan keluar dari kamar perawatan Aminah.
INT. KOSAN — PAGI
Arifin duduk di depan meja belajar kamarnya, ia sedang menelepon.
ARIFIN
Arifin menutup teleponnya. Ia meletakkan handphonenya diatas meja.
Ia memandang datar handphonenya.
Tak lama kemudian, handphonenya berbunyi, nomor yang tidak ia kenal meneleponnya. Arifin memandang datar handphonenya, itu. Ia jarang memakai Handphone ini untuk orang lain, ia membiarkannya begitu saja.
Arifin melihat kearah pintu dan jendela kamarnya, seperti memperhatikan keadaan sekitar. Kemudian ia, berjalan menuju tempat tidur, mengambil sesuatu dari sana, sebuah KOTAK PERALATAN. Ia membukanya, ia mengambil sebuah PISAU dan PALU.
Pisau di tangannya, ia memasukkan Palu ke belakang celananya, ia berjalan kearah kamar mandi, masuk kedalam dan tidak keluar.
Handphone Arifin berbunyi sekali lagi, masih nomor yang sama yang meneleponnya, tak lama kemudian, seorang membuka pintu kamarnya, Toni. Dengan memegang pistol, ia juga memegang handphone ditangan lainnya, ia melihat sekitar, tidak ada orang, ia mendekati meja belajar Arifin, ia melihat handphone itu diatas meja, ia berjalan menuju kamar mandi yang terbuka --
Toni menjerit --
POP --
Pistol yang dipegang Toni menembakkan pelurunya, pistol itu jatuh kelantai. Terlihat di tangannya tertusuk pisau, tidak tembus sampai kesisi lainnya, tapi dalam.
Ketika ia ingin mencabut pisau itu --
Arifin muncul dari kamar mandi, ia mengambil Palu dari belakang celananya, ia memukul Toni, badan dan kepalanya, Toni menjerit kesakitan, membuat ia jatuh ke lantai.
Toni berusaha bergerak, darah mengalir dari lengannya yang tertusuk pisau dan wajahnya. Ia menutup pintu kamarnya, kemudian mengangkat Toni duduk dikursi meja belajarnya. Mencabut pisau di lengannya, Toni menjerit, keras. Arifin membalut luka Toni dengan kain dan mengikatnya dengan kuat. Kemudian, ia mengikatnya tangannya dengan tali, menutup mulutnya dengan sumpalan kain.
INT. RUANG KERJA KASUARI - RUMAH KASUARI RAHMAT — MALAM
Kasuari masih melihat Tas Jinjing di depannya, berpikir.
Didepannya, ada Fahmi yang melihat Kasuari dengan datar. Ia menunggu perintah darinya.
KASUARI RAHMAT
Fahmi mengangguk, ia memencet handphonenya di tangannya, menelepon. Kasuari melihat tumpukan uang di depannya dengan datar.
INT. KOSAN — SIANG
Toni dengan wajahnya yang berdarah, menahan sakit diseluruh tubuhnya. Dengan sumpalan kain dimulutnya, hanya diam.
Arifin di depannya, duduk diatas tempat tidur. Hanya melihatnya dengan datar.
ARIFIN
Arifin mengeluarkan sumpalan kain dari mulut Toni.
ARIFIN
Toni tidak menjawab, ia masih diam, hanya melihat Arifin dengan datar.
ARIFIN
Toni masih tidak menjawab, ia diam. Dengan cepat, Arifin menutup mulut Toni dengan tangannya, dan menusuk Pisau ke paha Toni. Ia menjerit, keras, walaupun sudah di tutup Arifin.
ARIFIN
Mata Toni berair, menahan sakit. Arifin melepaskan tanganya dari mulutnya, kembali duduk didepannya. Toni melihat pisau yang menancap di pahanya.
ARIFIN
Tiba-tiba handphone Toni berbunyi, Toni dan Arifin melihatnya. Arifin mengambil dan melihat sebuah nama, tertulis:
AGUS.
Arifin memperlihatkan handphone itu kepada Toni, ia melihatnya.
TONI
ARIFIN
Arifin menerima panggilan itu, menekan tombol loudspeaker.
TONI
AGUS (V.O)
Arifin melihat Toni, datar. Toni melihat Arifin, melihat reaksi yang diberikan kepadanya.
TONI
AGUS (V.O)
TONI
AGUS (V.O)
Toni tidak menjawab, ia masih melihat Arifin didepannya. Arifin melihat Toni dengan dingin.
AGUS (V.O)
TONI
Sambungan terputus. Arifin meletakan handphone itu diatas tempat tidur, bersamaan dengan dompet Toni.
ARIFIN
Toni berusaha menahan sakit, ia sudah mulai berkeringat, berusaha menjawab. Tapi tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya.
Dengan cepat, Arifin menutup mulutnya dengan tangan, dan mendorong Pisau dipaha Toni lebih dalam lagi, kali ini ia memutar Pisau itu. Membuat Toni menjerit kesakitan, lebih kuat dari sebelumnya.
ARIFIN
Toni berusaha mengendalikan dirinya. Arifin melepaskan bekapan tangan dari mulutnya. Toni berusaha bernafas, ia mencari nafas.
TONI
Ada jeda di antara mereka.
ARIFIN
TONI
ARIFIN
TONI
Ada jeda di antara mereka.
ARIFIN
AGUS
ARIFIN
TONI
ARIFIN
Ada jeda diantara mereka.
ARIFIN
TONI
Arifin melihat Toni, ia mencabut pisau di pahanya. Membuat Toni kesakitan, ia menahannya.
TONI
Toni melihat Arifin, matanya berair, ia menangis, tak bisa menahannya lagi. Arifin melihatnya.
ARIFIN
TONI
ARIFIN
Toni tidak menjawab, matanya berair, ia ketakutan saat ini. Hidupnya ada ditangan Arifin saat ini.
TONI
Dengan cepat, Arifin menusuk pisau itu ke bagian dada Toni, membuat dia tidak bergerak seketika.
Arifin mengambil handphone Toni dan Pistolnya. Ia juga mencabut pisau dari dada Toni, melepas ikatan tangan Toni.
Ia berjalan keluar kamarnya, menutup pintu kamarnya, meninggalkan Toni sendirian. Dengan membawa sebuah Tas Jinjing.
INT. RUANG KERJA - DEALER MOTOR — SORE
Arifin membuka pintu ruang kerja Surya. Sambil membawa Tas Jinjingnya, ia melihat sekitar ruangan itu, keadaan masih sama. Hanya saja terdapat beberapa barang yang sudah dipindahkan.
Arifin berjalan menuju laci meja kerja Surya, melihatnya sebentar, ia mengambil sebuah Kunci Motor disana. Kemudian ia berjalan keluar ruangan itu. Menutup pintunya.
EXT. DEPAN DEALER — SORE
Arifin keluar dari Dealer Motor Bekas dengan menggunakan sebuah Motor Sport, lengkap dengan Helm Full Face. Menuju jalan.
EXT. DEPAN KOS ARIFIN — SORE
Mawar menaiki tangga kosan Arifin, ia berjalan menuju kamar Arifin. Berdiri di sana, melihat sesaat pintu kamarnya, ia mengetoknya, tidak ada jawaban dari dalam.
Mawar mulai memanggil namanya, juga tidak ada jawaban dari dalam. Ia meneleponnya, tidak dijawab.
Sesaat ia melihat sekitar, tampak kamar-kamar yang lain tidak ada penghuninya, tampak sepi disekitar sini.
Mawar mengetok lagi pintu kamar Arifin, tidak ada jawaban. Ia memegang ganggang pintu kamarnya, membukanya, pintu kamarnya tidak terkunci. Mawar membukanya, ia terpaku, terkejut melihat apa yang ada di depannya.
Dari bawah kakinya, terlihat darah yang mengalir ke pintu.