Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ojek
Suka
Favorit
Bagikan
8. Bagian 8

INT. RUANG KERJA - RUMAH KASUARI RAHMAT — MALAM

Kasuari membuka Tas Jinjing di depannya, ia terkejut dengan apa yang ia lihat. Ia melihat Hidayat, seperti meminta penjelasan.

HIDAYAT PRATAMA

Itu lima ratus juta, cukup untuk modal Bapak jadi walikota.

KASUARI RAHMAT

Dari mana kamu dapat uang ini, Hidayat?

Ada jeda di antara mereka.

HIDAYAT PRATAMA

Saya hanya minta, berikan saya proyek begitu Bapak terpilih. Tidak lebih.

KASUARI RAHMAT

Saya harus tahu darimana kamu dapat uang ini, Hidayat.

HIDAYAT PRATAMA

Kita, Pak, kita. Saya melakukan apa yang Bapak suruh. Ingat itu.

KASUARI RAHMAT

Saya suruh kamu, bukan berarti kamu harus melakukan sesuatu yang saya tidak tahu.

HIDAYAT PRATAMA

Tak peduli dari mana kita mendapatkannya. Yang penting, ambisi Bapak jadi Walikota tercapai.

KASUARI RAHMAT

Apa ini ada hubungannya dengan berita di TV? Saya tahu kamu banyak kerja dengan orang lain, bukan dengan saya saja.

Ada jeda di antara mereka.

HIDAYAT PRATAMA

Saya menggerebek bandar, kenalan Komandan. Saya tidak butuh mereka lagi.

KASUARI RAHMAT

Bukan berarti kamu harus membunuh orang, Hidayat! Bagaimana kalau orang lain tahu.

HIDAYAT PRATAMA

Saya sudah menghilangkan barang buktinya, Pak. Tak ada orang yang tahu. Saya hanya menyampaikan ke media, ini pengembangan kasus dari kasus sebelumnya.

KASUARI RAHMAT

Bagimana dengan uang ini? Apa teman-teman Polisi kamu tidak mencarinya?

HIDAYAT PRATAMA

Tidak ada yang tahu tentang uang itu, hanya anak buah saya. Kalau sampai Polda atau Polres tahu, uang itu tidak ada disini sekarang Pak.

KASUARI RAHMAT

Uangnya akan dijadikan sebagai barang bukti.

Ada jeda di antara mereka.

KASUARI RAHMAT

Kamu yakin tidak ada masalah lagi, Hidayat. Lebih baik kamu ceritakan semuanya ke saya sebelum terlambat.

Ada jeda di antara mereka.

HIDAYAT PRATAMA

Kurir mereka berhasil kabur. Sekarang anak buah saya sedang kejar dia.

Kasuari terdiam, ini bukan sesuatu yang bisa di anggap remeh.

KASUARI RAHMAT

Bagaimana jika dia mengejar uang ini?

HIDAYAT PRATAMA

Tidak, Pak. Dia tidak bisa apa-apa sekarang. Tak akan ada yang percaya dengan apa yang dia katakan.

KASUARI RAHMAT

Orang itu masih diluar, Hidayat. Dia bisa saja datang mencari kita, membalas apa yang sudah kita lakukan.

HIDAYAT PRATAMA

Maka dari itu, kita harus mencarinya. Saya hilang tiga orang karena dia.

Kasuari gelisah mendengarnya, mencari cara bagaimana menyelesaikan masalah ini.

KASUARI RAHMAT

Apa yang kamu lakukan Hidayat. Ini bisa membuat apa yang kita bangun selama ini berantakan.

HIDAYAT PRATAMA

(emosi)
Saya sudah lakukan bagian saya, sekarang kamu lakukan bagian kamu. Kamu pastikan kamu terpilih jadi calon, dan jangan bertingkah seperti pengecut. Kamu akan memenangkan pemilu ini untuk saya, dan bertingkahlah layaknya seorang pemenang.

Kasuari hanya diam, ia tertegun melihat emosi yang memuncak dari Hidayat.

KASUARI RAHMAT

Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu kamu?

HIDAYAT PRATAMA

Kamu tetap fokus pada ambisi kamu. Masalah kurir, saya yang akan selesaikan.

KASUARI RAHMAT

Bilang ke saya setiap rencana yang akan kamu lakukan, Hidayat. Jangan ada rahasia lagi diantara kita, jangan.

Hidayat hanya diam, masalah ini mulai serius. Kasuari juga melihat Hidayat, ikut cemas.

INT. KAMAR ARIFIN — MALAM

Arifin masuk kedalam kamarnya, ia melepaskan baju yang ia pakai, terlihat perban di perutnya, dan beberapa luka kecil dan lebam di tubuhnya. Ia membuka perbannya, melihat jahitan di perut bagian kirinya.

Ia berjalan kedalam kamar mandi. Dari sana terdengar suara air yang mengalir.

EXT. KORIDOR - RUMAH SAKIT — PAGI

Seseorang berjalan di koridor, berbaur bersama dengan orang lain yang juga ada keperluan di Rumah Sakit.

Itu adalah Rumah Sakit tempat Aminah dirawat.

Seseorang itu berjalan menuju bangsal perawatan.

INT. KAMAR RAWAT INAP - RUMAH SAKIT — PAGI

Toni memasuki kamar perawatan Aminah, ia berjalan sambil melihat sekitar, ada seorang Ibu Tua yang juga dirawat, tetapi ia sedang tidur.

Toni berjalan menuju tempat tidur Aminah, bagian paling ujung, ia menutup tirai pembatas sepenuhnya --

Tidak tahu apa yang dilakukan Toni, tetapi cukup lama Toni berada didalam sana --

Kemudian, Toni keluar dari balik tirai pembatas tempat tidur Aminah, berjalan keluar dari kamar perawatan Aminah.

INT. KOSAN — PAGI

Arifin duduk di depan meja belajar kamarnya, ia sedang menelepon.

ARIFIN

Kapan meninggalnya, Dok?
(mendengarkan)
Baik.
(mendengarkan)
Tolong dikuburkan di tempat asal Ibu, sesuai permintaannya. Hubungi nomor yang ada di dokumennya, mereka akan mengurusnya. Terimakasih.

Arifin menutup teleponnya. Ia meletakkan handphonenya diatas meja.

Ia memandang datar handphonenya.

Tak lama kemudian, handphonenya berbunyi, nomor yang tidak ia kenal meneleponnya. Arifin memandang datar handphonenya, itu. Ia jarang memakai Handphone ini untuk orang lain, ia membiarkannya begitu saja.

Arifin melihat kearah pintu dan jendela kamarnya, seperti memperhatikan keadaan sekitar. Kemudian ia, berjalan menuju tempat tidur, mengambil sesuatu dari sana, sebuah KOTAK PERALATAN. Ia membukanya, ia mengambil sebuah PISAU dan PALU.

Pisau di tangannya, ia memasukkan Palu ke belakang celananya, ia berjalan kearah kamar mandi, masuk kedalam dan tidak keluar.

Handphone Arifin berbunyi sekali lagi, masih nomor yang sama yang meneleponnya, tak lama kemudian, seorang membuka pintu kamarnya, Toni. Dengan memegang pistol, ia juga memegang handphone ditangan lainnya, ia melihat sekitar, tidak ada orang, ia mendekati meja belajar Arifin, ia melihat handphone itu diatas meja, ia berjalan menuju kamar mandi yang terbuka --

Toni menjerit --

POP --

Pistol yang dipegang Toni menembakkan pelurunya, pistol itu jatuh kelantai. Terlihat di tangannya tertusuk pisau, tidak tembus sampai kesisi lainnya, tapi dalam.

Ketika ia ingin mencabut pisau itu --

Arifin muncul dari kamar mandi, ia mengambil Palu dari belakang celananya, ia memukul Toni, badan dan kepalanya, Toni menjerit kesakitan, membuat ia jatuh ke lantai.

Toni berusaha bergerak, darah mengalir dari lengannya yang tertusuk pisau dan wajahnya. Ia menutup pintu kamarnya, kemudian mengangkat Toni duduk dikursi meja belajarnya. Mencabut pisau di lengannya, Toni menjerit, keras. Arifin membalut luka Toni dengan kain dan mengikatnya dengan kuat. Kemudian, ia mengikatnya tangannya dengan tali, menutup mulutnya dengan sumpalan kain.

INT. RUANG KERJA KASUARI - RUMAH KASUARI RAHMAT — MALAM

Kasuari masih melihat Tas Jinjing di depannya, berpikir.

Didepannya, ada Fahmi yang melihat Kasuari dengan datar. Ia menunggu perintah darinya.

KASUARI RAHMAT

Kasih tahu mereka, kita sudah ada uangnya.

Fahmi mengangguk, ia memencet handphonenya di tangannya, menelepon. Kasuari melihat tumpukan uang di depannya dengan datar.

INT. KOSAN — SIANG

Toni dengan wajahnya yang berdarah, menahan sakit diseluruh tubuhnya. Dengan sumpalan kain dimulutnya, hanya diam.

Arifin di depannya, duduk diatas tempat tidur. Hanya melihatnya dengan datar.

ARIFIN

Sekarang, kamu jawab pertanyaan saya dan kamu bisa pergi dari sini.

Arifin mengeluarkan sumpalan kain dari mulut Toni.

ARIFIN

Siapa yang suruh kamu?

Toni tidak menjawab, ia masih diam, hanya melihat Arifin dengan datar.

ARIFIN

Kamu tidak punya banyak waktu, luka kamu dalam. Kamu bisa mati kehabisan darah.

Toni masih tidak menjawab, ia diam. Dengan cepat, Arifin menutup mulut Toni dengan tangannya, dan menusuk Pisau ke paha Toni. Ia menjerit, keras, walaupun sudah di tutup Arifin.

ARIFIN

Saya bisa lakukan ini seharian, kita lihat, siapa tahan dengan ini semua. Kamu atau saya.

Mata Toni berair, menahan sakit. Arifin melepaskan tanganya dari mulutnya, kembali duduk didepannya. Toni melihat pisau yang menancap di pahanya.

ARIFIN

Sekarang jawab semua yang saya tanya. Siapa yang suruh kamu.

Tiba-tiba handphone Toni berbunyi, Toni dan Arifin melihatnya. Arifin mengambil dan melihat sebuah nama, tertulis:

AGUS.

Arifin memperlihatkan handphone itu kepada Toni, ia melihatnya.

TONI

Itu teman Polisi saya.

ARIFIN

Kamu bicara seperti biasa.

Arifin menerima panggilan itu, menekan tombol loudspeaker.

TONI

Halo?

AGUS (V.O)

Halo. Kamu dimana, Komandan tanya, tentang perempuan dirumah sakit.

Arifin melihat Toni, datar. Toni melihat Arifin, melihat reaksi yang diberikan kepadanya.

TONI

Udah selesai.

AGUS (V.O)

Kurirnya?

TONI

Dia tidak ada di rumah.

AGUS (V.O)

Oke. Tetap lanjutkan pencarian, setidaknya dia pasti keluar karena kita udah bunuh Perempuan itu.

Toni tidak menjawab, ia masih melihat Arifin didepannya. Arifin melihat Toni dengan dingin.

AGUS (V.O)

Selesaikan secepat mungkin.

TONI

Oke.

Sambungan terputus. Arifin meletakan handphone itu diatas tempat tidur, bersamaan dengan dompet Toni.

ARIFIN

Perempuan di Rumah Sakit? jelaskan.

Toni berusaha menahan sakit, ia sudah mulai berkeringat, berusaha menjawab. Tapi tidak ada jawaban yang keluar dari mulutnya.

Dengan cepat, Arifin menutup mulutnya dengan tangan, dan mendorong Pisau dipaha Toni lebih dalam lagi, kali ini ia memutar Pisau itu. Membuat Toni menjerit kesakitan, lebih kuat dari sebelumnya.

ARIFIN

Jawab sekarang, kamu tidak mau keluarga kamu yang udah habis puluhan juta buat masukin kamu ke Polisi sia-sia kan.

Toni berusaha mengendalikan dirinya. Arifin melepaskan bekapan tangan dari mulutnya. Toni berusaha bernafas, ia mencari nafas.

TONI

Saya disuruh Komandan, buat bunuh Perempuan di Rumah Sakit, katanya itu keluarga kamu.

Ada jeda di antara mereka.

ARIFIN

Apa dia melawan waktu kamu bekap?

TONI

Iya, saya menahan tangannya.

ARIFIN

Apa kamu lihat dia tidak bernafas lagi?

TONI

Iya.

Ada jeda di antara mereka.

ARIFIN

Siapa yang bunuh Surya?

AGUS

Agus, dia juga di suruh Komandan. Kami hanya menjalankan perintah.

ARIFIN

Siapa Komandan?

TONI

Hidayat Pratama. Dia punya hubungan kerja dengan Surya buat menjamin --

ARIFIN

Iya, saya tahu tentang itu. Saya hanya tidak tahu siapa yang menjamin bisnis Surya.

Ada jeda diantara mereka.

ARIFIN

Buat apa dia ambil uang dari Surya?

TONI

Kami tidak tahu. Kami hanya disuruh buat ambil uang itu, yang tahu hanya Komandan.

Arifin melihat Toni, ia mencabut pisau di pahanya. Membuat Toni kesakitan, ia menahannya.

TONI

Apa yang kamu cari ada di handphone. Semuanya ada disitu.

Toni melihat Arifin, matanya berair, ia menangis, tak bisa menahannya lagi. Arifin melihatnya.

ARIFIN

Siapa nama kamu?

TONI

Toni... saya punya keluarga.

ARIFIN

Kamu polisi yang baik, Toni. Kamu melakukan semua yang bisa kamu lakukan untuk keluarga kamu.

Toni tidak menjawab, matanya berair, ia ketakutan saat ini. Hidupnya ada ditangan Arifin saat ini.

TONI

Saya takut...

Dengan cepat, Arifin menusuk pisau itu ke bagian dada Toni, membuat dia tidak bergerak seketika.

Arifin mengambil handphone Toni dan Pistolnya. Ia juga mencabut pisau dari dada Toni, melepas ikatan tangan Toni.

Ia berjalan keluar kamarnya, menutup pintu kamarnya, meninggalkan Toni sendirian. Dengan membawa sebuah Tas Jinjing.

INT. RUANG KERJA - DEALER MOTOR — SORE

Arifin membuka pintu ruang kerja Surya. Sambil membawa Tas Jinjingnya, ia melihat sekitar ruangan itu, keadaan masih sama. Hanya saja terdapat beberapa barang yang sudah dipindahkan.

Arifin berjalan menuju laci meja kerja Surya, melihatnya sebentar, ia mengambil sebuah Kunci Motor disana. Kemudian ia berjalan keluar ruangan itu. Menutup pintunya.

EXT. DEPAN DEALER — SORE

Arifin keluar dari Dealer Motor Bekas dengan menggunakan sebuah Motor Sport, lengkap dengan Helm Full Face. Menuju jalan.

EXT. DEPAN KOS ARIFIN — SORE

Mawar menaiki tangga kosan Arifin, ia berjalan menuju kamar Arifin. Berdiri di sana, melihat sesaat pintu kamarnya, ia mengetoknya, tidak ada jawaban dari dalam.

Mawar mulai memanggil namanya, juga tidak ada jawaban dari dalam. Ia meneleponnya, tidak dijawab.

Sesaat ia melihat sekitar, tampak kamar-kamar yang lain tidak ada penghuninya, tampak sepi disekitar sini.

Mawar mengetok lagi pintu kamar Arifin, tidak ada jawaban. Ia memegang ganggang pintu kamarnya, membukanya, pintu kamarnya tidak terkunci. Mawar membukanya, ia terpaku, terkejut melihat apa yang ada di depannya.

Dari bawah kakinya, terlihat darah yang mengalir ke pintu.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar