Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ojek
Suka
Favorit
Bagikan
2. Bagian 2

EXT. DEPAN RUMAH PELANGGAN — PAGI

Motor Arifin berhenti didepan rumah pelanggannya, Arifin memencet sesuatu di handphonenya. Ia menunggu.

Tak lama kemudian, PELANGGANYA, seorang perempuan, 20-an, keluar dari rumah itu dan berjalan menuju Arifin. Ia mengambil helm yang diberikan oleh Arifin. Perempuan itu memakai rok dan diatas lutut, Arifin melihatnya sesaat. Ia turun dan membuka jok motornya, ia mengambil jaket dan memberikan kepada Pelanggannya itu. Ia tampak bingung.

ARIFIN

Mbak pakai rok, gak nyaman duduk diatas motor.

Pelanggan itu hanya bisa menerimanya dalam kebingungan. Arifin mengatakannya dengan tenang dan datar. Arifin menghidupkan motornya dan Perempuan itu naik, menutup bagian kakinya dengan jaket Arifin. Mereka pergi dari situ.

EXT. JALAN — BERGERAK - PAGI

Arifin mengendarai motornya, ia terlihat tenang dengan segala kebisingan disekitarnya. Diatas motornya, terlihat sebuah kardus yang diikat dengan tali.

Arifin berbelok memasuki sebuah gang.

EXT. DEPAN RUMAH PELANGGAN — PAGI

Arifin melepas ikatan di kardus itu dan mengangkatnya masuk kedalam rumah, dibelakangnya seorang PEREMPUAN, 30-an, ikut masuk kedalam rumah.

INT. BASE CAMP RELAWAN KASUARI RAHMAT — SIANG

Orang-orang duduk disebuah meja panjang, mereka memakai kaos putih, dengan tulisan di kaos itu.

Diatas dinding belakang mereka, terdapat sebuah Spanduk, bertuliskan:

"DEKLARASI RELAWAN KASUARI RAHMAT UNTUK PEMILIHAN WALIKOTA"

Lengkap dengan slogan slogan ajakan dan dukungan.

Suasana menjadi riuh ketika seorang LAKI-LAKI berdiri, di ikuti LAKI-LAKI disebelahnya berdiri juga, mereka bersalaman, dengan keduanya memegang kaos putih itu. Keadaan seperti pengenalan pemain sepakbola kepada publik jika dilihat.

Para JURNALIS, memfoto mereka, kedua tersenyum, membentuk kepalan dengan tangan mereka masing-masing. Laki-laki itu kemudian memakai kaos putih itu, dengan diiringi tepuk tangan yang riuh rendah.

MASSA PENDUKUNG

KASUARI! KASUARI! KASUARI!

Massa Pendukung bertepuk tangan, sambil mengancungkan Tangan mereka di udara, berteriak nama Kasuari bersama-sama.

CUT TO:

KASUARI RAHMAT, akhir 50-an, rapi, bersih, seseorang yang hangat. Sedang berbicara di Mic kepada para relawannya --

KASUARI RAHMAT

Maju untuk mencalonkan diri sebagai calon walikota sebenarnya bukan tujuan saya dari awal. Ketika saya berada di legislatif, saya bertanya ke diri saya, apa yang bisa saya lakukan untuk kota kita, apa dengan duduk di legislatif bisa membuat perubahan secara nyata, iya itu bisa terjadi. Memang, pendapatan yang didapatkan besar, siapapun pasti ingin. Tapi kembali lagi, apa itu yang saya cari, lama saya memikirkannya... tidak. Saya harus melakukan sesuatu yang lebih terhadap kota kita. Lebih nyata, dapat dirasakan, bisa dilihat, demi masyarakat.

Terdengar teriakan dari pendukung yang mendengar kata-kata Kasuari, membuat ia tersenyum mendengarnya.

KASUARI RAHMAT

Maka saya katakan sekali lagi. Saya, Kasuari Rahmat, akan mencalonkan diri untuk maju kedalam pemilihan walikota pada PEMILU kali ini.

Kata-katanya disambut dengan teriakan, dukungan, semua orang dibelakang dan didepannya, berdiri, meneriaki namanya. Tangan-tangan para pendukungnya terangkat tinggi, mengepal, semangat, mendukung Kasuari, mereka melihat Kasuari akan membawa perubahan.

INT. MOBIL - BERGERAK - SIANG

Kasuari sedang melihat kertas-kertas didepannya, serius, ia mempelajari sesuatu.

Seorang LAKI-LAKI disebelahnya, FAHMI, 30-an, Asisten Pribadi Kasuari, seorang yang cerdas, bisa diandalkan, rapi dan bersih, sedang memencet sesuatu di Handphonenya.

KASUARI RAHMAT

Apa ini sudah semuanya, Fahmi?

FAHMI

Sudah, Pak.

KASUARI RAHMAT

Ada perkembangan dari orang-orang Partai?

FAHMI

(melihat Tablet PC)

Tidak ada, Pak. Masih seperti kemarin, beberapa orang-orang DPC, anak ranting mendukung kita, beberapa orang DPP sedang memikirkan perjanjian yang kita bicarakan kemarin. Dan orang-orang dari DPW lainnya, menunggu perjanjian yang Bapak tawarkan kepada mereka. Hanya itu, Pak.

Fahmi melihat Kasuari yang sedang berfikir, ia melihat kearah lain, membiarkan kertas-kertas ditangannya. Menunggu jawaban darinya.

FAHMI

Bagaimana dengan Jakarta, Pak?

KASUARI RAHMAT

Saya sudah bicara dengan Pak Sekjen, dia akan bicara dengan Bapak. Mereka akan membicarakan di rapat nanti.

Ada jeda diantara mereka.

FAHMI

Petinggi partai?

KASUARI RAHMAT

Tidak ada masalah, Bapak juga Dewan Pembina, apa yang keluar dari mulut dia, itu perintah, semua orang akan mengikutinya. Yang perlu kita lakukan sekarang, buat orang disekitar Bapak dukung kita, itu yang penting.

Ada jeda diantara mereka.

KASUARI RAHMAT

Tidak ada makan siang gratis, semua ada harganya. Tawarkan orang-orang DPP perjanjian kita. Kita kasih setengah untuk orang-orang DPW. Dengan harga segitu, mereka pasti akan setuju, siapa yang tidak butuh uang.

Fahmi mencatat semua apa yang dikatakan Kasuari. Kasuari berpikir sebentar.

KASUARI RAHMAT

Telepon Komandan juga. Saya ingin bicara.

Fahmi mengangguk dan ia mengambil handphonenya dan memencet sesuatu disana.

EXT. DEPAN BENGKEL - SIANG

Arifin berhenti didepan bengkel, ia turun dari motornya dan berbicara kepada Montir, Arifin menunjuk motornya.

Ia pergi kearah Dealer Motor, ia masuk kedalam. Montir mendekati motor Arifin dan membawa masuk kedalam bengkel.

INT. RUANG KERJA - DEALER MOTOR BEKAS - SIANG

Arifin hanya melihat TV yang menyala, terdengar suaranya, walaupun kecil.

Di layar TV, terlihat berita tentang penggerebekan bandar Narkoba yang dilakukan Polisi. Mereka sedang melakukan Konferensi Pers.

Seorang Polisi berbicara didepan para Jurnalis. AKBP HIDAYAT PRATAMA, dengan jabatan KANIT I NARKOBA. Tertulis dibawah Namanya di layar TV.

SURYA LUKITO

Apa yang terjadi kemarin, itu mungkin kita lagi sial. Kita tidak dikasih tahu ada razia, tidak mungkin apa yang kita lakukan selalu mulus, tidak ada masalah. Saya udah bilang ke bos, dia akan bicara dengan mereka. Hal ini tidak akan terjadi lagi.

Bersamaan dengan Surya yang juga melihat orang itu, entah kenapa Surya mengenalinya, sesaat ia melihat Arifin.

Surya Lukito meminum kopinya, ia terlihat menikmatinya. Kemudian ia membuka laci meja kerjanya dan mengambil amplop coklat dan meletakkan di atas meja.

SURYA LUKITO

Produk mau datang lagi, kali ini lebih banyak dari sebelumnya, bayarannya juga besar. Tertarik? Ini diluar dari kesepakatan kita.

Arifin masih melihat TV, tidak mendengar atau tidak menjawab, entahlah.

Surya menunggu jawabannya, tapi tidak ada.

SURYA LUKITO

Oke, sesuai kesepakatan. Begitu kamu antar hasil jual Produk, kamu berhenti. Tapi masih ada beberapa kali lagi produk yang harus kamu antar, kita habiskan paket ini.

Arifin melihat Surya, ia mengambil amplop diatas meja itu dan membukanya.

SURYA LUKITO

Saya suka dengan kerja kamu, Arifin. Diantara semua orang-orang di tim, saya paling suka kamu. Tidak banyak bicara, kamu tenang, bisa diandalkan. Akan sulit cari orang seperti kamu lagi.

Arifin mengambil uang selembaran lima puluh ribu dan meletakannya diatas meja --

ARIFIN

Ganti oli motor, lampu rem belakang.

Surya hanya melihat uang, tidak menyentuhnya.

ARIFIN

Kapan pak?

SURYA LUKITO

Tunggu perintah.

Arifin meminum kopi yang ada diatas mejanya.

SURYA LUKITO

Setidaknya kamu berhenti bukan karena di kejar Polisi atau apapun itu. Itu yang saya suka, karena kesadaran diri sendiri.

Ada jeda diantara mereka.

ARIFIN

Bapak pernah pikir buat berhenti?

Surya tersenyum kecil, memikirkan pertanyaan Arifin.

SURYA LUKITO

Saya tidak tahu pernah atau tidak. Semakin lama lubang di isi maka semakin besar dan dalam lubang itu. Maka semakin banyak keinginan yang ingin dimiliki manusia ketika ia merasa bisa dan mampu, tak peduli bagaimanapun cara mendapatkannya.
(jeda)
Mungkin itu yang disebut serakah?

Kata-kata Surya seperti bertanya ke siapapun disitu, termasuk dirinya sendiri.

ARIFIN

Serakah itu baik, Pak. Mungkin ambisi lebih pas. Filsafat cocok buat Bapak.

Arifin berdiri dan menuju pintu, keluar dari situ. Surya hanya melihatnya, kemudian ia melihat uang itu dan mengambilnya.

EXT. KORIDOR - RUMAH SAKIT - SORE

Arifin berjalan dikoridor rumah sakit, ia tidak seperti pertama kali ke sini, ia tahu kemana ia akan tuju.

Ia berjalan menuju bangsal rawat inap. Ditangannya ada kantong plastik putih.

INT. KAMAR - RUMAH SAKIT - SORE

Arifin memasuki bangsal rawat inap, terdapat beberapa pasien yang sedang dirawat disana, Arifin berjalan menuju bangsal yang berada di ujung.

Seseorang perempuan terbaring ditempat tidur, AMINAH WULANDARI, 70-an, sedang tertidur. Arifin meletakkan kantong plastik di dimeja sebelahnya. Ia melihat perempuan itu dengan datar.

Ia pergi keluar dari ruangan itu.

INT. LOKET ADMINISTRASI - RUMAH SAKIT - SORE

Arifin berdiri didepan Loket Administrasi, menunggu petugas yang tidak ada ditempatnya.

Tak lama kemudian, PETUGAS ADMINISTARI, PEREMPUAN, 20-an, muncul dari belakang Loket Administrasi --

PETUGAS ADMINISTRASI

Ada perlu, Pak?

ARIFIN

Saya mau bayar tagihan atas nama Aminah Wulandari.

PETUGAS ADMINISTRASI

Tunggu sebentar.

Petugas Administrasi itu mengerjakan sesuatu di komputer didepannya, Arifin menunggu.

Kemudian, ia memberikan Kertas kepada Arifin dan ia melihatnya.

Arifin mengeluarkan amplop coklat yang diberikan Surya Lukito dan mengambil beberapa lembar uang dari dalam situ. Ia memberikan seluruh amplop coklat itu kepada Petugas Administrasi itu.

Petugas Administrasi itu menerima dan menghitungnya.

PETUGAS ADMINISTRASI

Pas, terima kasih.

ARIFIN

Makasih Mbak.

Arifin pergi dari situ dengan membawa tanda terima pembayarannya.

INT. KAMAR - RUMAH SAKIT - SORE

Arifin kembali dari loket administrasi, ia berjalan menuju bangsal Aminah Wulandari, ia berhenti sebentar, kemudian berjalan lagi.

Aminah sudah bangun, ia tersenyum kecil melihat Arifin. Wajahnya yang tirus, karena sakit dan tua, tetapi terdapat perasaan keibuan yang keluar dari ketika melihat Arifin.

Arifin menghampirinya dan mencium tangannya. Mereka tidak bicara satu sama lain, ada hubungan diantara mereka, Aminah sudah tahu dengan sifat Arifin.

Arifin mengambil kantong plastik diatas meja dan membukanya, Bubur. Arifin memberikan sesuap kepada Aminah, ia memakannya, walaupun pelan.

Arifin memberikan Aminah air putih. Ia meminumnya, Arifin memberikan sesendok bubur lagi kepada Aminah, namun ia menggeleng pelan.

Arifin hanya melihat Aminah, masih dengan sendok bubur ditangannya. Aminah memakannya walaupun sedikit.

Arifin menutup buburnya dan meletakkan diatas meja. Ia pergi dari situ. Aminah melihatnya, seperti melihat Anaknya yang datang berkunjung.

CUT TO:

Arifin membersihkan tangan Aminah dengan kain dan air. Aminah hanya melihatnya.

AMINAH WULANDARI

Kenapa datang, kamu kan sibuk kerja.

ARIFIN

Kerjaan Arifin cuma antar penumpang, makanan, antar paket. gak sibuk.

AMINAH WULANDARI

Kamu harus cari duit buat bayar rumah sakit. Pasti sibuk.

ARIFIN

Gak usah dipikirin. Gak ada yang jaga Ibu disini.

AMINAH WULANDARI

Ada Dokter, Perawat, banyak yang jaga Ibu. Orang-orang Panti juga jaga Ibu.
(jeda)
Gimana makan kamu, teratur? Tidur kamu gimana?

Arifin selesai membersihkan tangan kiri Aminah, ia mengambil tangan kanannya, mulai membersihkannya.

ARIFIN

Ibu gak usah khawatir, Arifin bisa urus diri sendiri.

Ada jeda diantara mereka.

AMINAH WULANDARI

Dari semua orang di Panti, kamu yang paling perhatian.

Arifin tidak menjawab, ia masih membersihkan tangan Aminah.

ARIFIN

Mereka semua sibuk urus Panti. Arifin cuma bantu sebisa mungkin.

AMINAH WULANDARI

Kamu bukan bantu Ibu sebisa mungkin. Kamu melakukan semuanya untuk membantu Ibu.

Ada jeda diantara mereka.

ARIFIN

Cuma Ibu keluarga Arifin satu-satunya.

Arifin selesai membersihkan tangan Aminah. Ia bangun dan membawa baskom dan kain ke kamar mandi.

Aminah hanya melihat Arifin pergi.

CUT TO:

Aminah tertidur, sedangkan Arifin duduk disebelahnya, hanya melihatnya dengan datar. Saat itu sudah malam, Arifin memperbaiki selimut Aminah, ia melihat sekitar. Sepi, tak terdengar apapun disini. Keluarga dari pasien yang lain juga sudah pulang.

Ia berdiri dan berjalan menuju pintu keluar.

INT. DEPAN KAMAR AMINAH - RUMAH SAKIT - MALAM

Arifin berbicara kepada seorang DOKTER, tidak terdengar, mereka berbicara apa, tetapi mereka melihat kearah kamar Aminah, sesuatu tentang Aminah yang pasti. Sesuatu yang serius.

Setelah itu mereka berpisah jalan, Arifin berjalan menuju pintu keluar, ia berhenti, ia mengambil Handphonenya didalam kantong celana, melihatnya dan menempelkan ditelinga. Ia berbicara kepada seseorang, sambil berjalan menyusuri koridor.

EXT. DEPAN RUMAH PACAR MAWAR — MALAM

Arifin berhenti di depan rumah di sebuah gang. Ia mengeluarkan handphonenya dan memencet sesuatu di sana, namun --

Seorang PEREMPUAN, keluar dari rumah itu, MAWAR KUSUMAWARDANI, 28, seorang yang percaya diri, tipe-tipe orang yang tahu apa yang ia lakukan, berjalan cepat dari dalam rumah menuju Arifin.

Dibelakangnya, keluar LAKI-LAKI, HARI, awal 30-an, mengejar Mawar, menahannya, ia memakai sabu, terlihat wajahnya yang pucat, matanya tidak fokus.

HARI

Denger dulu, oke, aku minta maaf. Tapi kamu gak bisa pergi. Apa yang harus aku bilang ke mereka, kita gak jadi datang.

MAWAR

Aku gak bisa. Kamu mau di hargai orang, kamu dulu hargai orang lain. Aku gak mau pergi dengan keadaan kamu kayak gini.

Mawar berjalan menuju pintu pagar, tapi Hari memegang tangannya, dengan paksa. Mawar melihatnya, dingin --

MAWAR

Aku masih baik sama kamu. Lepasin tangan aku. Sekarang.

Hari tahu, ia salah, ia tidak banyak bicara, ia melepaskan pegangannya.

Dari luar pagar, Arifin hanya melihatnya, tidak ikut campur.

Mawar membuka pintu pagar, ketika ia ingin naik, Hari menahannya --

HARI

Aku antar kamu pulang.
(berbicara ke Arifin)
Maaf mas, saya bayar biaya, berapa --

ARIFIN

Ada masalah Mbak?

Arifin tidak menghiraukan apa yang di katakan Hari, ia melihat Mawar yang berdiri di belakang Hari. Hari melihat Arifin, tidak terima, tetapi ia juga melihat reaksi mawar.

MAWAR

Gak ada masalah mas.

Ada jeda di antara mereka.

ARIFIN

Maaf, mas. Mbaknya gak mau, jangan di paksa.

Hari melihat Arifin, ia mendekat. Berdiri di depan Arifin, menantang.

HARI

Jangan ikut campur. Kamu gak tahu apa-apa. Kamu cuma tukang ojek.

ARIFIN

Maaf saya ikut campur. Tapi Mbaknya udah pesan ojek tadi. Saya hanya mau selesaikan pekerjaan saya, tidak lebih.

Arifin masih dalam keadaan tenang, ia tidak terpancing. Mawar melihat apa yang di lakukan Hari, tidak percaya.

MAWAR

Maaf, mas. Tunggu sebentar.

Mawar berjalan menjauhi Arifin, bersama Hari. Mereka berbicara, Arifin hanya melihatnya.

Mereka beragumen tentang sesuatu, terdengar dari percakapan mereka, kata-kata bajingan, pelacur, selingkuh, perempuan kayak kamu.

Mawar pergi meninggalkan Hari ditempatnya, ia berbalik --

MAWAR

Kamu mandi, bersihin kamar kamu. Kita bicara kalau kamu sudah sadar, tolong, jangan kebayakan make.

Mawar naik keatas motor Arifin. Sesaat, Arifin melakukan kontak mata dengan Hari. Tatapan dingin dari Arifin.

Mereka pergi dari situ.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar