Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. DEPAN RUMAH PELANGGAN — PAGI
Motor Arifin berhenti didepan rumah pelanggannya, Arifin memencet sesuatu di handphonenya. Ia menunggu.
Tak lama kemudian, PELANGGANYA, seorang perempuan, 20-an, keluar dari rumah itu dan berjalan menuju Arifin. Ia mengambil helm yang diberikan oleh Arifin. Perempuan itu memakai rok dan diatas lutut, Arifin melihatnya sesaat. Ia turun dan membuka jok motornya, ia mengambil jaket dan memberikan kepada Pelanggannya itu. Ia tampak bingung.
ARIFIN
Pelanggan itu hanya bisa menerimanya dalam kebingungan. Arifin mengatakannya dengan tenang dan datar. Arifin menghidupkan motornya dan Perempuan itu naik, menutup bagian kakinya dengan jaket Arifin. Mereka pergi dari situ.
EXT. JALAN — BERGERAK - PAGI
Arifin mengendarai motornya, ia terlihat tenang dengan segala kebisingan disekitarnya. Diatas motornya, terlihat sebuah kardus yang diikat dengan tali.
Arifin berbelok memasuki sebuah gang.
EXT. DEPAN RUMAH PELANGGAN — PAGI
Arifin melepas ikatan di kardus itu dan mengangkatnya masuk kedalam rumah, dibelakangnya seorang PEREMPUAN, 30-an, ikut masuk kedalam rumah.
INT. BASE CAMP RELAWAN KASUARI RAHMAT — SIANG
Orang-orang duduk disebuah meja panjang, mereka memakai kaos putih, dengan tulisan di kaos itu.
Diatas dinding belakang mereka, terdapat sebuah Spanduk, bertuliskan:
"DEKLARASI RELAWAN KASUARI RAHMAT UNTUK PEMILIHAN WALIKOTA"
Lengkap dengan slogan slogan ajakan dan dukungan.
Suasana menjadi riuh ketika seorang LAKI-LAKI berdiri, di ikuti LAKI-LAKI disebelahnya berdiri juga, mereka bersalaman, dengan keduanya memegang kaos putih itu. Keadaan seperti pengenalan pemain sepakbola kepada publik jika dilihat.
Para JURNALIS, memfoto mereka, kedua tersenyum, membentuk kepalan dengan tangan mereka masing-masing. Laki-laki itu kemudian memakai kaos putih itu, dengan diiringi tepuk tangan yang riuh rendah.
MASSA PENDUKUNG
KASUARI! KASUARI! KASUARI!
Massa Pendukung bertepuk tangan, sambil mengancungkan Tangan mereka di udara, berteriak nama Kasuari bersama-sama.
CUT TO:
KASUARI RAHMAT, akhir 50-an, rapi, bersih, seseorang yang hangat. Sedang berbicara di Mic kepada para relawannya --
KASUARI RAHMAT
Terdengar teriakan dari pendukung yang mendengar kata-kata Kasuari, membuat ia tersenyum mendengarnya.
KASUARI RAHMAT
Kata-katanya disambut dengan teriakan, dukungan, semua orang dibelakang dan didepannya, berdiri, meneriaki namanya. Tangan-tangan para pendukungnya terangkat tinggi, mengepal, semangat, mendukung Kasuari, mereka melihat Kasuari akan membawa perubahan.
INT. MOBIL - BERGERAK - SIANG
Kasuari sedang melihat kertas-kertas didepannya, serius, ia mempelajari sesuatu.
Seorang LAKI-LAKI disebelahnya, FAHMI, 30-an, Asisten Pribadi Kasuari, seorang yang cerdas, bisa diandalkan, rapi dan bersih, sedang memencet sesuatu di Handphonenya.
KASUARI RAHMAT
FAHMI
KASUARI RAHMAT
FAHMI
(melihat Tablet PC)
Fahmi melihat Kasuari yang sedang berfikir, ia melihat kearah lain, membiarkan kertas-kertas ditangannya. Menunggu jawaban darinya.
FAHMI
KASUARI RAHMAT
Ada jeda diantara mereka.
FAHMI
KASUARI RAHMAT
Ada jeda diantara mereka.
KASUARI RAHMAT
Fahmi mencatat semua apa yang dikatakan Kasuari. Kasuari berpikir sebentar.
KASUARI RAHMAT
Fahmi mengangguk dan ia mengambil handphonenya dan memencet sesuatu disana.
EXT. DEPAN BENGKEL - SIANG
Arifin berhenti didepan bengkel, ia turun dari motornya dan berbicara kepada Montir, Arifin menunjuk motornya.
Ia pergi kearah Dealer Motor, ia masuk kedalam. Montir mendekati motor Arifin dan membawa masuk kedalam bengkel.
INT. RUANG KERJA - DEALER MOTOR BEKAS - SIANG
Arifin hanya melihat TV yang menyala, terdengar suaranya, walaupun kecil.
Di layar TV, terlihat berita tentang penggerebekan bandar Narkoba yang dilakukan Polisi. Mereka sedang melakukan Konferensi Pers.
Seorang Polisi berbicara didepan para Jurnalis. AKBP HIDAYAT PRATAMA, dengan jabatan KANIT I NARKOBA. Tertulis dibawah Namanya di layar TV.
SURYA LUKITO
Bersamaan dengan Surya yang juga melihat orang itu, entah kenapa Surya mengenalinya, sesaat ia melihat Arifin.
Surya Lukito meminum kopinya, ia terlihat menikmatinya. Kemudian ia membuka laci meja kerjanya dan mengambil amplop coklat dan meletakkan di atas meja.
SURYA LUKITO
Arifin masih melihat TV, tidak mendengar atau tidak menjawab, entahlah.
Surya menunggu jawabannya, tapi tidak ada.
SURYA LUKITO
Arifin melihat Surya, ia mengambil amplop diatas meja itu dan membukanya.
SURYA LUKITO
Arifin mengambil uang selembaran lima puluh ribu dan meletakannya diatas meja --
ARIFIN
Surya hanya melihat uang, tidak menyentuhnya.
ARIFIN
SURYA LUKITO
Arifin meminum kopi yang ada diatas mejanya.
SURYA LUKITO
Ada jeda diantara mereka.
ARIFIN
Surya tersenyum kecil, memikirkan pertanyaan Arifin.
SURYA LUKITO
Kata-kata Surya seperti bertanya ke siapapun disitu, termasuk dirinya sendiri.
ARIFIN
Arifin berdiri dan menuju pintu, keluar dari situ. Surya hanya melihatnya, kemudian ia melihat uang itu dan mengambilnya.
EXT. KORIDOR - RUMAH SAKIT - SORE
Arifin berjalan dikoridor rumah sakit, ia tidak seperti pertama kali ke sini, ia tahu kemana ia akan tuju.
Ia berjalan menuju bangsal rawat inap. Ditangannya ada kantong plastik putih.
INT. KAMAR - RUMAH SAKIT - SORE
Arifin memasuki bangsal rawat inap, terdapat beberapa pasien yang sedang dirawat disana, Arifin berjalan menuju bangsal yang berada di ujung.
Seseorang perempuan terbaring ditempat tidur, AMINAH WULANDARI, 70-an, sedang tertidur. Arifin meletakkan kantong plastik di dimeja sebelahnya. Ia melihat perempuan itu dengan datar.
Ia pergi keluar dari ruangan itu.
INT. LOKET ADMINISTRASI - RUMAH SAKIT - SORE
Arifin berdiri didepan Loket Administrasi, menunggu petugas yang tidak ada ditempatnya.
Tak lama kemudian, PETUGAS ADMINISTARI, PEREMPUAN, 20-an, muncul dari belakang Loket Administrasi --
PETUGAS ADMINISTRASI
ARIFIN
PETUGAS ADMINISTRASI
Petugas Administrasi itu mengerjakan sesuatu di komputer didepannya, Arifin menunggu.
Kemudian, ia memberikan Kertas kepada Arifin dan ia melihatnya.
Arifin mengeluarkan amplop coklat yang diberikan Surya Lukito dan mengambil beberapa lembar uang dari dalam situ. Ia memberikan seluruh amplop coklat itu kepada Petugas Administrasi itu.
Petugas Administrasi itu menerima dan menghitungnya.
PETUGAS ADMINISTRASI
ARIFIN
Arifin pergi dari situ dengan membawa tanda terima pembayarannya.
INT. KAMAR - RUMAH SAKIT - SORE
Arifin kembali dari loket administrasi, ia berjalan menuju bangsal Aminah Wulandari, ia berhenti sebentar, kemudian berjalan lagi.
Aminah sudah bangun, ia tersenyum kecil melihat Arifin. Wajahnya yang tirus, karena sakit dan tua, tetapi terdapat perasaan keibuan yang keluar dari ketika melihat Arifin.
Arifin menghampirinya dan mencium tangannya. Mereka tidak bicara satu sama lain, ada hubungan diantara mereka, Aminah sudah tahu dengan sifat Arifin.
Arifin mengambil kantong plastik diatas meja dan membukanya, Bubur. Arifin memberikan sesuap kepada Aminah, ia memakannya, walaupun pelan.
Arifin memberikan Aminah air putih. Ia meminumnya, Arifin memberikan sesendok bubur lagi kepada Aminah, namun ia menggeleng pelan.
Arifin hanya melihat Aminah, masih dengan sendok bubur ditangannya. Aminah memakannya walaupun sedikit.
Arifin menutup buburnya dan meletakkan diatas meja. Ia pergi dari situ. Aminah melihatnya, seperti melihat Anaknya yang datang berkunjung.
CUT TO:
Arifin membersihkan tangan Aminah dengan kain dan air. Aminah hanya melihatnya.
AMINAH WULANDARI
ARIFIN
AMINAH WULANDARI
ARIFIN
AMINAH WULANDARI
Arifin selesai membersihkan tangan kiri Aminah, ia mengambil tangan kanannya, mulai membersihkannya.
ARIFIN
Ada jeda diantara mereka.
AMINAH WULANDARI
Arifin tidak menjawab, ia masih membersihkan tangan Aminah.
ARIFIN
AMINAH WULANDARI
Ada jeda diantara mereka.
ARIFIN
Arifin selesai membersihkan tangan Aminah. Ia bangun dan membawa baskom dan kain ke kamar mandi.
Aminah hanya melihat Arifin pergi.
CUT TO:
Aminah tertidur, sedangkan Arifin duduk disebelahnya, hanya melihatnya dengan datar. Saat itu sudah malam, Arifin memperbaiki selimut Aminah, ia melihat sekitar. Sepi, tak terdengar apapun disini. Keluarga dari pasien yang lain juga sudah pulang.
Ia berdiri dan berjalan menuju pintu keluar.
INT. DEPAN KAMAR AMINAH - RUMAH SAKIT - MALAM
Arifin berbicara kepada seorang DOKTER, tidak terdengar, mereka berbicara apa, tetapi mereka melihat kearah kamar Aminah, sesuatu tentang Aminah yang pasti. Sesuatu yang serius.
Setelah itu mereka berpisah jalan, Arifin berjalan menuju pintu keluar, ia berhenti, ia mengambil Handphonenya didalam kantong celana, melihatnya dan menempelkan ditelinga. Ia berbicara kepada seseorang, sambil berjalan menyusuri koridor.
EXT. DEPAN RUMAH PACAR MAWAR — MALAM
Arifin berhenti di depan rumah di sebuah gang. Ia mengeluarkan handphonenya dan memencet sesuatu di sana, namun --
Seorang PEREMPUAN, keluar dari rumah itu, MAWAR KUSUMAWARDANI, 28, seorang yang percaya diri, tipe-tipe orang yang tahu apa yang ia lakukan, berjalan cepat dari dalam rumah menuju Arifin.
Dibelakangnya, keluar LAKI-LAKI, HARI, awal 30-an, mengejar Mawar, menahannya, ia memakai sabu, terlihat wajahnya yang pucat, matanya tidak fokus.
HARI
MAWAR
Mawar berjalan menuju pintu pagar, tapi Hari memegang tangannya, dengan paksa. Mawar melihatnya, dingin --
MAWAR
Hari tahu, ia salah, ia tidak banyak bicara, ia melepaskan pegangannya.
Dari luar pagar, Arifin hanya melihatnya, tidak ikut campur.
Mawar membuka pintu pagar, ketika ia ingin naik, Hari menahannya --
HARI
ARIFIN
Arifin tidak menghiraukan apa yang di katakan Hari, ia melihat Mawar yang berdiri di belakang Hari. Hari melihat Arifin, tidak terima, tetapi ia juga melihat reaksi mawar.
MAWAR
Ada jeda di antara mereka.
ARIFIN
Hari melihat Arifin, ia mendekat. Berdiri di depan Arifin, menantang.
HARI
ARIFIN
Arifin masih dalam keadaan tenang, ia tidak terpancing. Mawar melihat apa yang di lakukan Hari, tidak percaya.
MAWAR
Mawar berjalan menjauhi Arifin, bersama Hari. Mereka berbicara, Arifin hanya melihatnya.
Mereka beragumen tentang sesuatu, terdengar dari percakapan mereka, kata-kata bajingan, pelacur, selingkuh, perempuan kayak kamu.
Mawar pergi meninggalkan Hari ditempatnya, ia berbalik --
MAWAR
Mawar naik keatas motor Arifin. Sesaat, Arifin melakukan kontak mata dengan Hari. Tatapan dingin dari Arifin.
Mereka pergi dari situ.