Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Ojek
Suka
Favorit
Bagikan
5. Bagian 5

EXT. PENDOPO PERTEMUAN - RUMAH ULAMA — SIANG

Orang-orang berkumpul di sebuah ruangan terbuka, diantara mereka terdapat Seorang ALIM ULAMA, 60-an, memakai pakaian serba putih, berdiri di belakangnya, para pengikutnya. Mereka sedang menunggu sesuatu.

Kasuari dan Ayu beserta rombongan memasuki pendopo, mereka menaiki pendopo. Kemudian, Kasuari dan Ulama itu bersalaman, dengan para Jurnalis didepan mereka, mengambil gambar dan menunggu keterangan dari kedua pihak. Sementara Ayu berbicara dengan Istri Ulama itu.

Keduanya berbicara sebentar sebelum mereka berdua memulai pembicaraan yang sebenarnya.

Fahmi yang berada dibelakang kanan Kasuari, berjalan menjauh, ia memperhatikan handphonenya, ke halaman pendopo.

EXT. HALAMAN PENDOPO - RUMAH ULAMA — SIANG

Kasuari berjalan didepan Fahmi, dari belakang, pendopo sudah jauh, mereka berada di sebuah taman kecil rumah itu.

KASUARI RAHMAT

Ada apa?

FAHMI

Saya mendapatkan jawaban dari orang-orang DPW, mereka setuju dengan perjanjian kita.

KASUARI RAHMAT

DPP?

FAHMI

Satu orang tidak setuju, dia minta lebih. Karena dia ditawarkan perjanjian yang sama dari Ilham.

Ada jeda di antara mereka.

KASUARI RAHMAT

Biarkan saja, kita harus berhemat buat orang-orang petinggi partai. Masih banyak yang harus kita lakukan. Hidayat ada telepon?

FAHMI

Iya, ada pak. Semuanya sudah di proses.

KASUARI RAHMAT

Gunakan untuk orang-orang DPW. Tambahkan sisanya untuk petinggi partai. Kita tidak bisa gunakan sumber dari pengusaha untuk partai, mereka tidak akan suka.

Fahmi mengangguk, mengerti.

Tak lama kemudian, handphone Fahmi berbunyi, ia mengangkatnya.

FAHMI

Iya, halo.
(mendengarkan)
Baik, saya mengerti.
(mendengarkan)
Iya, akan saya sampaikan, terima kasih. Selamat sore.

Fahmi mematikan handphonenya, Kasuari menunggu.

FAHMI

Dari sekretaris Sekjen. Mereka setuju, tapi Bapak harus menambah lima ratus dari harga yang disepakati.

Ada jeda di antara mereka.

FAHMI

Dengan sumber yang kita punya sekarang, sulit untuk memenuhinya. Sumber pengusaha tidak lebih dari seratus. Mereka akan memberikan sisanya ketika Bapak ditetapkan jadi calon. Itu perjanjiannya.

Kasuari berpikir, ia mencari cara untuk bisa menyelesaikan masalah ini.

KASUARI RAHMAT

Bilang mereka, kita minta waktu untuk mencari sisa dananya.

Fahmi mengangguk, ia mengambil handphonenya, memencet sesuatu dan pergi menjauh dari Kasuari.

Kasuari memandang taman di depannya, ia berpikir.

INT. DEPAN FOOD STALL - MALL — SIANG

Arifin berdiri menunggu antrian bersama orang-orang di sebuah restoran cepat saji.

Giliran Arifin, ia menunjukkan handphonennya kepada Petugas counter, ia mencatat pesanannya.

EXT. DEPAN RUMAH PELANGGAN — SIANG

Arifin berdiri didepan sebuah rumah pelanggannya, di tangannya ada kantong plastik berukuran sedang. Ia memegang pesanan pelanggannya.

Tak lama kemudian, pintu pagar terbuka, keluar, seorang LAKI-LAKI, 20-an. Arifin memberikan kantong plastik itu kepadanya.

Laki-laki itu menerima dan masuk kedalam rumahnya, meninggalkan Arifin yang sendirian didepan rumah. Ia memencet sesuatu di handphonenya.

Arifin menghidupkan motor dan pergi dari situ.

INT. DEALER MOTOR BEKAS — SIANG

Surya sedang berbicara kepada seorang PELANGGAN, mereka berdiri didepan sebuah motor Bebek, bekas. Pelanggan itu menayakan kondisi motornya dan Surya menjelaskannya.

EXT. DEPAN DEALER MOTOR — SIANG

Pelanggan tadi keluar dari Dealer, bersamaan dengan Arifin yang baru saja sampai didepan dealer. Ia masuk kedalam dealer.

INT. RUANG KERJA - DEALER MOTOR — SIANG

Surya sedang mengerjakan sesuatu di bukunya, banyak kertas-kertas diatas meja. Arifin menonton TV, seperti biasa, dengan suara kecil. Surya memperhatikanya.

SURYA LUKITO

Apa perlu saya belikan TV buat kamu, Arifin?

Arifin melihat Surya, datar.

ARIFIN

Ada apa Pak, panggil saya?

Surya mengambil sesuatu didalam laci meja kerjanya dan meletakkannya di depan Arifin, sebuah amplop coklat. Arifin melihatnya.

SURYA LUKITO

Bayaran terakhir kamu, sesuai perjanjian kita.

Arifin mengambilnya dan memasukkannya kedalam saku belakang celananya.

SURYA LUKITO

Apa kamu tetap jadi ojek online setelah kamu berhenti Arifin?

ARIFIN

Iya, Pak.

SURYA LUKITO

Kamu bisa kesini kalau kamu butuh sesuatu.

ARIFIN

Makasih, Pak.

SURYA LUKITO

Sebelum kamu jadi ojek online, kamu dulu supir, benar, Arifin?

ARIFIN

Iya, pak. Saya kerja jadi supir Kasuari Rahmat.

Arifin melanjutkan menonton TV lagi, sementara Surya memeriksa kertas di atas meja.

ARIFIN

Mereka bilang apa waktu tahu saya mau berhenti, Pak?

SURYA LUKITO

Mereka tidak bilang apa-apa. Toh mereka tahu dimana kamu tinggal dan apa yang kamu lakukan. Selama kamu tidak buka mulut, semua aman. Ada saya juga, mereka percaya.

ARIFIN

Makasih, Pak.

SURYA LUKITO

Saya harus bikin lowongan pekerjaan lagi, kali ini saya harus tulis, seseorang yang ceria dan komnukatif.

Surya menunggu reaksi Arifin. Arifin tersenyum kecil mendengarnya.

ARIFIN

Jangan lupa Pak, yang tidak suka nonton TV.

SURYA LUKITO

Itu yang penting.

Arifin melihat foto diatas meja kerja Surya, foto keluarga Surya. Ia, Istrinya dan dua anak-anaknya. Laki-laki dan Perempuan.

ARIFIN

Apa anak Bapak nanti terusin usaha Bapak?

Surya melihat foto keluarganya sejenak.

SURYA LUKITO

Kamu tahu, itu tradisi meneruskan usaha orang tua. Tapi sayangnya tidak. Anak-anak saya tidak tertarik dengan usaha bengkel dan dealer motor bekas.

SURYA LUKITO

Mereka tahu tentang bisnis kita Arifin, tapi mereka tidak akan ikut campur. Saya sudah tidak bicara dengan mereka selama setahun terakhir. Saya hanya mengirimkan mereka uang untuk biaya hidup dan uang kuliah anak-anak saya. Hanya itu hubungan keluarga kami.

Ada jeda di antara mereka.

SURYA LUKITO

Orang baru yang akan menjalankan bisnis ini kalau saya kenapa-kenapa, begitu seterusnya, hal ini tidak akan habis. Akan muncul raja-raja kecil yang memanfaatkan keadaan ketika bos mereka ditangkap atau dibunuh, termasuk kita sekalipun. Ini semacam lingkaran yang tidak berujung.

Arifin kembali melanjutkan menonton TV, sementara Surya meminum kopi diatas mejanya, termenung. Mereka tenggelam dalam pikirannya masing-masing.

EXT. PINGGIR JALAN — SORE

Arifin memperlambat laju motornya dipinggir jalan, ia mengambil handphonenya didalam saku jaketnya, tertulis:

MAWAR.

Untuk sesaat, Arifin melihatnya dan mengangkatnya.

Mereka berbicara melalui handphone.

INT. RESTORAN — MALAM

Sebuah restoran masakan Indonesia, terlihat mewah. Kasuari duduk di salah satu meja, sedikit tertutup, karena ada pembatas antar meja dan tirai, seperti sebuah pondok.

Dari pintu depan, Hidayat masuk dan berjalan kearah Kasuari, masuk ke dalam pondok mereka, duduk di depannya.

HIDAYAT PRATAMA

Bagaimana pertemuan dengan Gus Qosim?

KASUARI RAHMAT

Lancar, mereka memberikan dukungan ke saya.

HIDAYAT PRATAMA

Memang benar, agama tidak bisa dipisahkan dari politik. Dekati pemimpin mereka, maka umat akan mengikutinya. Seperti Pengembala dan domba-dombanya.

Kasuari tidak bereaksi, ia hanya diam.

KASUARI RAHMAT

Kita sudah bekerja sama selama lebih dari sepuluh tahun, betul, Hidayat? Dimasa-masa itu juga kita saling membantu satu sama lain.

Ada jeda di antara mereka.

KASUARI RAHMAT

Pusat sudah mempertimbangkan tentang tawaran saya...

Kasuari hanya diam, tidak melanjutkan kata-katanya. Sementara, Hidayat mengerti apa yang dimaksudkan Kasuari.

HIDAYAT PRATAMA

Tapi?

KASUARI RAHMAT

Mereka minta tambahan. Lima ratus dari harga yang saya tawarkan.

Hidayat melihat Kasuari, mempertimbangkan perkataan Kasuari tadi.

HIDAYAT PRATAMA

Saya tidak punya pilihan lain kan? selain menolong Bapak.

Hidayat meminum air yang disediakan diatas meja. Mereka saling melihat satu sama lain, datar.

Dari arah belakang restoran, muncul Ayu berjalan kearah mereka. Hidayat melihatnya dan mereka bersalaman.

Hidayat memanggil pekerja disana, mereka memesan makanan.

EXT. PINGGIR JALAN — MALAM

Motor Arifin berhenti didepan sebuah bangunan, tempat kerja Mawar, sebuah kantor periklanan.

Dari dalam bangunan itu, Mawar keluar, berjalan menuju tempat Arifin menunggunya.

EXT. JALAN - BERGERAK — MALAM

Arifin mengendarai sepeda motor, di belakangnya ada Mawar yang memeluk Arifin. Mereka tidak bicara, tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing.

Sesaat, Arifin melirik Mawar di belakangnya. Mawar yang datar melihat sekelilingnya.

ARIFIN

Kamu belum mau pulang?

Mawar tidak menjawab, ia hanya melihat Arifin.

Arifin tidak memberitahukan apa yang ia maksud, ia kembali mengendarai motor dengan tenang.

EXT. DEPAN PASAR MALAM — MALAM

Arifin memakirkan motornya di parkiran. Mawar turun dan melihat Arifin dengan bingung, tetapi Arifin yakin dengan apa yang ia lakukan. Ia berjalan masuk kedalam, Mawar melihatnya, dengan ragu, ia mengikutinya dari belakang.

MONTAGE BEGIN:

EXT. PASAR MALAM — MALAM

Arifin dan Mawar melihat keadaan Pasar Malam. Orang-orang yang berjualan makanan dan minuman. Orang-orang yang mengantri didepan pedagang kaki lima. Menunggu giliran mereka untuk bermain. Mawar melihat salah satu wahana, ia berhenti, melihatnya.

EXT. WAHANA KETANGKASAN - PASAR MALAM — MALAM

Arifin dan Mawar berdiri didepan sebuah WAHANA KETANGKASAN. Mawar melihat Arifin, tidak yakin, Arifin melakukannya, mengenai beberapa target, Mawar terlihat bersemangat, menunjuk target dengan tangannya.

Arifin berhasil menang, Mawar disuruh memilih apa yang ia mau, Mawar memilik JAJAJAN, seperti Wafer dan Chiki. Mawar tersenyum dengan apa yang dilihatnya.

EXT. DEPAN TONG SETAN - PASAR MALAM — MALAM

Dengan membawa Jajanan di tangannya, Arifin dan Mawar berdiri di depan Wahana Tong Setan. Mereka saling melihat.

INT. TONG SETAN - PASAR MALAM — MALAM

Mereka didalam wahana itu, melihat para Joki yang mengendarai sepeda motor. Orang-orang memberikan selembar uang kepada Joki yang mengambilnya. Mawar melihatnya, ia mengeluarkan selembar uang dan meletakan tangannya didepan tong itu.

Dengan cepat Joki itu mengambil uang dari tangannya, Mawar terkejut melihatnya. Tak lama ia menutup telinganya dengan tangan. Ia melihat Arifin yang memperhatikannya. Ekspresi mereka mengatakan harus keluar dari sini sekarang juga.

EXT. PENJUAL SATE SEAFOOD - PASAR MALAM — MALAM

Arifin dan Mawar berdiri didepan penjual Sate Seafood. Mereka memilih dan mengambil pilihan sate yang ada didepannya, Mawar mengambil beberapa dan memberikan kepada Penjualnya.

EXT. TAMAN - PASAR MALAM — MALAM

Mawar duduk di sebuah kursi panjang, ia melihat Arifin yang membawa dua gelas minuman di tangannya. Mawar melihat Arifin dengan senyuman mengembang di wajahnya. Arifin berjalan dengan hati-hati. Ketika sampai, Mawar tertawa melihat Arifin.

BACK TO SCENE:

Mereka memakan Sate Seafood mereka dan minuman dalam diam, menikmati Biang Lala yang ada didepan mereka, bercahaya dan berputar-putar.

ARIFIN

Kamu harus coba biang lala, atau Komedi Putar. Atau Rumah hantu. Kamu masuk kedalam, mas tunggu diujungnya. Nanti kamu cerita, ada apa aja didalam.

Ia mengatakan itu semua dalam ekspresi datar, terlihat serius. Mawar tersenyum mendengarnya, ia meminum minuman di sebelahnya.

MAWAR

Aku belum pernah ke tong setan, sekarang telinga aku pengang.

Mawar melanjutkan minumnya.

MAWAR

Makasih bawa aku kesini.

Arifin tidak menjawab apa-apa, masih melihat Biang Lala di kejauhan.

MAWAR

Aku gak nyangka mas tahu disini ada pasar malam.

ARIFIN

Mas tukang ojek, makanya sibuk.

Mawar tersenyum mendengar apa yang dikatakan Arifin. Seperti menyetujui apa yang dikatakan Arifin.

ARIFIN

Kamu bisa ke sini lagi kalau mau.

MAWAR

Nanti aku bilang kalau aku mau.

Mawar melipat lengan baju kemeja, ditangan kirinya terdapat memar, kebiruan. Mawar melihatnya dengan datar.

Sementara Arifin melihat memar itu ditangan Mawar. Mawar menyadarinya --

MAWAR

Ini... kemarin aku berantem saya Hari, waktu dia mau pukul aku, aku tahan pakai tangan, makanya memar sekarang.

Arifin hanya melihat datar memar itu.

MAWAR

Aku gak apa-apa, udah aku kasih obat.

Arifin masih melihat Mawar.

MAWAR

Menurut aku, mas orang baik.

Mawar mengatakannya sambil melihat Arifin. Sementara Arifin melihat kearah biang lala.

ARIFIN

...Mas bukan orang baik.

Mawar bingung mendengar jawaban dari Arifin. Ia melihat Arifin, seperti mencoba membacanya, tidak bisa.

Arifin kembali melihat Biang Lala dengan datar. Mereka menikmati suasana dalam diam.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar