Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
EXT. DEPAN RUMAH KASUARI RAHMAT — MALAM
Arifin dan Mawar berhenti didepan rumah Kasuari, Mawar turun dari motor.
MAWAR
ARIFIN
Mawar hanya diam mendengarnya.
MAWAR
Sebuah mobil mendekati mereka, berhenti didepan rumah. Mawar melihat mobil itu, datar. Arifin juga melihatnya.
Pintu belakang mobil terbuka, kiri dan kanan, Kasuari dan Ayu keluar dari mobil, berjalan mendekati Arifin dan Mawar.
Mawar melihat mereka dengan datar, Arifin melepaskan helm, bersikap sopan.
AYU KUSUMAWARDANI
Arifin menyalami mereka satu persatu.
ARIFIN
Kasuari tersenyum kepadanya.
KASUARI RAHMAT
ARIFIN
KASUARI RAHMAT
ARIFIN
Kasuari hanya tersenyum. Terlihat ada jarak diantara mereka, hanya sebatas hubungan pekerjaan. Mereka terlihat canggung satu sama lain.
AYU KUSUMAWARDANI
ARIFIN
MAWAR
KASUARI RAHMAT
Arifin hanya mengangguk, ia kembali ke motornya, menghidupkannya dan pergi dari situ. Mawar melihatnya.
Mawar masuk kedalam rumah, disusul Ayu dan Kasuari.
EXT. JALAN - BERGERAK — MALAM
Arifin mengendarai motornya, dengan datar, ia melihat jalan yang ada didepannya.
Tak lama kemudian, ia berbelok, memasuki sebuah gang.
INT. RUMAH HARI — MALAM
Suara ketokan pintu terdengar dari arah luar rumah Hari.
Tak lama kemudian, Hari berjalan menuju pintu dan melihat siapa yang mengetok pintu rumahnya malam-malam.
Ketika ia membuka pintu rumahnya --
Suara tendangan dari pintu terdengar, membuat pintu terdorong dengan cepat, membuat Hari terjatuh ke belakang, ia terkejut.
Arifin berdiri didepan pintu dan masuk kedalam rumah, kemudian ia menutup pintu rumah itu.
Hari berusaha mundur dan berdiri --
HARI
Arifin tidak menjawabnya. Ia berjalan mendekati Hari --
Arifin meninju Hari di wajahnya, Hari terjatuh, Arifin meninju Hari beberapa kali, cukup membuat wajahnya berdarah dan memar di pelipisnya.
Arifin berjongkok di depannya, melihat Hari yang sudah babak belur.
ARIFIN
Hari hanya diam, ia tidak mengerti apa yang dikatakan Arifin.
ARIFIN
Hari diam, sesaat ia menyadari Arifin.
HARI
Ia mengatakannya sambil menahan sakit di wajahnya.
ARIFIN
Hari tidak menjawab, ia hanya diam.
Arifin menekan luka di wajahnya, membuat Hari meringis kesakitan.
HARI
ARIFIN
Arifin menekan lagi luka di pelipis Hari, membuatnya meringis kesakitan.
HARI
Arifin mengambil sesuatu dari belakang celananya, sebuah Palu, ia memegangnya.
ARIFIN
Hari tidak menjawab, ia masih meringis kesakitan.
Arifin berdiri dan dengan cepat Arifin menendang Hari dengan lututnya, mengenai wajahnya, luka di pelipisnya semakin parah. Hari meringis kesakitan.
ARIFIN
Dengan menahan sakit, Hari mengangkat tangan kanannya. Arifin melihatnya.
Arifin memegang tangan kanan Hari dengan tangan kirinya.
ARIFIN
Arifin meletakan tangan kanan Hari di lantai dan ia mengarahkan palu itu ke tangan Hari. Hari menggeleng kuat, memohon jangan, ia menangis, memohon.
Arifin memukul tangan kanan Hari dengan palu beberapa kali.
Hari menjerit, ia menangis. Arifin hanya melihat dengan datar Hari yang memegang tangannya, darah keluar dari sana.
ARIFIN
Hari hanya mengangguk pelan, sambil memegang tangannya.
Arifin memasukan kembali Palu ke belakang celananya dan berjalan keluar rumah --
HARI
Arifin berhenti, ia menoleh ke arah Hari.
ARIFIN
Arifin berjalan keluar rumah, menutup pintu rumah Hari. Sedangkan Hari, ia masih memegang tangannya.
INT. KAMAR ARIFIN — MALAM
Arifin masuk kedalam kamarnya, ia melepaskan jaket dan sepatunya.
Ia meletakkan handphonenya diatas meja, disebelah handphone yang sudah terlebih dulu ada diatas meja. Dan juga Palu dibelakang celananya tadi.
Handphone dengan model lama dari handphone disebelahnya, berbunyi, sebuah pesan masuk.
Arifin membukanya, tertulis:
HASIL PRODUK DIANTAR BESOK.
Arifin melihat pesan itu, datar. Ia meletakkan handphonenya di meja, ia berjalan kearah kamar mandi. Dari dalam, terdengar suara air yang mengalir.
EXT. DEPAN KAMAR ARIFIN — PAGI
Arifin mengunci pintu kamarnya, ia berjalan, lengkap dengan jaket ojek onlinenya. Ia berjalan menuruni tangga.
INT. DEALER MOTOR — PAGI
Seorang PELANGGAN yang kita lihat kemarin, berbicara kepada Surya, bersamaan dengan motor yang mereka bicarakan kemarin.
Pelanggan itu menaiki motor dan pergi dari situ. Dari belakang, Surya melihat, tersenyum puas.
Arifin melihatnya dan berjalan mendekati Surya, mereka masuk kedalam Dealer bersama-sama.
INT. RUANG KERJA - DEALER MOTOR — PAGI
Arifin duduk didepan meja Surya, Surya merapikan kertas-kertas di atas mejanya dan memasukkan kedalam laci mejanya.
SURYA LUKITO
Arifin menunggu apa yang selanjutnya di katakan Surya.
SURYA LUKITO
ARIFIN
Surya tersenyum mendengar apa yang dikatakan Arifin.
SURYA LUKITO
Surya membawa sesuatu dari bawah meja, sebuah TAS JINJING, berukuran sedang, terlihat penuh dan berat.
Surya menulis sesuatu dikertas dan memberikan kepada Arifin. Ia membacanya.
SURYA LUKITO
Arifin tidak menjawab, ia hanya melihat tas itu.
SURYA LUKITO
Arifin mendengarkan Surya bicara.
SURYA LUKITO
Arifin masih melihat Tas itu.
SURYA LUKITO
Ada jeda di antara mereka.
Arifin berdiri, membawa Tas itu berjalan keluar. Surya melihatnya dengan datar, ini akhirnya.
INT. BENGKEL — PAGI
Arifin berjalan membawa tas itu ke bengkel.
Montir sudah mempersiapkan motornya, Arifin meletakkan tas itu dibagian depan motor.
Arifin menaiki motor itu dan menghidupkannya.
Montir membuka pintu bengkel yang ditutup, cahaya dari luar masuk kedalam, Arifin mengendarai motornya keluar dari bengkel.
EXT. JALAN - BERGERAK — PAGI
Arifin mengendarai motornya dengan tenang, ia sesekali melihat sekitar dengan kaca spionnya.
Tas Jinjing itu berada di pijakan kaki motornya.
Arifin meningkatkan kecepatan motornya, melaju di jalan raya. Sesekali memotong kendaraan di depannya.
INT. LOBBY HOTEL — PAGI
Sebuah hotel murah, lebih cocok dibilang wisma daripada hotel. Hanya ada sepasang sofa dan meja ditengah, dan juga meja resepionis yang sederhana terbuat dari kayu.
Lobby tampak sepi, tak ada petugas yang meja resepsionis. Arifin masuk dari pintu depan, melihat sekitar sebentar, kemudian ia masuk kedalam hotel itu, menuju koridor, terlihat Tas Jinjing di tangannya.
INT. KORIDOR HOTEL - HOTEL — PAGI
Arifin berjalan di koridor hotel, ia berjalan lurus, dengan Tas Jinjing ditangannya, ia tahu kemana tujuannya.
Ia berhenti didepan sebuah kamar. Ia mengetok pintu kamar, sekali lagi mengetok pintu kamar. Beberapa saat ia membuka pintu kamar, masuk kedalam nya --
INT. KAMAR HOTEL - HOTEL — PAGI
Arifin berhenti, ia melihat sesuatu di depannya --
SEORANG LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN, keduanya terbaring diatas tempat tidur, berlumuran Darah. Mereka tidak bernyawa lagi, darah mereka membuat tempat tidur dan seprai putih hotel menjadi merah, melebar, ke segala arah, tidak beraturan.
Arifin melangkah mendekat, melihat mereka lebih dekat, darah mereka belum mengering, belum lama sejak mereka dibunuh. Arifin memperhatikan Laki-laki itu, datar, itu kurir yang akan ia temui.
Dari belakang, seseorang menodong pistol ke bagian kepala Arifin. Arifin yang merasakannya, diam, ia melihat kebelakang melalui ekor matanya.
LAKI-LAKI (O.S)
Arifin meletakkan Tas Jinjing itu di lantai, kemudian ia mengangkat tangannya.
Laki-laki itu mengambil Tas Jinjing itu lantai, dengan pistol yang masih mengarah dikepala.
Tidak terlihat jelas siapa laki-laki itu, wajahnya, namun, dari belakang, terdengar suara langkah kaki yang masuk kedalam kamar, lebih dari satu orang, tak lama kemudian suara langkah kaki itu menjauh. Tak terdengar lagi.
LAKI-LAKI (O.S)
Arifin berbalik, masih mengantidakat tangan, terlihat wajah Laki-laki itu, badannya tegap, dengan tinggi sama dengan Arifin, dengan wajah serius.
LAKI-LAKI
Arifin meletakkan tangan didepannya, Laki-laki itu memasukkan kembali Pistolnya ke tempatnya --
Arifin dengan tiba-tiba menabrakan dirinya ke laki-laki itu, laki-laki itu mundur kebelakang, terhuyung-huyung --
Pistol Laki-laki itu jatuh, Arifin mengambil Pistol itu dan membuangnya.
Arifin mengambil lampu tidur disebelah tempat tidur dan memukul kepala Laki-laki itu dengan keras, membuat lampu tidur itu pecah, laki-laki itu mengiris kesakitan, menjerit, memegang kepalanya.
Dengan cepat, Arifin berlari, menerjang Laki-laki itu lagi, membuat ia menghantam dinding hotel, suara benturan terdengar keras, laki-laki itu terduduk, begitu juga dengan Arifin, ia mengiris kesakitan. Arifin bisa mengendalikan dirinya, ia berjalan kearah Laki-laki itu.
ARIFIN
Laki-laki itu tidak menjawab, Arifin memberikan tendangan lutut ke wajah Laki-laki itu, wajah Laki-laki itu mengeluarkan darah. Arifin ingin memberikan tendang lutut lagi --
Laki-laki bisa menahannya, ia menendang kaki Arifin, membuat ia terjatuh. Laki-laki itu mengeluarkan PISAU dari saku celananya, ingin menusuk Arifin --
Arifin berhasil menahannya dengan tangannya, walaupun sudah menembus perutnya, dalam, ia mengiris kesakitan, darah keluar dari perutnya.
Tangan mereka saling berusaha, dengan gerakan cepat, Arifin membuang pisau dari Laki-laki itu. Laki-laki itu berdiri dan mengejar Pistol yang dibuang Arifin. Arifin mengambil Pisau tadi dan mengejar Laki-laki itu --
Ia memegang lehernya dan menusuk Pisau itu didadanya, berkali-kali, membabi buta. Laki-laki itu berlumuran darah, ia tidak bergerak lagi. Darah keluar dari tubuhnya, menyebar kesegala arah.
Arifin dengan adrenalin yang masih tinggi, berusaha mengendalikan dirinya, sesaat ia melihat sekitar, ekspresinya berubah, seperti tidak sadar apa yang telah ia lakukan, ia membuang pisau ke lantai. Ia keluar dari kamar itu dengan terhuyung-huyung.
INT. KORIDOR HOTEL - HOTEL — PAGI
Arifin berjalan cepat di koridor hotel. Handphone di telinganya, ia menelepon seseorang.
ARIFIN
SURYA LUKITO (V.O)
Sambungan terputus. Arifin melihat jaketnya yang terdapat bercak darah.
EXT. DEPAN HOTEL — SIANG
Arifin keluar dari hotel, berjalan ke motornya, ia menghidupkan motornya dan pergi dari situ.
Dari pinggir jalan depan hotel, sebuah motor dengan dua orang di atasnya, juga menghidupkan mesin, berjalan mengikuti Arifin.
EXT. JALAN - BERGERAK — SIANG
Arifin mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi, memotong semua kendaraan di depannya, dari kaca spion, ia melihat sebuah motor mengikutinya, motor yang sama didepan hotel.
Arifin memacu motornya lebih cepat lagi, bersamaan, dengan motor di belakangnya, yang juga memacu kendaraanya lebih cepat lagi.
Kendaraan mereka saling mengejar dan menjauh, lalu lintas didepan mereka tidak ramai dan sepi. Dengan perlahan, Dua orang itu berhasil menyusul Arifin, berada di sebelahanya, tidak terlihat wajah mereka, karena memakai HELM FULL FACE.
Arifin menjauh dengan melebarkan jarak diantara mereka, tetapi Dua orang itu mengikuti kemana Arifin pergi, mereka memotong sebuah Truk yang berhenti didepan mereka, dan menerobos lalu lintas, Arifin berbelok, Dua Orang itu juga berbelok, dengan suara klaskon dari arah belakang mereka, memekakkan telinga.
Dua orang itu menyusul Arifin, Laki-laki dibelakang, menunjuk Arifin, jarak motor mereka semakin dekat, Laki-laki itu berusaha meraih Arifin, dengan cepat, Arifin menghindar. Laju kendaraan didepan mereka melambat, sebuah perlintasan KERETA API, ditengah kota, tanpa palang pintu, terdengar suara peringatan kereta yang akan melintas.
Mereka tidak menurunkan kecepatan motor mereka, bahkan kecepatan motor Arifin semakin tinggi. Begitu juga dengan Dua Orang itu, mengikuti Arifin. Mereka harus bisa menghindar dan menangkap satu sama lain, tak ada pilihan, jarak semakin dekat dengan perlintasan kereta, Arifin menunggu momentum, dan --
Arifin menjatuhkan dirinya dari motor dalam kecepatan tinggi, membuat dirinya terpental ke jalan, berguling-guling dijalan, akan ada banyak luka di tubuhnya, itu pasti.
Dua Orang itu melihat Arifin dibelakang, sementara Motor Arifin melaju lurus kedepan, bersamaan dengan Dua Orang itu, mereka sudah berada di jalur Kereta Api --
BRAAKKK --
Motor Arifin dan Dua Orang itu tertabrak kereta yang melaju, mereka terseret, masuk ke rel kereta Api --
Terdengar suara rem dari Kereta Api, berdecitan keras di udara, berusaha menurunkan lajunya. Sementara, orang-orang menjerit histeris melihat apa yang terjadi didepan mereka, ada juga yang melihat Arifin yang terbaring di jalan. Orang-orang mendekatinya, memeriksanya.
Ia berusaha bangun, dengan terhuyung-huyung, ia berjalan ke pinggir dan menjauh dari kerumunan.