Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
My Last 20s
Suka
Favorit
Bagikan
4. ACT 2 (24 - 29)

24. INT. Kantor, di atap datar/tempat sitirahat – Siang

CAST: Silbi, Gilang, Anggi, Daniel.

Memperlihatkan atap datar yang berukuran ±200m2, terdapat pohon cemara udang/laut, palem botol dan beringin putih di sekeliling atap. Empat meja kayu dilengkapi kursi kayu panjang di kedua sisi, dan bunga bugenvil pada pot gantung di sepanjang pagar balkon. Dan terdapat sepasang pintu baja tempat untuk keluar/masuk dari atap ke dalam kantor, yang di sampingnya terdapat tempat sampah ukuran besar.

Gilang, Anggi, Daniel menunggu Silbi dengan delivery food sudah tersedia di meja kayu.

 

ANGGI

Silbi masih lama, ya? Gue makan duluan deh, laper banget.

 

Anggi membuka makanannya. Ponsel mereka bergetar dan membaca pesan secara bersamaan.

 

DANIEL

Oh? Ada rapat habis istirahat.

ANGGI

Emang ada apaan, sih, Lang?

DANIEL

Gue makan duluan juga, deh.

GILANG

Sebenernya ada beberapa project baru jadi nanti kita dibagi menjadi beberapa tim dan masing-masing akan ngerjain project yang berbeda.

ANGGI

Yang nggak gue ngerti tuh, mereka kenapa suka banget dadakannya sih. Bukan projectnya maksud gue, tapi kayak rapat dan printilannya ituloh.

 

Gilang hanya mengangkat dua bahunya.

 

ANGGI

Lo nggak makan, Lang?

GILANG

Gue nunggu Silbi aja.

ANGGI

Salut sih, Lang, kalau pada akhirnya Silbi mau nerima lo.

 

Gilang tersenyum.

 

ANGGI

Lo tahu kan Silbi nggak pernah pacaran?

 

Gilang mengangguk.

 

ANGGI

Kebanyakan orang bilang Silbi terlalu pemilih. Sebenernya Silbi nggak nyari macem-macem, kok. Selama ini dia nggak pernah menjalin hubungan juga bukan karena mau ngejar materi atau karirnya dulu seperti orang-orang kira. Kalau itu alasannya mah dia udah nerima tawaran bubos dua tahun lalu untuk dipromosiin, tapi nyatanya dia malah nolak.

GILANG

Tentang itu, masih heran gue sama dia, orang-orang berlomba-lomba biar dipromosiin eh dia malah nolak.

ANGGI

Ya, kan? Silbi tuh udah nyaman sama apa yang dia punya, sama kehidupannya sekarang. Jadi editor karena emang cita-citanya dari dulu, terus at least sebulan sekali selalu aja travelling karena dia suka banget sama semua yang berbau alam. Kehidupannya dia yang kayak gitu udah cukup dan nyaman menurut dia.

GILANG

Jadi penghalang terbesar gue tuh sebenernya kenyamanannya Silbi. Selama ini belum ada cowok yang bisa membuat Silbi mau “menduakan” kenyamanannya itu, atau bisa diblang belum ada cowok yang bisa menjadi bagian dari kenyamanannya dia, kan? I know...

 

Anggi tersenyum.

 

DANIEL

Kalau dari sikap Silbi ke lo, menurut gue lo ada harapan, sih, Lang.

 

Anggi manggut-manggut. Gilang bingung. Daniel baru mau membuka mulutnya untuk menjeleskan lebih lagi pada Gilang, tetapi terpotong karena terdengar suara pintu terbuka. Gilang, Anggi, Daniel menengok ke arah datangnya suara. Silbi datang dan duduk di sebelah Anggi.

ANGGI

Lama banget, Bi. Gue udah sampe kelar ini makan.

 

SILBI

Sebenernya ngobrol sama penulis nya sebentar, eh bubos dateng ya alhasil lanjut deh perbincangannya.

 

Silbi melihat makanan Daniel sudah habis.

SILBI

Lo juga udah selesai makan, Dan?

 

Daniel mengangguk.

DANIEL

Lo udah baca info di grup kan?

SILBI

Hah?

 

Silbi membuka ponselnya dan baru membaca pesannya.

 

ANGGI

Yaudah cepetan lo makan, nih. Gue duluan, ya. Mau shalat dulu sebelum rapat ntar.

DANIEL

Gue juga mau ngopi dulu.

 

Daniel dan Anggi pergi. Silbi melihat makanan Gilang utuh dan tersenyum tipis. Gilang mengeluarkan makanan Silbi dan memberikannya kepada Silbi.

 

GILANG

Nasinya dua, kan.

 

Silbi tersenyum.

 

SILBI

Thank you. 

Dissolve to

  

25. INT. Kantor, di atap datar/tempat istirahat – Siang

CAST: Silbi, Gilang, Icha, Adi.

Silbi dan Gilang membuang sampah makanan mereka. Tiba-tiba pintu terbuka, membuat Gilang refleks menarik Silbi agar tidak terkena pintu. Silbi dan Gilang berdiri dengan jarak yang sangat dekat di belakang pintu.

 

GILANG

Lo nggak—

SILBI

Shhh!

 

Silbi menunjuk ke arah Icha dan Adi. Gilang dan Silbi mengintip dari belakang pintu, mereka melihat Icha dan Silbi sedang berdiri berhadapan. Adi dan icha berbincang.

Memperlihatkan Silbi dan Gilang yang masih bersembunyi serta fokus mendengarkan Icha dan Silbi 

 

GILANG

Ternyata bener mereka pernah pacaran.

SILBI

Kejawab udah tentang sikap mereka selama ini. Eh kita begini berarti nguping, ya?

GILANG

Tapi kalau kita keluar tiba-tiba bakal jadi awkward nggak sih.

SILBI

Iya, sih.

 

Adi tiba-tiba melihat ke arah Silbi dan Gilang, membuat mereka semakin mencoba bersembunyi.

GILANG

Adi ngelihat nggak, ya?

SILBI

Nggak tahu. Udah diem nanti mereka beneran denger lagi.

 

Keadaan sunyi. Silbi dan Gilang tiba-tiba salah tingkah karena menyadari jarak mereka yang begitu dekat.

 

26. INT. Kantor, ruang serba guna – Siang

CAST: Silbi, Gilang, Nadin, Mamih, Icha, Bos Anna, Babe, Adi, 4 Ekstra

Bos Anna berdiri di depan menghadap karyawan. Nadin, Mamih, Babe duduk di sofa panjang. Gilang, Silbi, Anggi, Icha, Daniel, Adi berdiri, sisanya ada yang duduk di bean bag.

 

BOS ANNA

Selamat siang semuanya. Saya minta waktunya sebentar, ya. Jadi ada proyek yang lumayan untuk menambah revenue kita tahun ini.

ANGGI

(Berbisik) Bau-baunya bakal bangun candi, nih.

BOS ANNA

Kalian tahu kan Yayasan Mulia yang langganan borong buku-buku kita setiap tahunnya. Nah, tahun ini, selain rutinitas mereka itu, mereka mau menerbitkan buku sendiri. Mereka udah ada naskah, tugas kita hanya tinggal mengedit, layout, dan mencetak seperti biasa. Jumlah naskah yang mau mereka terbitkan ada sepuluh, dan setiap buku nanti mereka mau nyetak seribu eksemplar. Lumayan banget, kan? Kita hanya punya satu bulan untuk menerbitkan sepuluh buku itu. Satu bulan ini termasuk sudah STO, ya. Dan satu lagi, proyek ini sifatnya penambahan bukan penggantian, ya. Jadi kalian tetap mengerjakan target kalian yang sudah ada.

ANGGI

(Berbisik) See.

ICHA

Welcome, lembur.

BOS ANNA

Saya sudah taruh naskah maupun file pembagian tim untuk proyek ini di server. Kalau mau ada yang ditanyakan nanti sembari jalan aja, ya. Oke, rapatnya saya sudahi sampai sini. Terima kasih.

 

27. INT. Kantor – Sore

CAST: Silbi, Gilang, Icha, Adi.

Silbi membuka file pembagian tim di komputernya dan melihat nama Gilang ada di sampingnya. Silbi tanpa sadar tersenyum.

GILANG

Itu bukan gue yang ngatur loh, ya.

 

Silbi kaget.

 

SILBI

Kebiasaan banget sih muncul tiba-tiba. (Jeda) Kok lo ikutan, Lang?

GILANG

Semua superintendant diturunin juga untuk proyek ini.

SILBI

Oh.... Terus ini kenapa nggak dikelompokin sesama divisi sih, biar enak ngatur kerjaannya.

 

Gilang mengangkat kedua bahunya.

 

GILANG

Dibilang bukan gue yang ngatur. Kenapa? Lo nggak suka dipasangin sama gue, ya....

SILBI

Bukan itu... maksud—

 

Gilang tiba-tiba bersemangat.

 

GILANG

Berarti lo seneng dipasangin sama gue?

SILBI

Sekarepmu...

 

Melihat Adi datang menghampiri Icha, Gilang dan Silbi melihat kembali ke file pembagian tim dan mengetahui bahwa Adi dan Icha ada pada satu tim.

 

GILANG

Jodoh emang nggak ke mana...

 

Adi dan Icha serentak menengok ke arah Gilang, kikuk. Gilang buru-buru merevisi perkataannya.

 

GILANG

Gue... gue sama Silbi emang jodoh nih kayaknya.

 

28. INT. Kantor – Malam

CAST: Silbi, Gilang, Anggi, Daniel, Icha, Adi.

Karyawan masih sibuk di komputernya masing-masing. Beberapa ada yang sedang siap-siap untuk pulang. Anggi dan Daniel menghampiri meja kerja Silbi. Anggi mengibaskan tangannya di atas kepala Silbi.

ANGGI

Bisa kebakaran ini lama-lama.

DANIEL

Lanjut besok aja, Bi.

SILBI

Nanggung. Kalian mau pulang?

ANGGI

Iya, nih. Yaudah duluan ya.

SILBI

Tiati.

 

Anggi dan Daniel pamit juga ke Icha yang ada di samping Silbi. Silbi kembali kerja.

Di kantor hanya tinggal Silbi, Gilang Icha, dan Adi. Icha sedang siap-siap untuk pulang.

 

ADI

Cha... aku anter, yuk?

ICHA

Ah?

 

Terdengar suara tombol enter yang ditekan keras. Icha dan Adi terkejut, menengok ke arah Silbi. Memperlihakan Silbi yang sedang serius/kesal menatap layar komputernya.

 

ICHA

(Berbisik ke Adi) Kak Silbi kayaknya lagi dapat penulis yang rewelnya kebangetan. Soalnya serewel-rewelnya penulis, nggak pernah Kak Silbi seemosi ini.

ADI

Oh...

ICHA

Eh pernah deng sekali doang, tahun lalu kalau nggak salah.

 

Icha dan Adi kembali memperhatikan Silbi. Gilang datang membawa DCP kover.

GILANG

Kalian mau pulang?

ICHA

Iya, Kak.

 

Gilang menarik bangku Icha ke sebelah Silbi dan duduk di situ.

GILANG

Pulang bareng?

 

Icha dan Adi salah tingkah

 

GILANG

Bercanda gue.

ICHA

Kalau gitu kami duluan ya, Kak. Kak Silbi kami duluan.

 

Gilang mengacungkan jempolnya, sementara Silbi tidak menjawab.

 

GILANG

(tanpa suara) Udah pulang aja.

ADI

Mari, Mas.

 

Icha dan Aldi pergi. Gilang tersenyum menatap Silbi yang masih berkutik dengan komputernya dan tidak menyadari Gilang sudah ada di sampingnya. Gilang meletakkan DCP kover di meja Silbi, mengambil tumbler Silbi, mengocoknya pelan, lalu pergi membawa tumbler itu.

Silbi kembali menekan enter, lalu menyandarkan kepalanya di bangku kerjanya dan memejamkan matanya. Gilang datang sambil membawa tumbler Silbi, dan duduk kembali di bangku Icha.

 

GILANG

Minum dulu.

 

Silbi membuka matanya, membenarkan posisi duduknya, lalu melihat tumbler di tangan Gilang dan melihat tempat biasa dia meletakkan tumblernya. Dan mengambil tumbler dari tangan Gilang.

 

SILBI

Thank you.

 

Silbi minum dari tumblernya.

 

GILANG

Belum selesai kerjaannya?

SILBI

Udah, kok.

GILANG

Mau makan dulu sebelum pulang?

 

Silbi menatap Gilang.

 

SILBI

Gue pengen makan yang pedes, deh.

GILANG

Mau ayam geprek depan kantor?

SILBI

Masih buka, ya?

 

Gilang melihat jam tangannya.

 

GILANG

Kalau kita ke sana sekarang, masih sempet, kok.

SILBI

Yaudah, yuk. Gue rapi-rapi dulu.

 

Gilang tersenyum.

 

GILANG

(VO) Silbi nggak nolak.

 

Silbi melihat DCP kover di atas mejanya.

 

SILBI

Oh, ini DCP baru?

GILANG

Iya. Besok aja periksanya.

 

Silbi merapikan DCP itu di mejanya.

 

29. EXT. Tenda makanan pinggir jalan – Malam

CAST: Silbi, Gilang, Gina (kakak perempuan Geno), Gio (keponakan Gilang, 3 tahun), 2 EKSTRAS (pria – pelayan; 2 wanita pelanggan)

Tenda makanan yang cukup kecil, hanya ada empat meja. Selain Silbi dan Gilang ada dua wanita sedang makan berhadapan. Ekstras meletakan pesanan ayam geprek dan nasi uduk di meja Silbi dan Gilang.

 

SILBI

Makasih, Mas.

 

Ekstras pergi.

 

GILANG

Ah, Masnya lupa kayaknya.

 

Gilang mengambil piring nasi uduk Silbi, lalu memindahkan bawang goreng yang ada di priring itu ke piringnya. Silbi tersenyum. Gilang mengembalikan piringnya ke Silbi. Silbi mengucir rambutnya. Mereka mulai makan.

GILANG

Gue masih nggak ngerti, Bi. Lo nggak suka bawang goreng karena pahit tapi lo suka banget sama green tea, matcha atau sodara-sodaranya yang sama-sama pahit.

SILBI

Beda rasanya, matcha pahit enak menurut gue. Sama kayak lo nggak suka stoberi tapi suka banget yoghurt yang sama-sama asem. Kenapa coba?

 

Gilang tersenyum.

 

GILANG

Kalah gue.

 

Silbi hanya tersenyum. Ponsel Gilang bergetar. Gilang meletakkan ponselnya di depan wajahnya. Menampilkan layar kecil di samping Gilang, memperlihatkan anak cowok berusia 3 tahun menggunkan pakaian tidurnya.

 

GIO

Om Gilang!

GILANG

Gio? Kok Gio belum tidur?

 

Gio memperlihatkan mainan dinosaurusnya.

 

GILANG

Oh, Gio punya dinosaurus baru? Kado dari siapa?

GIO

Papa. Om lagi mam?

GILANG

Oh, iya. Om lagi makan sama temen Om.

GIO

Sama siapa?

 

Gilang melihat Silbi sebentar.

 

GILANG

Tante Silbi.

GIO

Tante Silbi?

 

Gina muncul menggantikan Gio di layar ponsel.

GINA

Oh? Akhirnya Silbi terima kamu, Lang? Kok nggak bilang-bilang kabar baik kayak gini.

 

Silbi tersedak. Gilang panik.

 

GILANG

Kak Gina! (memelankan suara) Silbi denger, tahu.

 

Gina tertawa.

 

GINA

Oke-oke. Have fun deh nge-datenya ya.

GILANG

Kak...

GINA

Iya, iya. Btw Sabtu besok kamu nggak ada acara kan? Gino nanyain kamu mulu tuh sejak dia dibeliin sama papanya mainan dino. Mau main bareng kamu katanya.

GILANG

Siap. Besok Sabtu aku ke sana.

GINA

Oh nggak, kami aja yang ke rumah sekalian ketemu Ibu sama Bapak.

GILANG

Oh, oke.

GINA

Yaudah. Salam buat calon ipar.

 

Gilang menyudahi telepon. Gilang kikuk, begitu pun dengan Silbi.

 

GILANG

Sorry.

SILBI

No need. Lo lupa waktu ulang tahun gue?

Mereka bertatapan.

 

SILBI

Ehm... itu tadi ponakan lo? Kayaknya lo deket banget sama ponakan lo itu.

GILANG

Ah, iya. Apalagi setelah Kak Gina hamil lagi, nggak tahu kenapa Gio lebih nempel ke gue.

SILBI

Oh kakak lo juga lagi hamil sekarang?

 

Gilang mengangguk.

 

GILANG

Anak ketiga.

SILBI

Oh kalau Gio tadi?

GILANG

Anak pertama. Yang kedua baru satu tahun.

SILBI

Wow... bakal rame dong.

GILANG

Kakak gue sama suaminya emang berencana punya anak banyak. Ditambah ortu gue juga kepingin punya banyak cucu.

SILBI

Kayaknya lo juga berencana punya banyak anak.

 

Gilang tertawa.

 

GILANG

Bukan gue yang harus jawab itu. Kan yang ngelahirin bukan gue.

 

Silbi kagum mendengar jawaban Gilang.

GILANG

Kalau Kak Tania gimana kabarnya? Udah mau lahiran, ya?

SILBI

Dokter bilang sih, hari perkiraan melahirkannya di minggu-minggu ini. Lagi happy-happy-nya, dia.

 

Silbi tersenyum memikirkan itu.

 

GILANG

And so are you.

SILBI

Gue bersyukur banget penantian dan usaha Kak Tania selama ini nggak sia-sia. Ditambah langsung dikasih kembar lagi. Emang ya segala sesuatu pasti akan baik pada waktunya.

 

Gilang tersenyum.

 

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar