Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
24. INT. Kantor, di atap datar/tempat sitirahat – Siang
CAST: Silbi, Gilang, Anggi, Daniel.
Memperlihatkan atap datar yang berukuran ±200m2, terdapat pohon cemara udang/laut, palem botol dan beringin putih di sekeliling atap. Empat meja kayu dilengkapi kursi kayu panjang di kedua sisi, dan bunga bugenvil pada pot gantung di sepanjang pagar balkon. Dan terdapat sepasang pintu baja tempat untuk keluar/masuk dari atap ke dalam kantor, yang di sampingnya terdapat tempat sampah ukuran besar.
Gilang, Anggi, Daniel menunggu Silbi dengan delivery food sudah tersedia di meja kayu.
ANGGI
Silbi masih lama, ya? Gue makan duluan deh, laper banget.
Anggi membuka makanannya. Ponsel mereka bergetar dan membaca pesan secara bersamaan.
DANIEL
Oh? Ada rapat habis istirahat.
ANGGI
Emang ada apaan, sih, Lang?
DANIEL
Gue makan duluan juga, deh.
GILANG
Sebenernya ada beberapa project baru jadi nanti kita dibagi menjadi beberapa tim dan masing-masing akan ngerjain project yang berbeda.
ANGGI
Yang nggak gue ngerti tuh, mereka kenapa suka banget dadakannya sih. Bukan projectnya maksud gue, tapi kayak rapat dan printilannya ituloh.
Gilang hanya mengangkat dua bahunya.
ANGGI
Lo nggak makan, Lang?
GILANG
Gue nunggu Silbi aja.
ANGGI
Salut sih, Lang, kalau pada akhirnya Silbi mau nerima lo.
Gilang tersenyum.
ANGGI
Lo tahu kan Silbi nggak pernah pacaran?
Gilang mengangguk.
ANGGI
Kebanyakan orang bilang Silbi terlalu pemilih. Sebenernya Silbi nggak nyari macem-macem, kok. Selama ini dia nggak pernah menjalin hubungan juga bukan karena mau ngejar materi atau karirnya dulu seperti orang-orang kira. Kalau itu alasannya mah dia udah nerima tawaran bubos dua tahun lalu untuk dipromosiin, tapi nyatanya dia malah nolak.
GILANG
Tentang itu, masih heran gue sama dia, orang-orang berlomba-lomba biar dipromosiin eh dia malah nolak.
ANGGI
Ya, kan? Silbi tuh udah nyaman sama apa yang dia punya, sama kehidupannya sekarang. Jadi editor karena emang cita-citanya dari dulu, terus at least sebulan sekali selalu aja travelling karena dia suka banget sama semua yang berbau alam. Kehidupannya dia yang kayak gitu udah cukup dan nyaman menurut dia.
GILANG
Jadi penghalang terbesar gue tuh sebenernya kenyamanannya Silbi. Selama ini belum ada cowok yang bisa membuat Silbi mau “menduakan” kenyamanannya itu, atau bisa diblang belum ada cowok yang bisa menjadi bagian dari kenyamanannya dia, kan? I know...
Anggi tersenyum.
DANIEL
Kalau dari sikap Silbi ke lo, menurut gue lo ada harapan, sih, Lang.
Anggi manggut-manggut. Gilang bingung. Daniel baru mau membuka mulutnya untuk menjeleskan lebih lagi pada Gilang, tetapi terpotong karena terdengar suara pintu terbuka. Gilang, Anggi, Daniel menengok ke arah datangnya suara. Silbi datang dan duduk di sebelah Anggi.
ANGGI
Lama banget, Bi. Gue udah sampe kelar ini makan.
SILBI
Sebenernya ngobrol sama penulis nya sebentar, eh bubos dateng ya alhasil lanjut deh perbincangannya.
Silbi melihat makanan Daniel sudah habis.
SILBI
Lo juga udah selesai makan, Dan?
Daniel mengangguk.
DANIEL
Lo udah baca info di grup kan?
SILBI
Hah?
Silbi membuka ponselnya dan baru membaca pesannya.
ANGGI
Yaudah cepetan lo makan, nih. Gue duluan, ya. Mau shalat dulu sebelum rapat ntar.
DANIEL
Gue juga mau ngopi dulu.
Daniel dan Anggi pergi. Silbi melihat makanan Gilang utuh dan tersenyum tipis. Gilang mengeluarkan makanan Silbi dan memberikannya kepada Silbi.
GILANG
Nasinya dua, kan.
Silbi tersenyum.
SILBI
Thank you.
Dissolve to
25. INT. Kantor, di atap datar/tempat istirahat – Siang
CAST: Silbi, Gilang, Icha, Adi.
Silbi dan Gilang membuang sampah makanan mereka. Tiba-tiba pintu terbuka, membuat Gilang refleks menarik Silbi agar tidak terkena pintu. Silbi dan Gilang berdiri dengan jarak yang sangat dekat di belakang pintu.
GILANG
Lo nggak—
SILBI
Shhh!
Silbi menunjuk ke arah Icha dan Adi. Gilang dan Silbi mengintip dari belakang pintu, mereka melihat Icha dan Silbi sedang berdiri berhadapan. Adi dan icha berbincang.
Memperlihatkan Silbi dan Gilang yang masih bersembunyi serta fokus mendengarkan Icha dan Silbi
GILANG
Ternyata bener mereka pernah pacaran.
SILBI
Kejawab udah tentang sikap mereka selama ini. Eh kita begini berarti nguping, ya?
GILANG
Tapi kalau kita keluar tiba-tiba bakal jadi awkward nggak sih.
SILBI
Iya, sih.
Adi tiba-tiba melihat ke arah Silbi dan Gilang, membuat mereka semakin mencoba bersembunyi.
GILANG
Adi ngelihat nggak, ya?
SILBI
Nggak tahu. Udah diem nanti mereka beneran denger lagi.
Keadaan sunyi. Silbi dan Gilang tiba-tiba salah tingkah karena menyadari jarak mereka yang begitu dekat.
26. INT. Kantor, ruang serba guna – Siang
CAST: Silbi, Gilang, Nadin, Mamih, Icha, Bos Anna, Babe, Adi, 4 Ekstra
Bos Anna berdiri di depan menghadap karyawan. Nadin, Mamih, Babe duduk di sofa panjang. Gilang, Silbi, Anggi, Icha, Daniel, Adi berdiri, sisanya ada yang duduk di bean bag.
BOS ANNA
Selamat siang semuanya. Saya minta waktunya sebentar, ya. Jadi ada proyek yang lumayan untuk menambah revenue kita tahun ini.
ANGGI
(Berbisik) Bau-baunya bakal bangun candi, nih.
BOS ANNA
Kalian tahu kan Yayasan Mulia yang langganan borong buku-buku kita setiap tahunnya. Nah, tahun ini, selain rutinitas mereka itu, mereka mau menerbitkan buku sendiri. Mereka udah ada naskah, tugas kita hanya tinggal mengedit, layout, dan mencetak seperti biasa. Jumlah naskah yang mau mereka terbitkan ada sepuluh, dan setiap buku nanti mereka mau nyetak seribu eksemplar. Lumayan banget, kan? Kita hanya punya satu bulan untuk menerbitkan sepuluh buku itu. Satu bulan ini termasuk sudah STO, ya. Dan satu lagi, proyek ini sifatnya penambahan bukan penggantian, ya. Jadi kalian tetap mengerjakan target kalian yang sudah ada.
ANGGI
(Berbisik) See.
ICHA
Welcome, lembur.
BOS ANNA
Saya sudah taruh naskah maupun file pembagian tim untuk proyek ini di server. Kalau mau ada yang ditanyakan nanti sembari jalan aja, ya. Oke, rapatnya saya sudahi sampai sini. Terima kasih.
27. INT. Kantor – Sore
CAST: Silbi, Gilang, Icha, Adi.
Silbi membuka file pembagian tim di komputernya dan melihat nama Gilang ada di sampingnya. Silbi tanpa sadar tersenyum.
GILANG
Itu bukan gue yang ngatur loh, ya.
Silbi kaget.
SILBI
Kebiasaan banget sih muncul tiba-tiba. (Jeda) Kok lo ikutan, Lang?
GILANG
Semua superintendant diturunin juga untuk proyek ini.
SILBI
Oh.... Terus ini kenapa nggak dikelompokin sesama divisi sih, biar enak ngatur kerjaannya.
Gilang mengangkat kedua bahunya.
GILANG
Dibilang bukan gue yang ngatur. Kenapa? Lo nggak suka dipasangin sama gue, ya....
SILBI
Bukan itu... maksud—
Gilang tiba-tiba bersemangat.
GILANG
Berarti lo seneng dipasangin sama gue?
SILBI
Sekarepmu...
Melihat Adi datang menghampiri Icha, Gilang dan Silbi melihat kembali ke file pembagian tim dan mengetahui bahwa Adi dan Icha ada pada satu tim.
GILANG
Jodoh emang nggak ke mana...
Adi dan Icha serentak menengok ke arah Gilang, kikuk. Gilang buru-buru merevisi perkataannya.
GILANG
Gue... gue sama Silbi emang jodoh nih kayaknya.
28. INT. Kantor – Malam
CAST: Silbi, Gilang, Anggi, Daniel, Icha, Adi.
Karyawan masih sibuk di komputernya masing-masing. Beberapa ada yang sedang siap-siap untuk pulang. Anggi dan Daniel menghampiri meja kerja Silbi. Anggi mengibaskan tangannya di atas kepala Silbi.
ANGGI
Bisa kebakaran ini lama-lama.
DANIEL
Lanjut besok aja, Bi.
SILBI
Nanggung. Kalian mau pulang?
ANGGI
Iya, nih. Yaudah duluan ya.
SILBI
Tiati.
Anggi dan Daniel pamit juga ke Icha yang ada di samping Silbi. Silbi kembali kerja.
Di kantor hanya tinggal Silbi, Gilang Icha, dan Adi. Icha sedang siap-siap untuk pulang.
ADI
Cha... aku anter, yuk?
ICHA
Ah?
Terdengar suara tombol enter yang ditekan keras. Icha dan Adi terkejut, menengok ke arah Silbi. Memperlihakan Silbi yang sedang serius/kesal menatap layar komputernya.
ICHA
(Berbisik ke Adi) Kak Silbi kayaknya lagi dapat penulis yang rewelnya kebangetan. Soalnya serewel-rewelnya penulis, nggak pernah Kak Silbi seemosi ini.
ADI
Oh...
ICHA
Eh pernah deng sekali doang, tahun lalu kalau nggak salah.
Icha dan Adi kembali memperhatikan Silbi. Gilang datang membawa DCP kover.
GILANG
Kalian mau pulang?
ICHA
Iya, Kak.
Gilang menarik bangku Icha ke sebelah Silbi dan duduk di situ.
GILANG
Pulang bareng?
Icha dan Adi salah tingkah
GILANG
Bercanda gue.
ICHA
Kalau gitu kami duluan ya, Kak. Kak Silbi kami duluan.
Gilang mengacungkan jempolnya, sementara Silbi tidak menjawab.
GILANG
(tanpa suara) Udah pulang aja.
ADI
Mari, Mas.
Icha dan Aldi pergi. Gilang tersenyum menatap Silbi yang masih berkutik dengan komputernya dan tidak menyadari Gilang sudah ada di sampingnya. Gilang meletakkan DCP kover di meja Silbi, mengambil tumbler Silbi, mengocoknya pelan, lalu pergi membawa tumbler itu.
Silbi kembali menekan enter, lalu menyandarkan kepalanya di bangku kerjanya dan memejamkan matanya. Gilang datang sambil membawa tumbler Silbi, dan duduk kembali di bangku Icha.
GILANG
Minum dulu.
Silbi membuka matanya, membenarkan posisi duduknya, lalu melihat tumbler di tangan Gilang dan melihat tempat biasa dia meletakkan tumblernya. Dan mengambil tumbler dari tangan Gilang.
SILBI
Thank you.
Silbi minum dari tumblernya.
GILANG
Belum selesai kerjaannya?
SILBI
Udah, kok.
GILANG
Mau makan dulu sebelum pulang?
Silbi menatap Gilang.
SILBI
Gue pengen makan yang pedes, deh.
GILANG
Mau ayam geprek depan kantor?
SILBI
Masih buka, ya?
Gilang melihat jam tangannya.
GILANG
Kalau kita ke sana sekarang, masih sempet, kok.
SILBI
Yaudah, yuk. Gue rapi-rapi dulu.
Gilang tersenyum.
GILANG
(VO) Silbi nggak nolak.
Silbi melihat DCP kover di atas mejanya.
SILBI
Oh, ini DCP baru?
GILANG
Iya. Besok aja periksanya.
Silbi merapikan DCP itu di mejanya.
29. EXT. Tenda makanan pinggir jalan – Malam
CAST: Silbi, Gilang, Gina (kakak perempuan Geno), Gio (keponakan Gilang, 3 tahun), 2 EKSTRAS (pria – pelayan; 2 wanita pelanggan)
Tenda makanan yang cukup kecil, hanya ada empat meja. Selain Silbi dan Gilang ada dua wanita sedang makan berhadapan. Ekstras meletakan pesanan ayam geprek dan nasi uduk di meja Silbi dan Gilang.
SILBI
Makasih, Mas.
Ekstras pergi.
GILANG
Ah, Masnya lupa kayaknya.
Gilang mengambil piring nasi uduk Silbi, lalu memindahkan bawang goreng yang ada di priring itu ke piringnya. Silbi tersenyum. Gilang mengembalikan piringnya ke Silbi. Silbi mengucir rambutnya. Mereka mulai makan.
GILANG
Gue masih nggak ngerti, Bi. Lo nggak suka bawang goreng karena pahit tapi lo suka banget sama green tea, matcha atau sodara-sodaranya yang sama-sama pahit.
SILBI
Beda rasanya, matcha pahit enak menurut gue. Sama kayak lo nggak suka stoberi tapi suka banget yoghurt yang sama-sama asem. Kenapa coba?
Gilang tersenyum.
GILANG
Kalah gue.
Silbi hanya tersenyum. Ponsel Gilang bergetar. Gilang meletakkan ponselnya di depan wajahnya. Menampilkan layar kecil di samping Gilang, memperlihatkan anak cowok berusia 3 tahun menggunkan pakaian tidurnya.
GIO
Om Gilang!
GILANG
Gio? Kok Gio belum tidur?
Gio memperlihatkan mainan dinosaurusnya.
GILANG
Oh, Gio punya dinosaurus baru? Kado dari siapa?
GIO
Papa. Om lagi mam?
GILANG
Oh, iya. Om lagi makan sama temen Om.
GIO
Sama siapa?
Gilang melihat Silbi sebentar.
GILANG
Tante Silbi.
GIO
Tante Silbi?
Gina muncul menggantikan Gio di layar ponsel.
GINA
Oh? Akhirnya Silbi terima kamu, Lang? Kok nggak bilang-bilang kabar baik kayak gini.
Silbi tersedak. Gilang panik.
GILANG
Kak Gina! (memelankan suara) Silbi denger, tahu.
Gina tertawa.
GINA
Oke-oke. Have fun deh nge-datenya ya.
GILANG
Kak...
GINA
Iya, iya. Btw Sabtu besok kamu nggak ada acara kan? Gino nanyain kamu mulu tuh sejak dia dibeliin sama papanya mainan dino. Mau main bareng kamu katanya.
GILANG
Siap. Besok Sabtu aku ke sana.
GINA
Oh nggak, kami aja yang ke rumah sekalian ketemu Ibu sama Bapak.
GILANG
Oh, oke.
GINA
Yaudah. Salam buat calon ipar.
Gilang menyudahi telepon. Gilang kikuk, begitu pun dengan Silbi.
GILANG
Sorry.
SILBI
No need. Lo lupa waktu ulang tahun gue?
Mereka bertatapan.
SILBI
Ehm... itu tadi ponakan lo? Kayaknya lo deket banget sama ponakan lo itu.
GILANG
Ah, iya. Apalagi setelah Kak Gina hamil lagi, nggak tahu kenapa Gio lebih nempel ke gue.
SILBI
Oh kakak lo juga lagi hamil sekarang?
Gilang mengangguk.
GILANG
Anak ketiga.
SILBI
Oh kalau Gio tadi?
GILANG
Anak pertama. Yang kedua baru satu tahun.
SILBI
Wow... bakal rame dong.
GILANG
Kakak gue sama suaminya emang berencana punya anak banyak. Ditambah ortu gue juga kepingin punya banyak cucu.
SILBI
Kayaknya lo juga berencana punya banyak anak.
Gilang tertawa.
GILANG
Bukan gue yang harus jawab itu. Kan yang ngelahirin bukan gue.
Silbi kagum mendengar jawaban Gilang.
GILANG
Kalau Kak Tania gimana kabarnya? Udah mau lahiran, ya?
SILBI
Dokter bilang sih, hari perkiraan melahirkannya di minggu-minggu ini. Lagi happy-happy-nya, dia.
Silbi tersenyum memikirkan itu.
GILANG
And so are you.
SILBI
Gue bersyukur banget penantian dan usaha Kak Tania selama ini nggak sia-sia. Ditambah langsung dikasih kembar lagi. Emang ya segala sesuatu pasti akan baik pada waktunya.
Gilang tersenyum.