Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MORE THAN LOVE
Suka
Favorit
Bagikan
11. Bagian 11

84. IN. MUSOLA KANTOR – SIANG


RENA, SELLA


Rena baru saja selesai berdoa dan Sella menghampirinya dengan masih menggunakan mukenah.

SELLA

Assalamualikum.

RENA

Waalaikumsalam.

(masih duduk dan melepas mukenah bagian atas)

SELLA

Akhir-akhir ini aku lihat kamu kayak banyak pikiran Ren.

(mereka melipat mukenah)

RENA

Gak ada yang dipikirin kok.

SELLA

Kak Dewa ya ?

(Rena berhenti melipat mukenah dan mearik nafas berat)

RENA

Aku capek Sel.

(Sella hanya diam)

SELLA

Sebenarnya apa yang kamu rasakan saat ini ?

RENA

Macem-macem Sel. Sedih, seneng dan gelisah campur jadi satu. Gak bisa digambarin gimana rasanya.

(Sella menggenggam tangan Rena)

SELLA

Aku punya permintaan Ren.

(Rena menoleh kearah Sella)

Tolong lupain kak Dewa ya. Aku gak bisa lihat kamu kayak gini terus. Hidup harus terus berjalan dan kamu juga harus maju. Karena…

(Rena mengangkat kedua alisnya)

Karena aku juga sudah maju.

(mengangkat tangan kanannya dan ada cincin melingkar dijari manisnya)

RENA

(Terkejut)

MasyaAllah Sella serius kamu dilamar kak Edwin ?

(Sella tersenyum dan menganggukkan kepala)

Selamat ya.

(Rena memeluk Sella dan meneteskan air mata)

SELLA

Kok malah nangis sih. Inikan kabar bahagia ?

(Sella juga meneteskan air mata)

RENA

Aku terlalu bahagia Sel.

(melepas pelukan)

SELLA

Makanya kamu juga harus bisa maju dan lupain masa lalu.

RENA

Sama kamu aja masih sangat sulit melupakan kak Dewa. Bagaimana kalau gak ada kamu ?

SELLA

Aku pasti selalu ada buat kamu Ren. Meski nanti setelah nikah aku bakal ikut kak Edwin keluar kota, tapi kita masih bisa komunikasi kok.

(Rena menangis tersedu)

RENA

Makasih ya sudah mau nemenin aku. Semoga kamu bahagia bersama kak Edwin.

SELLA

Aamiin.

(mereka berpelukan)

FADE OUT

85. EXT. ATAP GEDUNG – MALAM


RENA


Rena berdiri sendirian menetap kearah bawah melihat kesibukan kota dimalam hari. Lampu kota dan lampu kendaraan menghiasi malam ini menjadikan suasana begitu indah meski hati sedang merasakan kesepian.

VO RENA

Aku merasa begitu kesepian kehilangan sahabat yang sangat berisik.

(tersenyum)

Meski begitu aku sangat bahagia melihat dia kini telah memulai kehidupan barunya. Aku berharap kelak aku akan menemukan kebahagian yang sama dengannya.

(memejamkan mata)

Bersamanya atau tidak adalah keputusan Allah. Namun aku masih berharap semua berjalan seperti apa yang aku mau.

(membuka mata)

Meski begitu aku sangat egois, tapi bukankah tidak masalah jika kita memiliki mimpi dan harapan yang begitu besar.

Saat Rena sedang fokus memandang keindahan kota tiba-tiba segelas kopi panas mendarat dipipi kirinya yang membuatnya terkejut dan menoleh. Dewa tersenyum melihat Rena yang terkejut.

CUT TO


86. EXT. ATAP GEDUNG – MALAM


RENA, DEWA


Rena dan Dewa duduk berdua disebuah kursi taman bewarna putih dengan menikmati kopi yang Dewa beli. Kedua tangan Rena memegang gelas kopi dan meminumnya sedangkan Dewa menatap langit dengan menyandarkan tubuhnya.

Setelah menyeruput kopinya, Rena pun menatap langit malam yang saat itu sangat cerah meski bintang tidak terlihat karena kalah dengan pancaran lampu kota.

DEWA

Kenapa bintang selalu muncul meski dia tahu bahwa cahaya bulan lebih terang ?

(Rena menoleh kearah Dewa dengan heran)

RENA

Kak Dewa gak lagi demamkan ?

DEWA

Kamu pikir kakak lagi sakit ?

(menoleh kerah Rena)

RENA

(merasa gugup saat ditatap dewa kemudian memalingkan wajah)

Oh… enggak… enggak biasanya kak Dewa tanya sesuatu yang aneh.

(meringis dan menyeruput kopi dengan gugup)

DEWA

(kembali menatap langit)

Lalu apa jawabannya ?

RENA

(menarik nafas dan menatap keatas)

Karena bintang itu sangat tulus kak. Dia tidak perduli akan dianggap ada atau tidak. Bintang hanya tahu satu hal, bahwa dia akan tetap menemani malam.

(Rena menoleh kearah Dewa yang masih saja menghadap keatas)

RENA (dalam hati)

Sama sepertiku kak. Aku begitu tulus akan perasaanku pada kakak. Hanya saja kakak tidak bisa melihat ketulusan itu.

(meneteskan air mata dan langsung menghapusnya)

DEWA

(mengangkat tubuhnya dari sandaran kursi)

Kenapa dunia ini selalu dipenuhi teka-teki ya dek ?

RENA

(menoleh kearah Dewa)

Maksudnya kak ?

DEWA

Terkadang apa yang kita harapkan tidak seperti kenyataannya, dan terkadang apa yang tidak kita lihat justru sesuatu yang sangat berharga.

(Dewa menoleh kearah Rena sehingga mata mereka saling bertemu)

Apakah sesulit itu melihat ketulusan ?

Rena hanya diam dan tidak bisa berkutik karena terlalu terkejut dan grogi. Rena takut salah tingkah yang akan mebuatnya malu.

Suasana seketika hening tanpa sepatah katapun keluar dari mulut mereka berdua. Hanya angin malam yang sesekali berhembus menggoyangkan jilbab yang dikenakan oleh Rena.

RENA

Bukan sulit kak. Tapi terkadang kita memilih untuk mengabaikannya tanpa mencoba memahami.

(Rena memalingkan wajahnya dari Dewa)

DEWA

Benarkah ?

(Dewa memandang lurus)

RENA

Hem…

(mengangguk tanpa Dewa ketahui)

Suasana kembali hening tanpa obrolan. Tiba-tiba Rena mulai membuka suara meski sedikit ragu.

RENA

Tentang pertunangan kakak.

(berhenti berbicara karena takut)

DEWA

Banyak hal yang tidak bisa dipahami dek. Karena sulit untuk memahaminya, jadi kita memilih untuk menyerah.

(menoleh karah Rena dan tersenyum)

RENA

Maaf jika pertanyaan Rena buat kakak gak nyaman.

(Menundukkan kepala)

DEWA

Enggak…

Rena menoleh kearah Dewa dan melihat Dewa berdiri memasukkan kedua tangannya dalam saku celana. Dewa berjalan lurus dan berhenti pada pembatas untuk melihat suasana kota yang indah dibawah sana.

Rena menyusul Dewa dan berdiri tempat disebelah kiri Dewa dan mereka berdua sama-sama diam.

DEWA

Tidak semua hal bisa kita ceritakan. Tapi justru hal itu yang membuat kita menjadi sulit.

(Rena menoleh)

Jika suatu hari kamu punya sesuatu yang ingin kamu katakan…

(Dewa menoleh kearah Rena)

Katakana saja dek agar tidak menjadi penyesalan.

Dewa tersenyum dan Rena hanya bisa terpaku mendengar ucapan Dewa. Mereka saling menatap satu sama lain cukup lama hingga pada akhirnya Dewa memulai obrolan baru.

DEWA

Oh iya. Kakak ingat dulu kamu pernah bilang pengen jadi penulis. Bagaimana projeknya dek ?

RENA

Oh… tentang itu. Rena sedang berusaha buat mewujudkan kak. Ternyata tidak semudah itu mewujudkan sesuatu yang kita inginkan. Tapi Rena akan terus berusaha.

(tersenyum dan kembali menatap lampu kota dibawah sana)

DEWA

Jangan pernah menyerah dek. Tetaplah berusaha dan berdoa. Karena berdoa tanpa usaha itu bohong dan usaha tanpa doa itu sombong.

RENA

(tersenyum)

Bagus banget kata-katanya.

DEWA

Kakak ngutip dari kata-kata orang dek.

Mereka berdua tertawa lepas tanpa beban. Setelah puas tertawa, Dewa berdiri menghadap Rena. Rena yang masih tertawa bingung melihat Dewa dan akhirnya berhenti tertawa. Rena juga menghadap Dewa sehingga keduanya saling berhadapan.

RENA (dalam hati)

Aku benar-benar merasakan sesuatu yang tidak karuan dalam hatiku. Aku sungguh bahagia bisa sedekat ini dengan kak Dewa. Aku tidak tahu apa yang akan dia katakana tapi… aku harap itu kabar yang membahagiakan.

Dewa mengulurkan tangannya dihadapan Rena dengan senyum. Rena yang bingung menyambut uluran tangan Dewa dengan senyum kebahagiaan.

DEWA

Teruslah kejar cita-citamu dek. Jangan pernah putus asa meski pada kenyataanya nasib baik tidak berpihak kepadamu.

(Rena tersenyum dan menganggukkan kepala)

Kakak pamit dek.

(deg… seketika senyum Rena bilang dan jantungnya terasa berhenti berdetak)

RENA

Mak… maksudnya pamit ?

DEWA

Besok kakak akan pindah keluar kota.

(Rena semakin tercengang)

Kebetulan tadi kakak lihat kamu, jadi kakak sekalian mau pamit sama kamu.

RENA

Pindah ? kenapa ?

DEWA

Kakak sudah putuskan akan meninggalkan kota ini meski banyak kenangan disini. Tapi bukankah hidup harus terus berjalan ? tidak ada gunanya menyimpan kenangan pahit jika kita bisa menciptakan sesuatu yang manis.

Rena ingin menangis tapi dia menahan agar air matanya tidak keluar. Meski hatinya sakit tapi dia berusaha tersenyum dihadapan Dewa.

RENA

Apakah kakak akan kembali lagi ?

DEWA

Mungkin tidak dek.

(Rena merasakan sesak didadanya dan melepas genggaman tangan Dewa)

RENA

Oh…

DEWA

(memegang kedua pundak Rena)

Tetap semangat ya dek. Kakak akan tunggu karyamu menjadi best seller. Kakak harap saat itu terjadi kamu masih ingat kakak dan kasih kakak tanda tangan.

(Dewa tertawa dan melepaskan tangannya dari pundak Rena)

Kakak harus pergi dek. Jaga diri baik-baik ya.

(Dewa pergi meninggalkan Rena)

Rena sangat kalut dan tidak bisa mendengar Dewa berbicara. Dia bingung karena terlalu terkejut dengan kabar yang begitu mendadak. Rena baru menyadari kepergian Dewa saat Dewa telah hilang dari hadapannya. Rena membalikkan badan dan melihat Dewa masih disana.

RENA

Kak Dewa.

(Dewa berhenti dan membalikkan badan untuk menghadap Rena)

DEWA

Iya.

(Hening sesaat)

RENA (dalam hati)

Aku cinta sama kakak dan aku mohon kakak jangan pergi.

(Dewa menunggu kata-kata Rena)

RENA

Hati-hati dan jangan lupakan Rena dan Sella.

DEWA

(Dewa tersenyum)

Pasti dek.

(Dewa membalikkan badan dan pergi meninggalkan Rena)


VO RENA

(meneteskan air mata melihat kepergian Dewa)

Bahkan sampai kepergiannya pun mulut ini tetap terkunci untuk mengatakan aku mencintaimu.

(Dewa berjalan dan mulai menjauh dari Rena)

Mungkinkah aku meminta kakak Dewa tetap ada disini meski tak bersamaku ? mungkinkah aku meminta kisah ini berakhir bahagia ? aku tidak pernah membayangkan bagaimana nanti hariku tanpa dia.

(Dewa mulai menghilang dari pandangan Rena)

Tapi aku tidak berhak untuk mencegahnya pergi meski aku sangat ingin. Aku tidak berhak memintanya untuk tetap tinggal. Mengapa mulut ini tidak berani mengatakan agar dia tetap tinggal meski aku sangat ingin mengatakannya.

(Dewa mengilang dari pandangan Rena)

Hingga pada akhirnya kisah ini berakhir dengan ucapan selamat tinggal.

Rena terisak dan air matanya tidak terbendung lagi. Dadanya terasa begitu sesak hingga dia memegang dan meremasnya dengan tangan kanannya

DISSOLVE

87. IN. KAMAR RENA – MALAM


RENA


Rena kembali menatap layar laptop dan memainkan jariya diatas keyboard. Matanya begitu fokus memandang layar dengan tatapan sendu. Sesekali dia mengusap air mata yang begitu saja jatuh dari kelopak matanya.

VO RENA

Mungkin Allah memiliki skenario lain untukku. Enatah apa yang sedang direncanakan untukku nanti. Tapi yang pasti…

Rena mengentikan jarinya yang menari diatas keyboard. Dia bersandar pada kursi dan memandang sebuah sapu tangan bewarna biru dongker diatas meja. Sapu tangan yang Dewa berikan saat pertama kali mereka bertemu waktu SMP.

Dia akan tetap ada disini.

(memegang dada)

DISSOLVE

88. IN. KANTOR – PAGI


RENA, BAYU


Rena sedang sibuk memperhatikan setiap detail tulisan pada kertas yang dia pegang. Beberapa karyawan lain ikut sibuk berjalan kesana dan kemari. Rena membolak-balik setiap kertas dan terus fokus membaca.

VO RENA

Meski kini dia sudah pergi jauh, namun hidupku harus tetap berjalan.

BAYU

Ren tolong pelajari lagi berkas ini.

(meletakkan setumpuk kertas diatas meja)

VO RENA

(melihat tumpukan kertas)

Kesibukan ini sedikit membuatku melupakan sejenak perang batin dalam diriku.

(Kembali fokus pada kertas yang dia pegang)

Namun, tidak semudah itu melupakan segala yang telah terjadi.

CUT TO

89. EXT. ATAP GEDUNG – MALAM


RENA


Rena berdiri memandang keindahan kota dimalam hari. Membawa secangkir kopi panas untuk menghangatkan tubuh.

VO RENA

Melupakan tidak semudah mencintai. Jika mencintai hanya butuh waktu sebentar saja, maka butuh waktu seumur hidup untuk melupakan.

(meminum kopi)

Rena membalikkan badan dan melihat sekeliling. Dia tersenyum mengingat banyak kenangan yang ada disana. Dia tersenyum dan menangis mengingat apa yang sekarang sedang terjadi. Kenyataan bahwa orang yang sangat dia cintai, yang menjadikan dia semangat untuk menulis telah pergi meninggalkannya.

(ponsel berbunyi)

Rena menghapus air matanya dan merogoh saku blazer yang dia kenakan.

RENA

Assalamualaikum Sel.

SELLA (dibalik telepon)

Waalaikumsalam Ren. Apa kabar ?

RENA

Alhamdulilah baik Sel. Kamu apa kabar ?

SELLA

Alhamdulilah baik. Oh… iya. Aku saat ini sedang hamil Ren.

RENA

(wajah gembira)

Benarkah ? wah… selamat ya Sel, aku seneng banget.

SELLA

Makasih ya sahabat.

(mereka berdua sama-sama diam)

RENA

Rasanya sangat berat Sel. Kamu gak ada disini.

SELLA

Apa yang kamu rasakan sekarang ?

RENA

Campur aduk Sel. Rasanya gelisah gak tentu. Kayak belum siap aja ditinggal kak Dewa pergi dan rasanya belom ikhlas.

(meneteskan air mata)

SELLA

Sudahlah Ren. Aku juga ikut sedih kalau kamu kayak gini terus. Sudah cukup Ren dan berhenti. Aku yakin masih banyak orang diluar sana yang lebih baik dari kak Dewa dan yang pasti bisa menerima perasaanmu dengan ikhlas.

Rena mengusap air mata yang terus mengalir dari kelopak matanya. Tangannya tetap meletakkan ponsel ditelinga namun mulutnya diam seribu kata.

FADE OUT


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar