Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MORE THAN LOVE
Suka
Favorit
Bagikan
4. Bagian 4

16. INT. RUANG KELAS — PAGI


SELLA, RENA


SELLA

Serius Ren ?

(Sella melotot kearah Rena)

RENA

Hem…

(Rena mengangguk)

Sella dan Rena mengenakan baju putih abu-abu dan saling berhadapan saat berbincang didalam kelas. Hari masih pagi dan hanya terdapat beberapa murid yang sedang mengerjakan PR dipojokan ruangan. Meski masih pagi tapi suasana sekolah sudah cukup ramai. Suara obrolan dan candaan dari beberapa siswa terdengar dari dalam ruang kelas Rena.

EDO

Ren pinjam buka matematika dong. Aku lupa ngerjain PR.

(meringis)

SELLA

Lupa apa males ? bilang aja mau nyontek.

(wajah kesal dan mengomel pelan)

Rena mengambilkan buku matematika didalam tas dan memberikannya pada Edo sembari tersenyum.

EDO

Terima kasih Ren.

Edo pergi kebelakang untuk menyalin PR matematika milik Rena.

SELLA

(berteriak)

Enak banget ya tinggal nyontek. Malam bukannya ngerjain malah berangkat pagi-pagi buat nyontek.

(melirik kearah Edo yang ada dibelakang tapi tidak dihiraukan oleh Edo)

RENA

(menepuk pelan tangan Sella)

Sudah biarin aja.

SELLA

(menghadap Rena)

Tapi serius kamu ngobrol lama sama kak Dewa dan dia nyaranin kamu buat ikut ekskul band ?

(Rena mengangguk)

Dia juga masih ingat kalau kamu adik kelasnya yang ceroboh dan juga masuk grup paduan suara sekolah waktu SMP ?

(Rena mengangguk)

Sella menepuk kedua telapak tangannya dengan keras dan menimbulkan bunyi yang membuat Rena kaget.

Ini sih fix kak Dewa selama ini perhatiin kamu Ren.

(melipat tangan didada)

Atau jangan-jangan kak Dewa diam-diam suka sama kamu tapi gak berani ngomong ? sama kayak kamu.

RENA

Ya gak mungkinlah Sel. Jangan ngacau dan buat aku GR. Kak Dewa itu ganteng, suaranya bagus, anggota OSIS, masuk tim basket inti lagi. Aku sih yakin dia banyak penggemarnya.

(berbalik dan menyandarkan badan)

SELLA

(melepas lipatan tangan)

Tapi kamu yang lebih awal jadi penggemar kak Dewa sebelum kak Dewa popular di SMA ini. Sebenarnya enggak begitu popular sih kak Dewa. Masih kalah sama kak David si ketua OSIS yang muanis poll itu.

(senyum-senyum)

RENA

(menoleh kearah Sella)

Ingat kak Ikal.

SELLA

Kalau kak Ikal bukan cuma ingat. Tapi sudah ada disini.

(memegang dada)

Bel masuk sudah berbunyi dan beberapa murid semakin ngebut menyalin PR.

RENA

Sudah bel masuk. Sana kembali kekelasmu.

Rena mendorong Sella dan Sella berdiri kemudian berjalan untuk kembali kekelasnya.


CUT TO


17. EXT. HALAMAN SEKOLAH — SORE


DEWA, RENA, ANGGOTA PRAMUKA


Beberapa siswa berbaris mengenakan seragam pramuka lengkap dengan topi dan dasinya. Mereka semua berdiri rapi dan mendengarkan arahan kakak Pembina.

Setelah berbaris, mereka semua belajar membuat tandu dengan bambu dan tali yang biasa diikatkan dipinggang.

Rena dan dua temannya yang tergabung dalam satu tim berusaha untuk membuat tandu yang kokoh dan juga rapi. Mereka bertiga saling bekerjasama untuk menyelesaikan tugas dari kakak Pembina.

Bukan tanpa alasan Rena mengikuti ekskul pramuka. Rena tahu jika Dewa juga menjadi salah satu kakak Pembina, jadi Rena memutuskan untuk ikut dalam ekskul tersebut.

Rena sedang fokus pada tandu yang dia kerjakan meski Dewa ada disana mengawasi dan juga memberi pengarahan pada junior-juniornya.

DEWA

Kalau sudah kalian bisa pasang tendanya.

SEMUA ANGGOTA

Siap kak.

Semua anggota pramuka memasang tenda kemah bersama-sama dan saling bekerja sama. Rena masih fokus memasang tenda saat Dewa berjalan disampingnya. Tanpa sengaja Dewa tersandung karena tali yang mengikat tenda.

Rena monoleh kebelakang dan mendapati Dewa sudah jatuh dan sedang berusaha untuk duduk.

RENA

Lo kak Dewa kenapa ?

(menghampiri Dewa dan jongkok disamping Dewa)

DEWA

(tertawa kecil)

Kakak kurang hati-hati dek. Jadi tersandung tali.

RENA

(menahan tawa)

Tapi kakak gak papa ?

DEWA

(berdiri)

Kalau mau ketawa ya ketawa aja dek. Jangan ditahan nanti jadi kentut lo.

RENA

(tertawa kecil dan ikut berdiri)

Maaf kak tapi…

(menahan tawa)

Tapi Rena cuma gak habis pikir kok kakak bisa jatuh.

DEWA

Cowok cool terkadang juga ceroboh dek.

(terwata kecil)

Yasudah lanjutkan saja pasang tendanya.

RENA

Yakin gak papa ?

DEWA

Iya. Gak ada yang luka juga.

RENA

Yasudah Rena balik buat tenda kak.

Dewa mengangguk dan membersihkan kedua tangannya dari kotoran yang menempel dibajunya. Rena berbalik meninggalkan Dewa dengan senyum dan sedikit tawa.


CUT TO


18. EXT. HALAMAN SEKOLAH — SORE


SELLA, RENA, DEWA


Rena berjalan menuju gerbang sekolah dengan lemas karena kegiatan sore ini begitu menguras tenaga. Saat sedang berjalan tiba-tiba Sella datang dari belakang dan mengagetkan Rena.

SELLA

Dorrr…

RENA

(terkejut dan memegang dada)

Usil banget sih. Kalau aku jantungan dan pingsan gimana ?

SELLA

Gak masalah, tinggal panggil kak Dewa aja. Itu dia orangnya.

(menunjuk parkiran)

Terlihat Dewa mengendarai motor dan Sella melambaikan tangannya kearah Dewa. Rena yang menyadari kekonyolan sahabatnya itu langsung menurunkan tangan Sella dengan paksa. Dewa yang menyadari panggilan Sella menghentikan motornya tepat didepan Sella dan Rena.

DEWA

Ada apa dek ?

(membuka kaca helm)

SELLA

Hem… itu kak aku mau pinjam novel yang kakak ceritakan kemarin.

DEWA

Ohh… itu… iya besok kakak bawakan.

SELLA

Ok deh kak. Makasih ya kak.

DEWA

Iya dek. Kakak duluan ya. Assalamualaikum.

SELLA dan RENA

Waalaikumsalam.

Dewa menutup kaca helm dan menarik gas motornya pergi meninggalkan Sella dan Rena yang masih berdiri digerbang sekolah. Hari sudah sore tapi sekolah masih ramai karena banyak sebagian dari murid yang mengikuti ekstrakulikuler.

SELLA

Kenapa sih larang-larang aku ngomong sama kak Dewa ?

(Rena hanya diam dan tersenyum kesal pada Sella)

Cemburu ya ?

RENA

Haloooo… Siapa saya ?

SELLA

(tertawa kecil)

Iya kali aku mau ngomong kamu suka sama kak Dewa.

(Rena meotot)

Ya gak mungkinlah Ren. Lagian kita sama kakak Dewa and the geng kan sudah akrab. Jadi jangan kaku biar gak kelihatan canggung.

RENA

Tapi itu novel apa sih yang kamu pinjam dari kak Dewa ?

SELLA

Ohh… itu…

(Rena menunggu jawaban Sella yang menggantung)

Aku juga blom tahu sih.

(Sella menoleh kearah Rena dan tersenyum)

RENA

Dasar kamu… ditunggu jawabannya malah nyebelin.

SELLA

Kamu juga aneh sih. Baca aja belum sudah ditanya. Sudah aku mau ambil motor dulu. Kamu tunggu sini aja.

Sella pergi menuju parkiran dan Rena menunggu Sella digerbang sekolah.


CUT TO


19. EXT. JALAN RAYA — -PAGI


DEWA, RENA


Rena berlari menyusuri jalanan yang mulai ramai dipadati kendaraan. Motor dan mobil berlalu-lalang, bunyi klakson semakin menambah kebisingan dan menggambarkan kesibukan jalan dipagi hari.

Rena terus berlari dan berhenti karena merasa lelah. Rena mulai berjalan lambat dan beberapa kali mengusap dahinya karena keringat yang muncul akibat berlari dengan jarak yang lumayan jauh.

Rena membawa dua buka cetak dan menggunakan tas gendong bewarna hitam berjalan menyusuri trotoar jalan dengan nafas terengah-engah karena kelelahan.

Disisi lain Dewa mengendarai motor dengan santai. Motor metix bewarna hitam dan helm jadul bewarna hitam mengiringi perjalanannya ke sekolah ditengah padatnya kendaraa dipagi hari.

Dewa dari kejauhan meliihat sosok murid SMA mengenakan baju putih abu-abu yang sepertinya sangat familiar dimatanya. Dewa menarik gas dan mendekati sosok yang dia lihat kemudian berjalan lambat disamping Rena.

DEWA

(melambatkan motor)

Kok jalan dek ?

RENA

(menoleh kekanan)


Oh… kak Dewa.

(berhenti berjalan dan Dewa juga mengentikan motornya)

DEWA

Kok jalan dek ? motornya mana ?

(menoleh mencari motor)

RENA

Motor Rena tadi bannya bocor kak. Jadi Rena tinggal ditempat tambal ban. Kalau mau ditunggu takut telat.

(hening sesaat)

DEWA

Ya sudah bareng kakak aja yok !

RENA

(terkejut)

Ah… anu… tapi kak.

DEWA

Sudah ayo naik ! dari pada nanti terlambat.

Rena berpikir sejenak dan melihat Dewa yang sedang menghidupkan mesin motornya.

DEWA

Ayok !

(Rena berjalan mendekat dan berdiri disamping kursi belakang)

DEWA

Ini pakai helmnya.

Dewa memberikan halm bewarna putih dan diambil oleh Rena. Setelah Rena mengenakan helmnya, Rena naik diatas motor dan Dewa menarik gas motor untuk berjalan menuju sekolah.

Wajah Rena begitu merah dan tampak tegang. Meski begitu Rena berusaha untuk biasa saja agar tidak membuatnya salah tingkah dan membuatnya malu dihadapan Dewa.


FADE OUT


20. EXT. PARKIRAN SEKOLAH — PAGI


RENA, DEWA


Rena turun dari motor dan melepas helm sedangkan Dewa tengah sibuk mencari posisi parkir yang pas karena tempat parkir sudah penuh akibat datang begitu siang.

Setelah Dewa menemukan tempat parkir, Dewa melepas helm dan Rena menghampiri Dewa.

RENA

Ini kak helmnya.

(memberikan helm kepada Dewa)

Terimakasih tumpangannya kak.

DEWA

Iya sama-sama.

(tersenyum dan mengambil helm dari tangan Rena)

RENA

Ya sudah kalau gitu Rena masuk duluan ya kak

(Dewa tersenyum dan mengangguk)

Rena membalikkan badan dan berjalan menuju lobi sekolah untuk masuk kedalam kelas.

Dewa yang masih diparkiran melepas jaket dan meletakkannya diatas stir motor dan bercermin sejenak untuk merapikan rambutnya. Setelah dirasa sudah rapi, Dewa balik badan dan menuju kelas bersamaan dengan bel masuk sekolah berbunyi.


FADE OUT


21. EXT. LAPANGAN BASKET SEKOLAH — PAGI


DEWA, IKAL, DAVID, ANAK BASKET


Iwan, Dewa, David dan beberapa anak laki-laki sedang bermain basket di lapangan yang tidak jauh dari koridor. Dewa mendribble bola dengan lincah melewati Iwan dan beberapa anak lainnya kemudian memesukkan bola kedalam ring. Poin didapat dan semua kembali diposisi masing-masing. Permainnan dilanjutkan dan kali ini David menggiring bola dan mengoper kepada Iwan yang berada didekat ring, tapi upaya David gagal karena dihalalangi salah satu pemain dari tim Dewa. Permainan dikendalikan oleh tim Dewa dan kini Dewa mulai bersiap melempar bola dari garis luar dan berhasil tri point didapatkan tim Dewa.

Semua tampak ngos-ngosan tapi tetap melanjutkan permainan. Kali ini Iwan mencoba melempar bola kearah David dengan keras. Namun upayanya digagalkan Dewa dan bola justru melayang jauh meninggalkan lapangan permainan. Semua tampak terdiam melihat bola yang melayang.


CUT TO


22. EXT. KORIDOR SEKOLAH — PAGI


DEWA, RENA, IKAL


Rena disisi lain sedang berjalan dikoridor sekolah membawa setumpuk buku ditangannya. Karena terlalu fokus pada buka yang dibawanya agar tidak jatuh membuatnya tidak sadar jika ada bola basket yang melayang dan akhirnya mendarat dikepalanya.

Rena terjatuh dan buka yang dia bawa berserakan. Karena merasa pusing Rena memegang kepalanya dan berusaha membuka matanya untuk menetralkan penglihatannya.

DEWA

Rena kamu gak papa ?

(Iwan menyusul Dewa)

Maaf ya dek kakak gak sengaja.

Rena masih memegang kepalanya sedang Iwan merapikan buka yang jatuh. Mata Rena dipejamkan dan dibuka untuk menormalkan penglihatannya.

IKAL

Kamu gak kenapa-kenapa kan Ren ? kalau sampai ada apa-apa semua ini karena Dewa karena dia yang nangkis bolanya.

(Dewa melotot pada Iwan)

RENA

Enggak papa kok kak. Cuma sedikit pusing.

(melepaskan tangan dari kepala)

DEWA

Mau kakak antar ke UKS ?

(tatapan khawatir)

RENA

Enggak perlu kak. Udah nggak papa kok.

(meraih buku yang dibawa Iwan)

IKAL

Ya sudah kalau gak papa aku balik ke lapangannya. Sudah ditunggu sama yang lain.

(mengambil bola dan kembali ke lapangan)

(Dewa masih menatap Rena)

RENA

Beneran kak Rena gak papa kok. Tadi cuma pusing sebentar mungkin karena kaget. Tapi sekarang udah enggak kok.

(Tersenyum)

DEWA

Ya sudah ayo kakak bantu bawa bukunya.

Mereka berdua berdiri dan Dewa membawa beberapa buka yang dibawa Rena kemudian berjalan menuju kantor guru.

Ditengah perjalanan mereka menuju kantor guru, obrolan mengiringi dan membuat Dewa semakin tahu tentang Rena. Namun sebaliknya Rena tidak berani bertanya apapun tentang Dewa.

DEWA

Bagimana dengan ekskul musik yang kemarin kakak rekomendasikan dek ?

(Rena menoleh Dewa dengan tetep berjalan pelan)

RENA

Masih Rena pikirkan kak.

(kembali menatap kedepan)

DEWA

Kenapa ? suara kamu kan bagus, kakak udah dengar waktu paduan suara SMP dulu.

RENA

Sebenarnya Rena masih belum percaya diri kak, Rena masih malu.

(menoleh Dewa dan meringis)

DEWA

Kenapa malu ? PD aja kali kayak kakak.

(tertawa bersama setelah itu hening sesaat)

RENA

Sebenarnya dibandikan bernyanyi, Rena lebih suka menulis kak.

(Dewa menoleh Rena)

DEWA

Oh ya ?

(Rena tersenyum)

RENA

Rena suka banget nulis dan pengen jadi penulis terkenal kak.

(Tersenyum)

DEWA

Bagus dong kalau kamu punya cita-cita yang tinggi. Jangan kayak kakak.

(Rena menoleh kearah Dewa)

RENA

Memangnya kakak kenapa ?

DEWA

Kakak sampai sekarang belum punya cita-cita dek.

(Rena dan Dewa tertawa bersama)

RENA

Gak nyangka lo ternyata kak Dewa ini orangnya humoris. Rena pikir kakak itu orang yang cuek dan dingin.

DEWA

Hidup gak harus terlalu diseriusin dek. Ada kalanya menghibur diri biar enggak stres dan jangan lupa selalu.

(menghadap Rena dan memberikan setumpuk buka kepada Rena dan mengangkat jari telunjuk keatas)

DEWA

Mengingat Allah.

(Dewa tersenyum dan pergi meninggalkan Rena)

Rena yang masih terpaku dengan senyum dan kata-kata Dewa tidak menyadari jika dia kini sudah ada didepan kantor guru.

Rena memandang punggung Dewa yang semakin jauh meninggalkannya dengan tatapan penuh arti.

VO RENA

Mungkin kata “tak kenal maka tak sayang” kurang tepat disematkan kepada diriku. Aku yang belum terlalu mengenalnya sudah begitu menyukainya entah karena apa aku pun tidak tahu. Aku kini sedikit banyak mulai mengenalnya dan rasa sayang ini semakin dalam terhadapnya. Aku berpikir dia adalah seorang pendiam atau bahkan sok cool. Tapi penilaianku salah. Dia adalah pria yang sangat baik, humoris dan menyenangkan. Ya Allah semoga perasaan ini tidak salah dan semoga engkau selalu menjaga rasa ini tetap pada jalurnya agar tidak berubah menjadi bencana bagi diriku.


DISSOLVE



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar