Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MORE THAN LOVE
Suka
Favorit
Bagikan
10. Bagian 10

73. IN. CAFFE – MALAM


SELLA, DEWA


Sella sedang memilih roti yang akan dia pesan. Sella menunjuk sebuah roti kemudian pelayan mengambilkan roti yang diminta Sella dan meletakkannya diatas piring.

Pelayan tersebut meletakkan piring diatas nampan dan kemudian meletakkan secangkir coklat yang masih panas diatas nampan yang sama.

Setelah semua pesanan Sella tertata diatas nampan, Sella menbawa pesanan bersama nampannya menuju meja yang dia inginkan.

Setelah melihat-lihat akhirnya Sella memutuskan duduk dikursi kosong dekat jendela.

Ketika akan menuju meja yang diainginkan, langkahnya terhenti karena melihat sosok yang dia kenal.

SELLA

Kak Dewa.

(Dewa melihat keatas dimana sosok Sella berada)

CUT TO

74. IN. CAFFE – MALAM


SELLA, DEWA


SELLA

Apa ? beneran kak ?

(melotot karena terkejut)

DEWA

Iya dek.

(mengaduk secangkir kopi hitam diatas meja yang dia pesan)

Sella dan Dewa duduk didalam sebuah caffe yang cukup ramai. Suara musik terdengar samar menemani pengunjung untuk menikmati berbagai olahan kue atau minuman dari ceffe itu.

SELLA

Kok bisa ? kenapa pertunangan kakak bisa berakhir ?

Berhenti mengaduk dan meletakkan sendok kecil pada alas cangkir dan melipat tangan diatas meja. Wajah Dewa menatap jendela besar disebelah kanannya yang menampilkan hiruk-pikuk kota pada malam hari.

DEWA

Ceritanya pajang dek. Kakak juga gak bisa cerita sama kamu.

(Sella hanya dia)

Yang jelas jika pertunangan ini dilanjutkan akan ada yang terluka dan menjadikan masalah besar bagi kami.

(Dewa kembali menatap Sella)

Kakak gak mau itu terjadi.

(menyeruput kopi)

SELLA

Aku gak tahu sih kak seperti apa masalah kakak saat ini. Tapi aku yakin kakak bisa melawati semuanya dan jangan pernah ragu jika mengambil keputusan karena hanya akan menyisakan kebimbangan dan penyesalan.

(Dewa tersenyum dan meletakkan cangkir)

DEWA

Kakak dengar kata-kata kamu jadi ingat sama Rena.

(Sella melonggo)

SELLA

Ingat gimana kak ?

DEWA

Kakak banyak belajar dari kata yang dia ucapkan ketika kami sedang berbicara. Sepertiya Rena itu adalah wanita yang begitu tulus dan juga cerdas.

(Sella tersenyum)

SELLA

Rena memang wanita baik dan tulus kak.

(Sella tersenyum melihat Dewa menyeruput kopi)

VO SELLA

YaAllah, apakah ini jawaban atas semua pertanyaan Rena selama ini ? apakah mereka memang sebenarnya berjodoh ? jika benar YaAllah, hamba mohon lancarkan jalan mereka bertemu. Namun jika mereka bukan jodoh, hamba mohon jauhkanlah jarak antara mereka.
Ren… semoga kali ini adalah benar. Jika semua ini adalah benar makan aku adalah orang pertama yang bahagia melihat penantianmu yang akhirnya berlabuh.

FADE OUT

75. EXT. HALAMAN RUMAH SELLA – MALAM


RENA, SELLA


Rena sedang menunggu Sella didalam mobil sambari memainkan ponselnya. Sesekali Rena melihat kearah pintu keluar rumah Sella dan juga jam dipergelangan tangannya.

Setelah lama menunggu akhirnya Sella keluar dari rumahnya dan berlari menuju mobil hitam yang ada didepan pagar rumahnya.

Sella membuka pintu dan langsung duduk dengan nafas terengah-engah.

SELLA

Sorry-sorry aku ketiduran.

(merapikan rambut dan memeriksa kedalam tas yang dia bawa)

Tunggu sebentar. Handphone aku ketinggalan.

Sella keluar dari mobil dan berlari masuk kedalam rumah. Rena memejamkan mata dengan menarik nafas berat.

Setelah beberapa menit, Sella kembali keluar dan masuk kedalam mobil.

RENA

Jalan pak.

(Sopir mengangguk dan menjalankan taxi online)

CUT TO

76. IN. CAFEE – MALAM


SELLA, RENA


SELLA

Sumpah tadi itu aku capek banget soalnya ngurus rincian dana buat acara minggu depan itu.

Rena dan Sella sedang duduk disebuah Caffe. Mereka duduk disamping jendela besar menghadap jalan raya. Malam ini suasana sedang gerimas dan tetesan hujan membasahi kaca besar caffe sehingga manampilkan garis tak teratur pada jendela akibat air hujan yang jatuh.

RENA

Udah tahu aku gak suka nunggu malah disuruh nungguin lama banget.

(melipat kedua tangan diatas perut dan menghadap jendela)

SELLA

Ya sorry sih. Namanya juga lupa.

(melihat Rena terus diam Sella menyenggol lengan Rena)

RENA

Kamu yang ngajak keluar tapi malah kamu yang lupa.

SELLA

Nungguin kak Dewa lama aja sabar, masak nunggu aku dandan bentar aja udah marah.

(Sella senyum-senyum sendiri)

RENA

Ya itu udah lain cerita.

(menghadap Sella)

SELLA

Tapi aku heran deh sama kamu Ren. Kamu itu paling gak suka kalau disuruh nunggu karena kamu itu miss. On time. Tapi kenapa kamu itu rela nunggu kak Dewa padahal semuanya terasa abstrak.

(Rena hanya diam)

Salut sih aku sama kak Dewa. Kok bisa ya buat kamu jadi kayak gini tanpa melakukan atau bahkan berbicara apapun. Sedikit banyak aku mulai ngerti kenapa kamu sebegitu suka dengan kak Dewa.

RENA

Sebenarnya aku juga bingung sama perasaanku sih Sel. Seperti yang kamu bilang, aku gak suka nunggu tapi aku malah menunggu sesuatu yang gak jelas. Dibilang suka atau cinta sama kak Dewa sih mungkin iya. Tapi gak pernah itu ada kepikiran buat memiliki atau bahkan menjalin sebuah hubungan lebih dari teman.

SELLA

Lalu sebenarnya apa yang kamu harapkan dari kak Dewa Ren ?

(memakan salat buah dalam mangkuk kramik)

RENA

Gak tahu sih. Aku cuma seneng aja kalau aku masih lihat dia walaupun tidak bisa bersamanya. Melihat dia saja sudah cukup buat aku. Aku gak tahu gimana jadinya jika suatu hari nanti dia pergi.

(Sella berhenti mengunyah)

Jika boleh memilih, aku lebih memilih dia tetap berada dikota ini meski bersama orang lain dari pada aku harus melihat dia pergi dari sini dan aku tidak bisa melihatnya lagi.

(Sella menggelengkan kepalanya dan meletakkan mangkuk salat diatas meja)

SELLA

Aku pernah dengar ceramah salah satu ustadz diyoutube Ren. Beliau bilang begini. Puncak cinta tertinggi adalah ketika mencintai tapi tidak dicintai, selalu membersamai meskipun sering ditinggalkan, merindukan namun tidak dirindukan. Sepertinya kata-kata ini cocok deh buat kamu Ren. Kamu sudah berada dititik puncak cinta tertinggi.

RENA

(tersenyum)

Adakah hal yang bisa kita bahas selain kak Dewa ?

SELLA

Enggak. Menurut aku bahasan ini sangat menarik karena kisah ini sudah berjilid-jild gak selsai. Aku sudah terlanjur mengikuti dari awal jadi gak adil rasanya kalau aku gak tahu bagaimana endingnya.

(Sella lebih mendekat pada Rena yang ada dihadapannya meski terhalang meja)

Kamu bilang kamu gak berharap bisa memiliki kak Dewa. Jika suatu hari nanti ada kesempatan dan Allah kasih kesempatan itu buat kamu sama kak Dewa, apakah kamu akan mengambilnya ?

(Rena diam sejenak)

RENA

Jika hal itu benar terjadi, pasti aku akan menjadi wanita paling bahagia Sel. Tapi hal itu gak mungkin terjadi bukan ? kak Dewa sudah bertunangan dan mungkin akan segera menikah. Kisah ini akan tutup buku ditahun ke tiga belas.

(Sella kaget dan mengurungkan niatnya untuk memakan salat buahnya)

SELLA

What ? tahun ke tiga belas ? kamu sudah suka sama kak Dewa selama tiga belas tahun ?

(Rena mengangguk dan memakan salat buahnya)

Aku gak pernah ngitung sih sejak kamu cerita waktu kita SMP, ternyata sudah lama juga ya.

RENA

Iya begitulah.

Sella diam sejenak dan meletakkan mangkuknya diatas meja. Rena masih belum meyadari perubahan sikap Sella hingga berbicara.

SELLA

Ren…

(Rena menatap Sella)

Ada sesuatu yang pengen aku ceritakan sama kamu.

(Sella dan Rena saling menatap)

FADE OUT

77. IN. KAMAR RENA – MALAM


RENA


Rena duduk memegang sebuah pulpen ditangan kanannya. Pulpen tersebut hanya dimainkan dan diputar-putar menggunakan jari-jarinya. Wajah Rena tampak melamun karena memikirkan pembicaraannya dan Sella dicaffe tadi.

FADE OUT

FLASH BACK ON

78. IN. CAFEE – MALAM


SELLA, RENA


(Sella diam menatap Rena)

RENA

Mau bicara apa ?

SELLA

Aku kemarin malam ketemu sama kak Dewa dan kami sempat ngbrol sedikit.

(Rena memandang Sella sembari memakan salat buah)

Kak Dewa bilang dia sudah mengakhiri pertunangannya.

(Rena terkejut dan menelan salat buah yang masih penuh dimulutnya)

RENA

Mengakhiri gimana maksudnya ?

(meletakkan sendok didalam mangkuk salat buah)

SELLA

Ya pertunangan mereka berakhir dan kak Dewa sudah putus sama tunangannya.

RENA

Kok bisa ? kenapa ?

SELLA

Kak Dewa gak cerita sih kenapa pertunangannya bisa berakhir. Aku juga gak berani maksa buat dia cerita karena itu privasi dia.

(Sella membenarkan posisi duduknya)

Ren, aku jadi mikir deh. Aku pikir mungkin kalian berjodoh.

RENA

Ha ?

SELLA

Ya berjodoh. Coba deh pikir. Kenapa kak Dewa bisa putus sama tunangannya ?

RENA

Ya karena mereka gak berjodoh.

SELLA

Iya itu benar. Kenapa mereka gak berjodoh mungkin karena jodoh kak Dewa memang kamu, tapi Allah kasih sedikit drama aja biar doamu lebih kencang.

(menyantap salat buah)

RENA

(tersenyum kecut)

Lucu ya kamu.

(Sella mengangkat kedua alisnya)

SELLA

Udah coba aja dekat dulu Ren. Kalau kamu gak pernah dekat atau ngasih kode sama kak Dewa, darimana dia tahu kalu kamu suka sama dia.

RENA

Aku juga bukan cewek kayak gitu kali Sel. Masak iya baru putus udah langsung didekatin. Malulah.

SELLA

Kamu itu terlalu lambat. Ada kesempatan cuma dilihatin doang. Jangan nyesel kalau suatu saat nanti kak Dewa sama orang lain karena kamu terlalu takut buat jujur.

Rena hanya diam menatap Sella menyantap salat buah. Suka atau tidak suka kata-kata Sella membuat Rena berbikir dan berhasil membuyarkan isi hatinya. Rena hanya diam memegang mangkuk sedangkan Sella tetap asik menyantap salat buah tanpa memperhatikan perubahan raut wajah Rena yang menjadi murung.

FADE OUT

FLASH BACK ON

79. IN. KAMAR RENA – MALAM


RENA


Rena masih saja duduk dimeja kerjanya dengan tangan mencoret-coret kertas kosong diatas meja. Rena tampak melamun dan memikirkan percakapannya dengan Sella di cafee tadi.

Rena tersadar dari lamunannya dan meletakkan pulpen diatas meja kemudian mengusap mukanya dengan kedua telapak tangannya.

Rena berjalan pergi meninggalkan meja dan menuju kamar mandi.

CUT TO

80. IN. KAMAR RENA – MALAM


RENA


Rena sudah mengenakan mukenah dan mengangkat kedua tangannya sejajar dengan dada untuk berdoa.

RENA

yaAllah. Hamba kembali berserah kepadamu ya Allah. Hamba tidak tahu apa skenario yang engkau siapkan untuk hamba. Semua ini terasa berat bagi hamba yaAllah. Setiap hari hamba selalu berada dalam kegelisahaan dan kebimbangan akan sesuatu yang tidak pasti.

(meneteskan air mata)

yaAllah, kuatkanlah hati hamba dan tambahkanlah sabar hamba dalam menunggu keputusanmu. Hamba ikhlas engkau beri ujian perasaan ini. Tapi yaAllah, hamba mohon kepadamu. Jika memang kak Dewa adalah jodoh hamba, maka dekatkanlah dia dan permudah jalan kami untuk bersatu. Tapi jika kak Dewa bukan jodoh hamba, hamba mohon jauhkanlah dia dan juga perasaan ini dari hati dan pikiran hamba.
YaAllah, hamba hanya takut. Hamba takut berharap pada ketidak pastian. Hamba takut berharap kepada manusia. Biarlah harapan hamba, hamba gantungkan kepada engkau yang maha bijaksana.
Aamiin.

(Rena mengusap kedua telapak tangannya pada wajah)

FADE OUT

81. IN.RUANG KERJA RENA – SIANG


RENA, KARYAWAN KANTOR


Hari-hari berjalan seperti biasanya. Rena bekerja dikantor dan melakukan aktivitasnya.

VO RENA

Tidak ada yang berubah dalam hidupku meski aku tahu dia telah sendiri lagi.

Rena mengetik sesuatu pada komputernya dan sesekali ada karyawan lain yang menyodorkan kertas padanya. Rena menoleh dan tersenyum kepada orang yang memberinya kertas.

Pekerjaan, teman dan juga aktivitasku masih sama seperti biasanya.

Rena mencatat setiap hal penting pada stiker dan ditempelkan pada pojok monitor komputernya.

Bahkan sampai detik ini aku masih belum berani mengungkapkan perasaan ini pada dia yang selalu mengganggu pikiranku.

Rena berdiri dan berjalan menuju sebuah ruangan dengan membawa beberapa kertas ditangannya. Rena terus bekerja seprti biasa hingga sore dan dan pulang tiba.

CUT TO

82. EXT. HALTE BUS – SORE


RENA, DEWA


Rena menunggu bus dengan empat orang lainnya. Sella tidak terlihat bersama Rena saat itu jadi Rena hanya diam dan fokus menunggu bus. Rena melihat Dewa mengendari sepeda motor dan Rena tersenyum.

VO RENA

Dia juga tidak pernah berubah. Selalu mengisi hati ini dengan segala rasa.

Bus tiba dan semua orang yang menunggu bergegas naik. Rena berdiri dan tangannya memegang besi agar tidak jatuh karena tidak ada tempat duduk kosong.

Biarlah semua berjalan sebagaimana rencana Allah. Biarlah doa dan takdirku menentukan jalanku dengannya meski nanti keduanya memilih jalan yang berbeda.

Bus berjalan dan sepeda motor Dewa berjalan pada arah yang berlawanan.

Tapi satu hal yang membuatku tetap bahagia adalah… Bisa melihatnya meski dari kejauhan.

Tampak langit sore bewarna merah keemasan menghiasi kota. Warna yang membuaut hati setiap orang merasakan kebahagian dan ketenangan dalam dirinya. Warna langit senja mengiringi perpisahan Rena dan Dewa disore itu.

DISSOLVE

83. IN. KAMAR RENA – MALAM


RENA


Rena menghadap layar laptop dengan fokus. Jemarinya menekan setiap huruf yang ada pada keyboard.

VO RENA

Aku tidak tahu bagaimana Allah menjalankan rencananya untukku. Semua masih terasa abstrak bagiku. Tapi satu hal yang aku tahu bahwa rencana Allah adalah baik bagiku.

Meski cintaku belum menemukan jalan untuk berlabu tapi aku akan tetap menunggu meski pada akhirnya cintaku tidak berlabu pada dermaga yang aku harapkan.

Rena berhenti mengetik dan menatap layar laptop dengan tatapan kosong.

FADE OUT


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar