Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
MENATA SENJA
Suka
Favorit
Bagikan
1. PART 1

FADE OUT-FADE IN

CREDIT TITLE

MENATA SENJA

FADE OUT

1.    INT. TERAS RUMAH IBRAHIM – SENJA

PEMAIN: IBRAHIM (70 TAHUN)

Establish. Rumah Ibrahim.

Ibrahim, rambutnya terlihat beruban. Kulitnya keriput, duduk di kursi kayu teras rumah. Ibrahim memakai kaca matanya. Ia memperhatikan daun-daun kering yang berguguran jatuh di pelataran (POV) daun jatuh. Ranting-ranting kering berserakan membuat tumpukan-tumpukan sampah.

 

Di kursi kayu yang sudah mulai reot, ia terpaku menatap senja yang merah saga (POV). Ibrahim memandang senja dengan mata sayu (POV) senja.

CUT TO

 

2.    INT. DAPUR RUMAH IBRAHIM – SENJA

PEMAIN: ROSMINA (68 TAHUN)

Rosmina terlihat di dapur sedang mengaduk teh di gelas. Kemudian ia meletakannya di tempaian. Beberapa gorengan di piring.

 

CUT TO

 

3.    INT. TERAS RUMAH IBRAHIM – SENJA - CONT. SC.1

PEMAIN: IBRAHIM (70 TAHUN)

Ibrahim, perlahan ia beringsut dari tempat duduknya. Berjalan tertatih-tatih sambil sesekali terbatuk. Ia masuk ke ruang tamu.

 

CUT TO

 

4.    INT. RUANG TAMU- RUMAH IBRAHIM – SENJA

PEMAIN: IBRAHIM (70 TAHUN)

Ibrahim, memperhatikan ruang tamu. Ada sebuah lemari kayu tua. Ibrahim menghampiri lemari dan memperhatikan karya-karyanya yang sudah dibukukan. INSERT buku-buku. Kemudian matanya beralih pada sebuah mesin tik tua yang sudah berkarat (MOVING SHOT).

 

Ibrahim berjalan menghampiri sebuah bupet yang terbuat dari kayu jati. Bercat hitam legam dengan ukiran jepara asli. Kemudian tangannya membuka laci di sebelahnya. Tangannya merogo selembar kertas putih dan pena usang bertuliskan namanya. Pena itu pemberian seorang terpandang saat ia memenangkan sebuah anugrah sastrawan terbaik. Ia belum menyelesaikan sebuah cerita yang tertunda.

 

Setelah memperhatikan judul itu ia kembali ke teras depan.

 

CUT TO

  

5.    INT. TERAS RUMAH IBRAHIM – SENJA - CONT. SC.1

PEMAIN: IBRAHIM, ROSMINA

Ibrahim, berjalan menuju kursi kayu. Kemudian di duduk. Rosmina datang membawa teh dan gorengan, lalu meletakan di atas meja. Kemudian Rosmina duduk di kursi. Ia melihat suaminya dengan iba.

 

ROSMINA

Sudahlah, Pak. Bapak jangan menulis lagi.

 

Suara seorang perempuan tua membuyarkan lamunannya. Ibrahim menoleh dengan perlahan.

 

IBRAHIM

Aku tidak bisa berhenti, Bu. Aku tidak bisa menyimpan semua cerita itu. Setiap aku tidur, dalam detak jantungku, disetiap hembusan nafasku, aku harus menulis semua isi hatiku.

 

ROSMINA

Kita ini sudah tua, Pak. Jangan mikirin yang enggak-enggak.

Toh kita bakalan meninggalkan dunia ini.

 

IBRAHIM

Tapi aku ingin meninggal dengan tulisanku yang terakhir, Bu.

Aku ingin mereka mengenang diriku dengan karya ini.

 

ROSMINA

Jangan mimpi, Pak. Mereka sudah tidak mau tahu tentang bapak.

Apa bapak tidak sadar juga. Mereka itu sudah melupakan bapak.

Mereka itu sudah tidak mau perduli dengan kita.

Ibu khawatir bapak tidak bisa mengontrol diri.

 

IBRAHIM

Tapi, apakah aku salah, Bu?

 

ROSMINA

Bapak tidak salah. Hanya saja bapak tidak pantas mengemis kepada mereka.

 

IBRAHIM

Aku tidak mengemis, Bu. Aku ini seorang penulis. Aku hanya ingin…

 

ROSMINA

Sudahlah, Pak. Jangan menghayal terus.

 

Sejenak suasana hening. Kemudian Rosmina berkata lagi.

 

ROSMINA

Mereka tidak datang lagi tahun ini.

(nelangsa)

 Anak-anak itu mungkin terlalu sibuk hingga lupa dengan kita, Pak.

Lebaran ini mereka juga tidak datang. Aku rindu dengan cucu-cucuku.

 

 

Ibrahim terdiam sambil memandang halaman depan yang penuh dengan daun berguguran. Sesekali hembusan angin menyapu halaman hingga daun-daun itu terkesiap. Daun-daun gugur dan ranting kering itu seperti dirinya.

 

IBRAHIM

Aku sudah tidak butuh anak-anak itu lagi.

Anak-anak itu tidak tahu diuntung!

Mereka pasti sudah melupakan kita, Bu!

 

ROSMINA

(menghela berat)

Aku rindu dengan cucu-cucuku.

 

Rosmina menerawang. Ibrahim diam, kemudian pandangannya mengedar pada halaman depan.

 

DISSOLVE

  

6.    INT. RUANG KERJA AJI – PAGI

PEMAIN: AJIDARMA (35 TAHUN), ROSMINA

Di ruangan berukuran sedang. Terlihat ada lemari, meja kerja dan buffet denganinterior kantor yang nyaman. Di meja kerja terlihat sebuah nama AJIDARMA.

 

Ajidarma tampak sibuk dengan berkas kerja di atas meja kerjanya. Hapenya berdering di atas meja. Ajidarma mengangkatnya.

 

FARALEL CUT

 

AJIDARMA

Halo, iya, Bu.

 

ROSMINA (V.O)

Assalamualaikum, Ji.

Kamu pulang kan tahun ini?

 

AJIDARMA

Aji lagi banyak kerjaan, Bu.

Nanti saja Aji kabarin.

 

Aji mematikan hapenya begitu saja.

 

CUT TO

  

7.    INT. RUANG TAMU - RUMAH IBRAHIM – PAGI

PEMAIN: ROSMINA

Rosmina terdiam dengan hape masih di telinga. Ia terpaku lalu duduk di kursi. Rosmina tampak nelangsa. Kemudian ia menekan beberapa angka lagi di hapenya.

 

CUT TO

  

8.    EXT/INT. CAFE – PAGI

PEMAIN: JAKA (30 TAHUN), BEBERAPA KARYAWAN CAFE 

Jaka tengah sibuk memberi pengarahan kepada anggotanya. Hepenya berdering di saku celana. Jaka merogo kantong celananya dan mematikan ponselnya. Buru-buru ia menyudahi arahannya. Hapenya berdering lagi dan kali ini Jaka mengangkatnya.

 

JAKA

Ada apa, Bu?

 

FARALEL CUT

 

ROSMINA

Jaka, bagaimana kabarmu, nak?

Ibu kangen.

  

JAKA

Jaka baik-baik aja, Bu.

Ada apa? Jaka lagi sibuk.

 

ROSMINA

Kamu pulang kan tahun ini?

 

JAKA

Jaka gak sempat, Bu. Cafe gak bisa tutup.

Di hari itu banyak pelanggan yang datang.

Mungkin mbak Jati ada waktu.

Udah dulu ya, Bu. Jaka sibuk.

 

Jaka mematikan hapenya. Kemudian ia ke ruang dapur cafe.

 

CUT TO

 

9.    INT. RUANG TAMU - RUMAH IBRAHIM – PAGI –CONT.SC.7

PEMAIN: ROSMINA, IBRAHIM

Rosmina menghela berat. Ibrahim keluar dari kamarnya. Kemudian melihat Rosmina yang nelangsa.

 

IBRAHIM

Kan sudah bapak bilang. Mereka itu sudah lupa sama kita, Bu. Untuk menjenguk sebentar saja tidak ada waktu.

 

Ibrahim menghampiri istrinya lalu duduk di kursi tamu.

 

ROSMINA

Mereka selalu saja sibuk, Pak.

 

IBRAHIM

Mereka sudah dibutakan sama dunia.

Padahal dunia ini hanya sementara, Bu.

Rezeki itu harus redoh sama orang tua.

 

Rosmina bangkit dari duduknya.

 

ROSMINA

Aku buatkan teh ya, Pak.

 

Rosmina berlalu ke dapur.

 

CUT TO

 

10.  INT. RUANG TAMU - RUMAH SEJATI – PAGI

PEMAIN: SEJATI (33 TAHUN), ADI (35 TAHUN) 

Establish rumah sederhana.

 

Sejati ribut dengan suaminya. Kehiduannya sangat susah.

 

SEJATI

Aku bosan hidup begini terus, Bang.

Abang cari kerja yang bener.

 

ADI

Aku sudah berusaha cari kerja, Jati.

Kamu pikir aku cuma makan tidur aja?

Kamu tuh harus bantu suami juga!

Jangan bisanya cuma minta dan nuntut!

 

SEJATI

Aku malu bang sama tetangga.

Mereka menceritakan dirimu yang pemalas itu!

 

ADI

Jangan kamu dengar cerita dari tetangga.

Mereka itu iri sama kita.

 

SEJATI

Iri apanya?!

 

ADI

Sudahlah! Sakit kepalaku mendengar ocehanmu!

Aku pergi saja!

 

Adi keluar dari rumah.

 

CUT TO

11.  INT. RUANG TAMU - RUMAH IBRAHIM – PAGI –CONT.SC.9

PEMAIN: ROSMINA, IBRAHIM

Tangan Ibrahim yang keriput membalik lembaran koran. Rosmina datang membawakan teh untuk Ibrahim.

 

ROSMINA

Ini teh mu, Pak.

 

IBRAHIM

Letakkan saja di meja, Bu.

 

ROSMINA

Bapak melamun lagi? Apa yang bapak lamunkan?

 

IBRAHIM

Aku terbayang saat jatuh cinta padamu, Bu.

Kenangan itu sangat indah ya, Bu.

 

ROSMINA

Ah, Bapak.

(tersipu.)

Semua sudah berlalu, Pak dan ini kenyataanya.

Tapi cinta ibu takkan luntur ke bapak.

 

IBRAHIM

Nggak salah dulu aku memperebutkanmu, Bu.

(tersenyum tipis, kemudian meneguk tehnya. Lalu meletakan gelasnya di atas meja)

Mereka tidak pulang?

 

ROSMINA

(menggeleng)

Mereka sibuk, Pak.

 

IBRAHIM

Sepertinya tahun ini kita lebaran sendiri saja, Pak.

Toh kita tetap bahagia.

 

ROSMINA

Aku tetap bahagia asal bersamamu, Pak.

  

IBRAHIM

Itulah yang tidak bisa aku lupa darimu, Bu

(tersenyum tipis)

 

DISSOLVE

 

12.  INT. TERAS BELAKANG - RUMAH IBRAHIM – PAGI

PEMAIN: ROSMINA, IBRAHIM, AJIDARMA

Suara takbir menggema. Ibrahim duduk di teras belakang. Di sebelahnya duduk Rosmina, menatap langit yang sama. Tiba-tiba ada yang memberi salam dari depan.

 

AJIDARMA (O.S)

Assalamualaikummm…

 

Ibrahim berlonjak kaget.

 

IBRAHIM

Waalaikumsallam…

Lihat siapa yang datang, Bu.

 

Rosmina bangkit dari kursinya.

 

ROSMINA

Iya, Pak.

 

Rosmina berlalu membuka pintu depan.

 

CUT TO

 

13.  INT. PINTU DEPAN-RUMAH IBRAHIM – PAGI

PEMAIN: ROSMINA, AJIDARMA, NINDY (32 TAHUN) ISTRI AJIDARMA, JAKA DAN MARIA, SEJATI DAN ANAK-ANAK.

Rosmina membuka pintu depan. Senyumnya mengembang ketika ia membuka pintu lebar-lebar. Terlihat Ajidarma dan istri serta anak-anaknya datang dengan riang gembira.

Begitu juga Jaka dan istrinya. Sejati juga merengkuh Rosmina dengan hangat.

 

ROSMINA

Waalaikumsallam…. Eh cucuk nenek datang….

Masuk-masuk…

 

Mereka bersalam dan cipika-cipiki. Suasana bahagai dan haru beraduk menjadi satu. Rasa rindu yang selama ini tersimpan terbalas sudah. Mereka menemui Ibrahim yang masih terduduk di teras belakang.

 

CUT TO

 

14.  INT. TERAS BELAKANG-RUMAH IBRAHIM – PAGI-CONT.SC.12

PEMAIN: ROSMINA, IBRAHIM, AJIDARMA

Tampak mereka berkumpul di teras samping saling bersalaman dan tampak bahagia.

 

FADE OUT-FADE IN.

 

15.  INT. RUANG TAMU-RUMAH IBRAHIM – SORE

PEMAIN: AJIDARMA, NINDY, JAKA, MARIA, SEJATI, IBRAHIM, ROSMINA. 

Mereka berkumpul di ruang tamu. Mereka terlihat berdebat. Bersitegang hingga menimbulkan suara-suara kegaduhan kecil.

 

JAKA

Kita harus selesaikan semuanya malam ini, Mas.

(suara lantang)

Seperti kesepakatan dulu,

bapak dan ibu sekarang menjadi tanggung jawab kita.

  

SEJATI

Jangan sekarang, Jaka.

Sebelum kita membicarakan soal ini, aku sudah melakukannya.

Siapa yang mengobatkan Bapak selama ini? Siapa yang membayar tunggakan listrik? Air keperluan lain?

 

AJIDARMA

Bukan kamu saja yang memenuhi kebutuhan Bapak dan ibu, Sejati.

Aku yang memperbaiki rumah ini.

 

JAKA

Aku juga mengecat rumah ini, Mas.

Aku juga yang membelikan bapak parabola agar bapak dan ibu bisa terhibur.

 

AJIDARMA

Allaaa…itu cuma taktikmu saja, Jaka. Kamu berusaha mendekati bapak agar hartanya jatuh ke tanganmu kan?

 

 Ibrahim dan Rosmina keluar dari kamar. Mereka memandang Ibrahim dan Rosmina dengan seksama.

  

AJIDARMA

Sudah… kalian jangan meributkan hal sepele itu.

 

JAKA

Memangnya mas Aji tahu apa? Mas dekat dari bapak tapi tidak pernah melihat bapak. Mas hanya menyusahkan bapak saja. Dana pensiun bapak juga mas yang menghabiskan.

 

SEJATI

Iya Mas, makanya ini kita bicarakan supaya lebih tertata. Bukan hanya mas Aji dan Jaka sendiri yang menanggung kebutuhan Bapak, saya juga.

 

 

Mata Ibrahim dan Rosmina memperhatikan anak-anaknya yang saling berdebat. Wajah-wajah mereka terlihat tegang. Mata Ibrahim dan Rosmina merebak memperhatikan anak dan menantunya yang bersitegang.

JAKA

Aku sudah bilang berkali-kali, buatkan Bapak rekening bank. Itu akan mempermudah kita semua. Jadi kalau pun harta bapak harus di bagi-bagi kita masih bisa menyantuni bapak lewat rekening.

 

SEJATI

Itu pun jadi masalah, Jaka. Rekening itu atas nama siapa dan siapa yang akan mengurusnya? Repot kalau Bapak harus mengurus sendiri, apalagi ibu yang tidak tahu apa-apa. Aku tidak percaya kalau rekening itu atas nama mas Ajidarma.

 

JAKA

Aku setujuh. Lebih baik atas nama bapak saja.

 

Tiba-tiba Ibrahim berteriak,

 

IBRAHIM

Sudah! Kalau hanya mau membuat keributan, kalian tak usah pulang!

Bapak dan ibu ini sudah tua. Ingin melihat kalian hidup rukun dengan saudara. Tetapi, setiap bertemu ribut selalu.

Sudah! Aku tidak mau dengar lagi!

 

AJIDARMA

Tunggu dulu, Pak, kami ini membicarakan kepentingan Bapak dan ibu.

 

IBRAHIM

Mendengar kalian bertengkar itu bukan kepentinganku!

Tugasku sudah selesai, merawat kalian, menyekolahkan dan menikahkan kalian. Bapak dan ibu, yang kalian bilang tidak tahu apa-apa itu hanya ingin hidup tenang menunggu mati. Kalau kalian keberatan menanggung hidup orang tua ini,

biar aku mencari sendiri. Dulu aku ini anak orang melarat. Ibu kalian juga berjuang menyekolahkan kan kalian banting tulang, tapi kalian selalu saja memperebutkan harta. Kalian selalu bertengkar. Apa sih mau kalian?

 

Mata Ibrahim terlihat memerah penuh amarah.

 

IBRAHIM

Aku tidak akan kaget kalau aku sekarang kembali menjadi melarat.

 

SEJATI

Pak, jangan bicara begitu.

 

IBRAHIM

Aku tidak butuh simpatik kalian.

Kalian hanya berharap agar aku cepat dikuburkan!

 

SEJATI

(memekik kecil)

Pak… Kami tidak bermaksud begitu.

 

IBRAHIM

Lantas apa namanya jika kalian terus bersitegang memperebutkan hartaku? Kalian bahkan tidak perduli dengan keberadaanku dan ibu kalian.

Kalian ingin membuat jantungku berhenti?

 

Nafas Ibrahim terlihat tersengal. Semua diam. Ajidarma menunduk mendengarkan kesedihan Ibrahim. Ibrahim sudah tak mampu menguasai diri. Laki-laki tua itu terus menceracau di antara sedu sedannya. Hingga tubuhnya melemas dan terjatuh di lantai. Para menantu yang sejak tadi duduk di belakang tanpa suara kini merubung Ibrahim yang pingsan.

 

ROSMINA

Pak….

 

Rosmina bergegas memapah Ibrahim.

 

AJIDARMA

Bawa ke kamar. Panggil bik Dartik.

 

SEJATI

Dartik sudah pergi, Mbak!

 

Semua terlihat panik.

 

AJIDARMA

Pergi kemana?

 

SEJATI

Saudi Arabia, jadi TKI.

 

Semua terlihat bingung. Tak ada yang tahu bagaimana mengembalikan kesadaran Ibrahim. Ajidarma berteriak dalam kepanikan.

 

AJIDARMA

Bawa ke rumah sakit. Siapkan mobilnya.

 

Semua diliputi kepanikan. Jaka menyiapkan mobilnya. Bersama beberapa orang saudara dia mengantar Ibrahim ke rumah sakit di kota.

 

FADE OUT

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
novelnya sih ada. cuma lagi ikut lomba script
3 tahun 9 bulan lalu
Ada versi novelnya,Kak? sepertinya lebih nyamam versi novel
3 tahun 9 bulan lalu
Balada Sang Penulis :(
3 tahun 11 bulan lalu
masih banyak typo. hahahah @rizalazmi29
4 tahun 4 bulan lalu
Dalam, bukan dalan bang heee
4 tahun 4 bulan lalu
Ide yg bagus, buat pembelajaran, kutunggu chapter selanjutnya. Tetap semangat!!
4 tahun 2 bulan lalu
aamiin... iya... makasih... semungut
4 tahun 5 bulan lalu
ide kaya gak ada habis2nya ya mas, ngalir terus kaya air terjun. gile2
4 tahun 5 bulan lalu