Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
36. EXT. RUMAH KONTRAKAN – SORE
PEMAIN: RAKA (28 TAHUN), DINA (25 TAHUN), IBRAHIM
Raka pindahan di rumah kontrakan sebelah rumah Ibrahim. Tampak kesibukan beberapa orang mengangkatin barang-barang. Ibrahim melihat pasangan muda itu. Terlihat Raka mengangkat sebuah kardus. Ibrahim menyapanya.
IBRAHIM
Baru pindahan, Nak?
RAKA
Iya, Pak.
IBRAHIM
Semoga betah ya.
RAKA
Terima kasih, Pak. Kita tetanggaan.
IBRAHIM
Main ke rumah kalau ada waktu.
RAKA
Iya, Pak.
Ibrahim keluar dari gerbang rumahnya. Ia ingin menikmati suasana sore.
DINA
Siapa, Mas?
RAKA
Tetangga sebelah rumah.
DINA
Oh... Mudah-mudahan saja tetangga kita baik ya.
CUT TO
37. INT. RUANG TAMU-RUMAH IBRAHIM – MALAM
PEMAIN: RAKA, IBRAHIM, ROSMINA
Raka berkunjung ke rumah Ibrahim. Ia mengamati beberapa novel di lemari buku. Ia mengambil satu di antara novel itu.
RAKA
Bapak seorang penulis? Wahh.. luar biasa.
Saya beruntung sekali punya tetangga seorang penulis.
IBRAHIM
Itu sudah sangat lama. Mereka mengagungkan bapak dan membanggakan karya-karya bapak. Tapi sekarang, (beat) mereka seoalh tidak perduli dengan bapak.
RAKA
Mereka memang keterlaluan ya, Pak.
ROSMINA
Ini cemilannya, Nak Raka. Alakadarnya...
RAKA
Gak usah repot-repot, Bu
ROSMINA
Kebetulan ada pisang di lahan belakang. Jadi ibu goreng saja. Minumannya teh pahit...
Ibu belum beli gula.
(tersenyum kecut)
RAKA
Gak apa-apa, Bu. Disyukuri aja.
ROSMINA
Nak Raka ini baru berumah tangga ya?
RAKA
Iya, Bu. Baru empat tahun. Kontrakan yang lama sudah habis, jadi kami cari kontrakan baru. Ya, sekalian cari suasana baru.
ROSMINA
Udah lama, kok masih baru?
Istri, nak Raka dimana?
RAKA
Hehehehe…. Kayak pengantin baru aja ya buk.
Istri saya lagi di rumah, Bu. Lagi rapi-rapi
(tersenyum)
Raka meletakkan novel yang dipegangnya ke lemari. Kemudian ia mengamati ruang tamu yang sedikit kosong. Ia mengamati foto-foto Ibrahim dan anak-anaknya.
RAKA
Anak-anak bapak di mana?
IBRAHIM
Mereka tidak tinggal di sini.
Raka manggut-manggut dan kembali mengamati foto-foto di dinding.
DISSOLVE TO
38. INT. DAPUR-RUMAH RAKA – PAGI
PEMAIN: RAKA, DINA, KEVIN (3 TAHUN)
Kevin sedang menyantap ayam goring di atas meja. Raka keluar dari kamar dan menuju dapur. Terlihat Dina sedang memasak. Kemudian Raka merengkuhnya dari belakang.
DINA
Cuci muka dulu sana. Bau jigong
RAKA
Aku lagi kengen...
Dina melepaskan pelukan Raka.
DINA
Aku lagi masak, Bang. Nanti gosong.
Malu tuh sama anak kamu.
Raka melepaskan pelukannya, kemudian duduk di kursi dan mengucek rambut Kevin.
RAKA
Makan yang banyak ya, Nak. Biar kuat kayak papa.
(beat)
Kamu tau gak? Ternyata tetangga kita seorang penulis. Penulis hebat.
DINA
Oh ya...
(Meniriskan ikan goreng)
Novelis?
RAKA
Karya-karyanya luar biasa. Buku-bukunya juga ada di tokoh buku. Tapi, abang kasihan melihat bapak itu. Ibrahim namanya.
Dina meletakkan ikan goreng ke piring dan meletakkannya di atas meja.
DINA
Kenapa? Aku mau foto bareng sama bapak itu.
Lumayan foto bareng penulis.
RAKA
Nanati abang ajak kamu ke rumah pak Ibrahim.
DINA
Kamu ke studio, Bang?
RAKA
Iya. Abang mau menjumpai produsernya.
Dia sudah berjanji mau mendanai lagu-lagu ciptaan abang.
DINA
Mudah-mudahan dia setuju ya bang.
Mandi dulu gih.
Raka beranjak dengan malas-malasan. Dina mendekati anaknya, Kevin.
CUT TO
39. EXT. JALAN TAMAN – PAGI
PEMAIN: IBRAHIM, IDRIS (59 TAHUN)
Ibrahim jalan kaki di jalan kecil. Kemudian setengah berlari sambil menggerakan tangannya. Pagi ini tidak terlalu ramai orang berolah raga. Ia melihat keluarga kecil yang bahagia. Sepasang orang tua dengan seorang anaknya yang sudah dewasa. Anak itu begitu sayang kepada mereka. Ibrahim terpaku sejenak. Kemudian seorang teman Ibrahim menyapa. Idris namanya.
IDRIS
Hei pak tua, tumben kau pagi-pagi sudah keluyuran.
Ibrahim menoleh ke arah Idris.
IBRAHIM
Hei, Idriss… Kau terlihat segar aja.
Kau terlihat bugar. Apa rahasianya?
IDRIS
Bahagia. Aku sangat bahagia. Hahahaha..
Kmudian mereka bercengkrama. Mereka duduk di kursi yang terletak di taman.
IDRIS
Bagaiman kabarmu?
IBRAHIM
Aku baik-baik saja, Dris. Akhir-akhir ini aku sangat…
IDRIS
Kau merindukan anak-anakmu? Mereka pasti pulang, Him. Tidak ada anak yang tidak sayang orang tuanya.
IBRAHIM
Aku tak ingin mereka pulang. Aku tak ingin mengingat mereka.
Idris terkejut dengan penuturan Ibrahim.
IDRIS
Kenapa? Kau punya masalah dengan anak-anakmu?
Ibrahim menunduk dengan wajah sedih.
IBRAHIM
Mereka sudah menelantarkan aku dan istriku.
IDRIS
Segitu parahnya?
Ibrahim mengangguk dang menceritakan semuanya. Volume diiringi music mellow.
CUT TO
40. EXT. HALAMAN – RUMAH IBRAHIM – PAGI
PEMAIN: IBRAHIM, ROSMINAH, SEJATI
Sejati datang ke rumah Ibrahim. Ia mengadu kalau suaminya tertangkap saat main judi. Polisi minta tebusan jika suaminya ingin bebas. Sejati tampak menangis.
SEJATI
Tolong bang Adi, Bu...
Kasihan anak-anak kalau bang Adi sampai di penjara.
INTER CUT
Terlihat Ibrahim masuk dari gerbang. Kemudian menghampiri Sejati dan Rosmina.
IBRAHIM
Untuk apa kamu kemari?
SEJATI
Bang Adi, Pak... Ketangkap polisi.
IBRAHIM
Main judi lagi?
SEJATI
Dia dijebak temannya.
Ada bungkusan narkoba di rokoknya.
IBRAHIM
Narkoba?
(terkejut)
Bapak gak menolong suamimu. Itu hanya akal-akalan Adi saja. Adi memang narkobaan.
SEJATI
(sambil menangis)
Tolong Jati, Pak. Jati mohon… kasihan anak-anak.
Ibrahim berlalu dan duduk di teras.
CUT TO
41. INT. RUANG TAMU – SIANG
PEMAIN: IBRAHIM, ROSMINAH, SEJATI
Sejati duduk sambil sesenggukan. Ia terus memohon agar Ibrahim menggadaikan rumahnya untuk menebus suami Sejati. Rosminah menyuguhkan air putih untuk Sejati.
IBRAHIM
Bapak dan ibu tidak punya uang, Sejati.
Duit dari mana coba. Bapak tidak bekerja.
Kamu sudah coba pinjam mas mu?
SEJATI
Sejati takut, Pak.
Gak mau juga nanti jadi masalah.
Bagaimana kalau rumah ini digadaikan saja, Pak?
IBRAHIM
Apa? Menggadaikan rumah ini? Tidak Jati.
Ini harta bapak satu-satunya.
SEJATI
Tapi, Pak. Ini demi masa depan anak-anak Jati.
Nanti Jati yang bayar cicilannya.
IBRAHIM
Kamu kalau ngomong seenak perutmu saja.
ROSMINAH
Pak, kasihan Sejati. Anak-anaknya juga masih kecil.
Ibrahim hanya diam. Kemudian ia beranjak dari kursinya masuk ke dalam rumah. Tak berapa lama ia keluar dan membawa sebuah map berisi surat tanah dan rumah.
IBRAHIM
Baiklah, bapak akan menggadaikan rumah ini.
(suara berat)
SEJATI
Terima kasih, Pak…
CUT TO
42. INT. TERAS DEPAN-RUMAH IBRAHIM – SORE
PEMAIN: RAKA, DINA, KEVIN, IBRAHIM, ROSMINA
Ibrahim dan Rosmina sedang bercengkrama di teras depan. Kemudian Raka dan Dina datang membawa makanan.
RAKA
Assalamualaikum....
ROSMINAH/IBRAHIM
Waalaikumsalam...
(berbarengan)
IBRHAMI
Eh, Nak Rak. Silahkan masuk..
Duduk...duduk..
(sambil menyediakan kursi)
RAKA
Gak usah repot-repot, Pak. Saya bisa duduk di mana aja kok...
DINA
Ini, ada sedikit makanan dari rumah.
Untuk bapak dan ibu.
Rosmina menerima tempat makanan yang diberi Dina. Kemudian mencemol pipi Kevin.
ROSMINAH
Duh… ganteng banget anaknya. Siapa namanya?
DINA
Kevin, Nek…
ROSMINAH
Sudah berapa tahun?
DINA
Baru tiga tahun lebih, Bu.
ROSMINAH
Terima kasih banyak, Nak.
Jadi ngerepotin
DINA
Gak apa-apa, Bu. Namanya juga tetangga.
Lagi pula kami sudah tidak punya orang tua.
RAKA
Iya, Pak. Saya ingin berbakti kepada orang tua, tapi mereka sudah dipanggil ama yang kuasa. Ya, mumpung tetangga kami sudah orang tua, saya merasa dekat ama orang tua.
IBRAHIM
Ya anggap saja bapak dan ibu ini orang tua kalian.
RAKA
Iya pak.
Kemudian mereka mengobrol dan bergelak tawa. Audio diiringi music.
FADE OUT-FADE IN