Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Mata Matarri
Suka
Favorit
Bagikan
17. Bagian #17

97  EXT. PESAWAT DI ANGKASA – MALAM

Pesawat Lovebird Airlines melakukan manuver berbalik 180 derajat.

CUT


98  INT. TERAS BANDARA – MALAM

Padra mulai berjalan lemas mulai meninggalkan Bandara. Di belakangnya, Upis dan Momoa menggandeng Matarri.

Padra masih beberapa kali menoleh ke belakang, tapi memang tak ada siapa-siapa lagi yang muncul.

Tiba-tiba Manjari nampak berjalan di belakang mereka. Tak sengaja ia menoleh ke arah Padra, Upis, Momoa dan Matarri.

Ia menatap tak percaya.

MANJARI
Matarri?


Matarri kaget dan menoleh. Diikuti Padra, Upis dan Momoa.

MATARRI
Ayah?


Manjari sudah menghambur memeluk Matarri.

CUT


99  EXT. JALANAN – MALAM

Mobil VW Combi Padra meluncur di jalanan malam.

CUT



100  INT. DALAM MOBIL VW COMBI – MALAM

LAGU
When you try your best, but you don't succeed/ When you get what you want, but not what you need/ When you feel so tired, but you can't sleep/ Stuck in reverse (Fix You – Cold Play)

Manjari menyetir mobil. Matarri duduk di sebelahnya.

Sementara di kursi belakang Padra nampak tertidur dalam posisi mulut terbuka, nampak sekali bila ia kelelahan. Sementara Upis dan Momoa tidur di sebelahnya.

Manjari melirik Matarri, tangannya menyentuh tangan anaknya.

MANJARI
Kamu gak tidur?


Matarri menoleh dan menggeleng.

MANJARI
Kalau kamu tidur sekarang, saat bangun nanti kita sudah sampai.

MATARRI
Aku ingin menemani Ayah menyetir.


Manjari tersenyum.

Mobil terus melaju.

MATARRI
Berarti Ayah batal ke Belanda?


Manjari menoleh sekilas.


MANJARI
Ya...

MATARRI
Padahal... Ayah sudah merencanakannya sekian lama...


MANJARI
Hanya sebuah rencana... bukan sesuatu yang paling penting...
(Terdiam sejenak)
Apalagi sekarang, bukankah ada yang lebih penting di rumah? Soal ke Belanda akan selalu ada kesempatan lagi yang datang...


Matarri menatap ayahnya setengah tak percaya, seakan ia bisa melihat wajah ayahnya.

MATARRI
(Mengangguk lemah)
Aku senang Ayah kembali. Karena... Nenek menunggu Ayah...


Manjari hanya menoleh dan terdiam.


MATARRI
Kata Nenek Wanda... mungkin Nenek akan...

MANJARI
Jangan bicara yang gak-gak dulu!


Matarri menangguk.

MATARRI
Oya, Ayah, beberapa hari lalu, Ibu datang. Ia berpamitan akan pergi jauh...


Manjari terdiam sesaaat, membiarkan suara mobil bergemeletakkan halus.

MANJARI
Ya, ia juga sempat berpamitan pada Ayah.
(Terdiam sesaat)
Apa kamu... merasa sedih?
                
MATARRI
Ya, tentu saja. Tapi... aku juga gembira kalau Ibu akan bahagia nanti di suatu tempat...
                
MANJARI
(Tersenyum sambil menatap Mkatarri dengan matanya yang berkaca-kaca)
Ya, ia memang harus pergi jauh. Bila tetap di sini, ia akan terus mendapat komentar buruk. Itu... tak adil buatnya...

Matarri mengangguk.

MANJARI
Kamu doakan saja Ibumu bahagia di mana pun berada.

MATARRI
Apa... Ayah juga akan mendoakan Ibu?

                

MANJARI
(Terdiam sejenak)
Ya, tentu saja. Tentu saja...


Matarri tersenyum. Ia kemudian memeluk Manjari.

Mobil terus meluncur memecah keheningan malam.

LAGU
And the tears come streaming down your face/ When you lose something you can't replace/ When you love someone, but it goes to waste/ Could it be worse?
Lights will guide you home/ And ignite your bones/ And I will try to fix you... (Fix You – Cold Play)

CUT


101  EXT. PARKIRAN RUMAH SAKIT – SIANG

Manjari memarkir mobil VW Combi Padra dengan cepat.

Padra mulai terbangun, disusul Upis dan Matarri.

                

MANJARI
Kamu bangunin Momoa dulu! Biar Ayah ke dalam lebih dulu!

 

Manjari segera keluar dari mobil, dan berlari ke dalam rumah sakit.

CUT


102  INT. SELASAR – RUMAH SAKIT – SIANG

Manjari tiba di selasar Rumah Sakit, di situ nampak sudah menunggu Nenek Wanda, Nenek Asih, kakek Udin, Pak RT, Koh Hadi dan Solehah.

NENEK WANDA
Sejak dibawa kemari, Ibumu tak pernah sadarkan diri. Tapi entah kenapa hari ini, ia sudah bangun sejak tadi pagi. Ia seperti tahu sekali, kalau kamu akan datang...


Manjari tak berkata apa-apa. Ia menatap kaca di pintu sejenak, sebelum akhirnya melangkah masuk.

CUT          



Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar