7 EXT. JALANAN 1 - DESA – PAGI
Matarri berjalan pelan-pelan dengan tongkatnya. Lalu duduk di bawah sebuah pohon rimbun yang ada di sebelah sawah.
Matarri termenung sejenak menikmati angin pagi.
NENEK DADALI (V.O.)
Aku akan mencarikan panti asuhan untukmu, sampai ayahmu datang menjemputmu nanti.
Matarri masih terdiam. Ia teringat kejadian beberapa malam sebelum keberangkatannya ke desa ini.
CUT
8 EXT. RUMAH MANJARI – MALAM - FLASHBACK
Rumah Manjari ada di kompleks perumahan menengah. Halamannya tak terlalu luas dan suasananya sekitanya cukup padat.
CUT
9 INT. RUANG TENGAH - RUMAH MANJARI – MALAM - FLASHBACK
Manjari menatap Matarri lekat-lekat.
MANJARI
Sayang... kamu bisa mengerti kan?
Matarri hanya diam, tak menjawab.
Manjari kemudian mendekatinya dan menyentuh 2 pipinya dengan 2 telapak tangannya.
MANJARI
Ayah sudah menunggunya sekian lama, setiap tahun ayah menunggunya, dan sekarang saatnya ayah mendapatkannya.
Matarri tetap diam.
MANJARI
Hanya setahun saja, setelah itu ayah akan jemput kamu kembali...
Matarri akhirnya mengangguk.
Manjari tersenyum
MANJARI
Kamu memang anak ayah terbaik...
(Ayah memeluk Matarri)
CUT
10 INT. JALANAN 1 - DESA – PAGI
Nenek Asih dan Kakek Udin sedang berjalan-jalan. Saat mereka melewati jalanan di mana Matarri duduk, mereka nampak terkejut.
Awalnya Nenek Asih dan Kakek Udin nampak tak percaya, sebelum akhirnya mereka mencoba mendekatinya.
NENEK ASIH
Nak, sedang apa kamu di situ?
KAKEK UDIN
Hati-hati duduk di rerumputan begitu, mungkin ada ular...
Matarri nampak sedikit kaget, dan beranjak mundur. Nenek Asih dan Kakek Udin baru menyadari dengan kebutaan Matarri.
NENEK ASIH
Sepertinya kamu bukan orang desa ini ya?
KAKEK UDIN
Kami tak mengenalimu?
MATARRI
Saya cucu Nenek Dadali, tadi malam baru sampai di sini.
NENEK ASIH
Wah, kamu mau menemani nenekmu ya? Baguslah kalau begitu. Akhir-akhir ini, nenekmu itu memang mulai sakit-sakitan, memang harus ada yang mengurusnya.
MATARRI
Nggak! Nggak, Nek!
(Cepat membantah ucapan itu)
Saya hanya... sebentar saja di sini.
Nenek Asih dan Kakek Udin saling berpandangan tak mengerti.
CUT
11 EXT. RUMAH PADRA – PAGI
Rumah kecil yang sederhana, dengan teras yang diisi meja-kursi teras. Halaman cukup luas, di mana di salah satu sudutnya terlihat sebuah mobil VW lawas.
CUT
12 EXT. TERAS RUMAH PADRA – PAGI
Nenek Dadali nampak menunggu di kursi teras.
Tak lama kemudian, Padra (30 tahun) keluar sambil membasuh rambutnya dengan handuk.
PADRA
Ada apa Nenek Dada datang pagi-pagi begini?
NENEK DADALI
Aku butuh bantuanmu.
Padra duduk di kursi.
PADRA
Selalu siap sedia membantu.
(tersenyum sambil membuat tanda ok dengan ibu jari dan jempolnya)
Apa yang bisa kubantu, Nek?
NENEK DADALI
Semalam anakku datang, namun ia pergi hanya untuk meninggalkan anaknya. Kau tahu kan, keadaanku sudah tua begini, jadi aku tentu tak bisa mengurusnya.
Jadi tolonglah carikan rumah panti asuhan yang bisa menampungnya, aku siap membayarnya sampai ayahnya nanti menjemputnya.
PADRA
Tapi... bukankah seharusnya Nenek gembira kedatangan cucu yang...
NENEK DADALI
(Mengangkat tangan untuk menghentikan ucapan Padra)
Silahkan kau berpikir aku nenek yang buruk! Tapi aku memang tak bisa langi mengurus seorang anak... Apalagi ia... ia buta...
Padra menutup mulutnya tak percaya.
NENEK DADALI
Bisakah kau membantuku?
PADRA
(Akhirnya mengangguk)
Siap, Nek! seperti nenek tahu, mottoku kan: selalu bisa, bisa selalu. Jadi aku pasti bisa, Nek.
Nenek Dadali mengangguk lega.
CUT