Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO:
88. INT. KURSI DEPAN MOBIL — NIGHT
Addiena dan Hadi melihat ke dalam spion tengah, kedua preman tampak berlari-lari mendekat. Hadi menginjak pedal gas, mobil melaju kencang. Kedua preman tampak menjauh di kaca spion. Addiena syok, memandang Hadi cemas, Hadi serius menyetir. Addiena menatap tangan kanan Hadi yang berdarah, biru bengkak.
Addiena menilik Hadi dari atas ke bawah.
Hadi melirik Addiena dan ke tangan kanannya yang berdarah, memandang ke depan.
Hadi melirik Addiena dari atas ke bawah.
Hadi mengangguk ke arah kunci motor dan sebungkus rokok di atas dasbor di depan Addiena.
Addiena memandang nanar kunci motor dan rokok, terdiam sesaat.
Hadi berkonsentrasi ke jalan.
Hadi melihat spion, melirik Addiena, memandang jalan.
Hadi melihat spion lagi, melirik Addiena sesaat, melihat ke jalan.
Addiena reflek melihat keluar jendela dan sekitar.
Addiena memandang jalan, menunjuk ke kanan.
Addiena dan Hadi berpandangan, mereka berbarengan memandang jalan di depan. Hadi membelokkan mobil ke kanan.
Dia melirik Addiena, memandang ke Styrofoam di pangkuan Addiena.
Addiena syok, melihat ke kotak di pangkuannya, menahan tawa, menyengir, tertawa kecil.
Addiena menaruh kotak Styrofoam hati-hati ke bawah kakinya.
Addiena menyengir menatap Hadi.
Addiena dan Hadi berpandangan tertawa lega. Wajah mereka disinari lampu-lampu kota.
DISSOLVE TO:
89. EXT. JALAN RAYA — NIGHT
Mobil putih berjalan pelan, terhentak-hentak, melaju pelan ke pinggir dan berhenti.
CUT TO:
90. INT. KURSI DEPAN MOBIL — NIGHT
Addiena dan Hadi berpandangan cemas. Hadi menatap petunjuk bensin di depan mukanya.
Addiena melihat ke belakang dan sekeliling.
Addiena melihat ke depan, berpikir sejenak, menatap Hadi.
Hadi terkekeh sendiri. Addiena ketawa miris melirik ke kamera gemas.
Addiena menatap Hadi senyum, terdiam. Hadi berhenti ketawa, berpikir, kedua tangannya menggenggam setir. Dia menaruh dagunya di atas kedua tangannya, melihat ke depan, menoleh ke Addiena.
Hadi menarik tuas di bawah dasbor, membuka pintu.
Hadi keluar, menutup pintu.
CUT TO:
91. EXT. PINGGIR JALAN RAYA — NIGHT
Mobil putih parkir. Hadi berjalan ke belakang mobil. Addiena keluar menyusulnya. Mereka berdiri di hadapan bagasi. Hadi mengangkat kap bagasi sepenuhnya. Mereka menatap ke dalam bagasi. Ada kunci stang, ban serep, dongkrak dan tas perkakas di dasar bagasi. Sebuah jerigen plastik bersandar di dekat ban serep. Addiena menepuk pundak Hadi, mereka bertatapan. Hadi mengambil jerigen dan menutup bagasi.
CUT TO:
92. EXT. PINGGIR JALAN RAYA/POM BENSIN 24 JAM — NIGHT
Addiena berdiri menyandang tasnya. Dia senyum menatap lega Hadi yang berjalan ke arahnya. Dia membawa jerigen bensin terisi penuh dan menyandang ransel hitam. Hadi menepuk bahu Addiena, mengisyaratkan untuk jalan. Mereka berjalan beriringan.
CUT TO:
93. EXT. PINGGIR JALAN RAYA — CONTINUOUS
Mobil putih parkir, sekeliling sepi. Addiena dan Hadi berjalan beriringan mendekati mobil. Mereka tiba dekat mobil, Addiena ke sisi penumpang. Hadi ke sisi supir. Dia membuka kunci mobil, membuka pintu, menunduk, menarik tuas pembuka tangki bensin. Tiba-tiba sebuah sepeda motor mengebut mendekat, berhenti melintang di depan mobil. Preman 1 dibonceng Preman 2 di atas skuter matik.
Hadi perlahan mengangkat badannya, menatap kedua preman yang beranjak mendekati mereka. Preman 1 menghampiri Addiena yang berdiri syok terpaku. Preman 2 menuju Hadi yang menatap syok. Addiena dan Hadi saling melirik cemas. Mereka bersamaan memandang kedua preman yang mendekati mereka, masing-masing mengeluarkan pisau.
Addiena menunjuk kursi depan mobil. Preman 1 menodongkan pisau ke muka Addiena.
Preman 1 membuka pintu sisi penumpang kasar dengan tangan kirinya. Tampak sebungkus rokok, kunci motor di dasbor dan kotak Styrofoam di bawah jok mobil.
Addiena menunduk, mendekati jok depan, mengambil kotak Styrofoam di bawah jok.
Addiena menyerahkan kotak Styrofoam ke Preman 1.
Preman 1 merampas kasar dengan tangan kirinya, tangan kanan masih menghunuskan pisau ke Addiena. Hadi dan Addiena berpandangan penuh arti. Mereka berwajah tegang.
ZOOM-IN
Jari-jari tangan Hadi membuka perlahan tutup jerigen bensin sampai hampir terbuka.
ZOOM OUT
Preman 1 mencoba membuka kotak Styrofoam dengan tangan kirinya, kesusahan. Dia menaruh pisaunya di kap mobil. Hadi memandang tegang Preman 2 yang menodongkan pisau ke mukanya, melirik Addiena cemas. Addiena memandang tegang Preman 1.
Preman 1 membuka Styrofoam menatap isinya, syok. Seketika Addiena menepis kotak Styrofoam, hingga menempel ke muka Preman 1. Preman 1 berteriak, mukanya penuh tai dan dua butir klepon coklat menempel, satu klepon jatuh.
Preman 2 terkejut, perhatiannya teralihkan. Hadi sigap mengguyur Preman 2 dengan bensin sampai habis, membuang jerigen ke samping. Preman 2 menjatuhkan pisau dan berteriak kaget.
Preman 2 terhuyung ke Hadi, ingin menyerangnya. Hadi mundur menghindar, mengeluarkan korek gas dari celananya secepat kilat, menyalakan korek. Preman 2 melompat mundur. Preman 1 bergerak ke belakang mobil mendekati Hadi. Hadi sadar, dia mengacungkan korek yang menyala ke hadapan Preman 1 dan Preman 2 bergantian. Hadi berusaha mempertahankan api korek gas yang berkali-kali mati.
Addiena sigap mengambil sebungkus rokok dan kunci motor dari dasbor, mengeluarkan sebatang rokok, menaruh di antara bibirnya, berjalan ke Hadi. Dia mengantongi bungkus rokok dan kunci motor, pandangannya tak lepas dari Hadi.
Hadi menatap Preman 1 dan 2 bergantian, berusaha mempertahankan korek menyala di tangannya. Preman 1 dan Preman 2 mengangkat tangan berdiri terpaku di kanan dan kiri Hadi.
Addiena tiba di samping Hadi, menunduk. Dia menyalakan rokok di bibir dengan korek yang mati-hidup dipegang Hadi. Addiena menghisap dalam rokok, hingga bara rokok menyala merah. Dia memberikan rokoknya ke Hadi, menghembuskan asap rokok perlahan, menatap kedua Preman. Hadi menghisap rokok dalam, bara merah menyala. Dia mematikan korek, memasukkan ke dalam kantong celana. Dia mengacungkan rokok dan meniup ujung baranya hingga makin merah menyala.
Addiena berjalan ke motor yang melintang di depan mobil. Dia menaruh tangannya di setang motor dan memandang Hadi penuh arti. Hadi menatap Addiena, mengangguk paham. Dia menatap kedua Preman bergantian, merokok sesekali, mengancam dengan rokok yang menyala.
Hadi menadahkan tangan kirinya, tangan kanan masih mengacungkan rokok, memandang Preman 1 dan 2 bergantian.
Preman 2 menatap Hadi takut, mengambil perlahan kunci motor dari kantong celananya, menyerahkan ke Hadi perlahan.
Preman 2 memelas, wajah dan badannya basah bensin bercampur keringat.
Hadi menerima kunci motor dari Preman 2, mengelapnya ke celana, berjalan mundur ke motor. Dia menatap Preman 1 dan 2 bergantian, menghunuskan rokok yang menyala, seakan ingin melempar ke Preman 2. Dia melirik ke Addiena.
Addiena menaiki motor di depan, siap menyetir, Hadi memberikan kunci motor ke Addiena, sambil tetap mengacungkan rokok yang menyala. Preman 1 dan 2 mengangkat tangan, terpaku, terpana di sisi supir mobil. Addiena menstarter motor, mesin menyala. Hadi duduk di boncengan, sesekali merokok dan menghunuskan rokok di tangannya. Hadi memandang Preman 1 dan 2 mengancam melempar rokok.
Addiena menjalankan motor. Mereka mengebut meninggalkan Preman 1 dan 2 yang terpaku mengangkat tangan.
Preman 1 mukanya penuh tai, satu klepon yang menempel perlahan terjatuh karena keringat di mukanya. Preman 2 basah penuh bensin. Mereka tampak semakin jauh ditinggal Addiena dan Hadi yang melaju. Setelah mereka jauh, Hadi membalikkan badan ke depan, mematikan rokok, memasukkan puntung rokok ke dalam kantong celananya. Hadi memegang kedua pundak Addiena yang fokus menyetir.
CUT TO:
94. EXT. ATAS MOTOR/JALAN RAYA — NIGHT
Addiena dan Hadi melaju. Jalanan sepi. Hadi sesekali menatap ke belakang cemas, melihat ke depan lagi. Addiena melirik spion.
DISSOLVE TO:
95. EXT. JALAN RAYA — CONTINUOUS
Addiena dan Hadi melaju kencang. Jalanan sepi tak berpenghuni. Muka mereka tegang. Kedua tangan Hadi di bahu Addiena, mereka menatap ke depan.
CAMERA PANNING
Langit malam yang tak berbintang, penuh cahaya lampu jalan.
DISSOLVE TO:
96. EXT. PINGGIR PANTAI — NIGHT/DAWN
Addiena dan Hadi duduk bersebelahan. Satu botol air mineral besar di sebelah Addiena, satu di sebelah Hadi. Tas tote bag putih menumpuk di atas ransel hitam terkulai di sebelah mereka. Mereka terdiam, merokok, memandang deburan ombak. Palem-palem berdesir.
Addiena menggeser duduknya, mendekat ke Hadi, bahu mereka bersentuhan. Hadi merangkul Addiena tiba-tiba dengan lengan kirinya. Addiena dan Hadi berpandangan, mereka mematikan rokok masing-masing di pasir. Mereka menoleh ke cakrawala bersamaan. Langit mulai terang perlahan. Matahari di ujung laut bergerak terbit. Mereka terdiam lama memandanginya. Hadi memandangi wajah Addiena.
Addiena memandang Hadi, menatap cakrawala.
Hadi mengusap-usap bahu Addiena lembut.
Addiena menyengir lelah. Hadi tertawa miris, memindahkan tangannya ke kepala Addiena, menepuk, membelai kepala Addiena dan merangkul bahunya.
Hadi senyum ke Addiena. Addiena melirik ke kamera senang, menoleh menatap tangan kanan Hadi yang bengkak memar.
Hadi memandang tangannya yang bengkak biru dengan darah mengering.
Hadi melihat matahari naik, perlahan wajahnya benderang.
Addiena dan Hadi terdiam memandang cakrawala, wajah mereka tenang, diterangi matahari terbit. Mereka senyum lelah. Addiena menyandarkan kepalanya di bahu Hadi. Hadi menyandarkan kepalanya di kepala Addiena.
Sekitar mulai terang, perahu nelayan kembali ke pantai di kejauhan. Seorang pelari pagi lari bersama anjingnya di bibir pantai.
Hadi terdiam, tangan kirinya meremas bahu Addiena, menegakkan kepala sesaat. Dia kembali menyandarkan kepalanya ke kepala Addiena. Addiena dan Hadi memandang cakrawala.
Addiena memandang Hadi tanpa memindahkan kepalanya.
Hadi bergerak perlahan, mengangkat muka Addiena dengan tangan kanannya hati-hati, mendekatkan mukanya, mencium bibir Addiena lembut.
WIDESHOT
Addiena dan Hadi memejamkan mata, mereka berciuman lembut, beberapa saat, mereka melepaskan diri. Mereka saling memandang penuh arti, tersenyum lebar. Hadi menatap Addiena tajam.
Hadi memejamkan mata. Addiena tersenyum, air matanya jatuh satu. Dia mengusap-usap punggung Hadi, mempererat pelukannya. Mereka tersenyum lega, tenang. Mata mereka terpejam seakan tertidur.
Suasana pagi di pantai Sanur. Beberapa pesepeda dan pelari pagi di jalur sepeda. Seorang nelayan berjalan dari kapalnya di pinggir pantai.
CAMERA PANNING – WIDESHOT
Addiena dan Hadi berpelukan erat. Langit semakin benderang.
ON SCREEN TEXT
“Elo dan Gue bagai Malam dan Pagi, selalu ketemu di ujung hari,
Sampe kita telah lama mati.”
(Gue karang barusan, Di.) -Addiena
LAGU: CUKUP SUDAH BY GLENN FREDLY
FADE OUT