Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Malam Mencari Pagi
Suka
Favorit
Bagikan
9. ACT 3: Akhir Malam

DISSOLVE TO:

83. EXT. TROTOAR PINGGIR JALAN/TAMAN — NIGHT

Addiena berjalan diikuti Hadi menuju mobil yang diparkir.

HADI
(melihat sekeliling)
Seru juga yak ada taman gede kek gini…

Hadi melihat ke belakang ke arah tempat mereka tadi duduk berdua, berhenti sesaat.

ZOOM-IN

Tempat di tengah rerumputan.

ZOOM-OUT

Taman besar dikelilingi pepohonan, langit malam sebagai background dengan kelap-kelip lampu kota.

Hadi menghela napas panjang, berbalik berjalan memandang ke depan.

HADI (CONT'D)
Kek dimanaa… gitu.

Addiena melihat ke belakang dan sekeliling, ada pelang nama “TAMAN RENON”.

ADDIENA
Iya,yak, kek dimanaa yak?
(beat)
Kek di… TAMAN RENON!

Addiena terbahak. Hadi tergelak.

HADI
Bangke!

Hadi berusaha menampar bahu Addiena yang menghindar, tidak kena. Addiena dan Hadi jalan beriringan tertawa-tawa. Mereka tiba dekat mobil. Hadi membuang plastik sampah ke tong sampah di trotoar. Addiena membuka pintu mobil sisi penumpang, memegangi perutnya, masuk dan duduk, menutup pintu mobil. Hadi masuk mobil, duduk, menutup pintu.

CUT TO:

84. INT. KURSI DEPAN MOBIL — NIGHT

Hadi menyalakan mobil, melirik Addiena. Addiena memegangi perutnya, menyilangkan kaki. Dia menahan nyeri, dahinya berkeringat. Hadi menatap Addiena cemas.

HADI
Nape lo?

Addiena menahan sakit, menatap ke depan.

ADDIENA
Di! Cari semak-semak dong!

HADI
(kaget)
Hah! Mo ngapain lo?? Mo maen judi samgong yak!

Hadi terkekeh sendiri. Addiena menatap Hadi kesal, menahan tawa.

ADDIENA
Bangke! Gue kebelet! Ga becanda gue! Cepet ih jalan! Cari semak!

Hadi menjalankan mobil perlahan.

HADI
Boker apa beser?

Addiena melihat-lihat sekeliling, pucat menahan berak, memegangi perutnya, keringat menetes di dahinya.

ADDIENA
Dua-duanyaaaah! Cepetan! Darurat nih Di! Ga boong gue! Dah di ujung tanduk!

Hadi mencari-cari, menyetir perlahan memutari taman.

HADI
Pegang batu cobak!

ADDIENA
(menahan sakit)
Batu paan? Batu ginjal?! Kagak ada batu Diiii!
(beat)
Aduuuhhhh…

Addiena menahan konstipasi darurat berak. Hadi menangkap sesuatu di luar.

HADI
Eh! Itu tuh di depan! Semaknya rada rimbun!

Hadi memicingkan mata, memandang ke depan pinggir kiri jalan, semak rimbun dengan sekeliling gelap.

HADI (CONT'D)
Gelap juga!
(menghentikan mobil)
Gih sana tuh! Di depan Dien!

Hadi menatap Addiena, menyengir. Addiena menatap Hadi pucat.

ADDIENA
Temenin Di! Jagain dong, kalo ada Satpam lewat gimana?? Takut gue…
(beat)
Aduuuhh… gue pengen kentut lagi!

HADI
Kunyit! Jan kentut! Mobil bisa lumer entar! Harus dirukiyah entar ni mobil kan suse!
(menyengir)
Yodah! Gue temenin! Ayok cepet!

Hadi mendorong bahu Addiena. Addiena menatap Hadi menahan sakit dan tawa. Dia menepuk bahu Hadi lemah, meringis.

ADDIENA
Plastik Di! Cepet!
Buat nampung berak gue!

HADI
(memutar mata)
Apalagi sik ini?! Awas lo kalo kentut! Jan sampe lo cepirit di jok! Bisa diblok gue ama rentalan mobil!

Hadi mencari-cari di kantong celana, di laci mobil, memutar badannya mengambil ransel hitam di jok belakang. Dia membuka ransel, merogoh-rogoh ke dalamnya, mengeluarkan bungkus sebutir permen, menunjukkannya ke Addiena.

HADI (CONT'D)
Ini, adanya plastik bungkus permen!
(ketawa)
Lagian ngapain pake nampung-nampung berak segala sik? Lo tutup dedaunan aja kan beres, Dien!

Hadi mencari-cari lagi di dalam ranselnya.

ADDIENA
(ketawa miris)
Anjing plastik permen! Lo kira berak gue kek kambing!
(menahan sakit)
Ye kalo ada dedaunan? Kalo kagak? Gue ga biasa nyampah Di!

Hadi mengeluarkan kotak styrofoam dari ranselnya, menunjukkan ke Addiena.

HADI
Oh ada ini nih! Tadi gue beli kelepon, masih ada!

Hadi membuka box Styrofoam, melihat tiga butir klepon, mengambil satu, memakannya, mengunyah, menyodorkan ke Addiena.

HADI (CONT'D)
Mau gak lo?

Addiena menatap Hadi tidak percaya.

ADDIENA
Menurut lo??

Addiena segera mengambil kotak Styrofoam dari tangan Hadi, mengambil tisu beberapa lembar dari kotak tisu di dekat rem tangan. Dia mengeluarkan sebungkus rokok dan kunci motor dari kantong celana, menaruhnya cepat di atas dasbor, beranjak keluar mobil, menutup pintu.

CUT TO:

85. EXT. PINGGIR JALAN/TAMAN — NIGHT

Hadi berdiri di trotoar membelakangi semak rimbun dan pepohonan tempat Addiena membuang hajat. Dia mengawasi jalan. Jalan sepi, hanya ada satu-dua mobil dan motor yang lewat. Lampu jalan temaram menerangi jalan yang lebar, gelap di bagian semak-semak.

HADI
(menoleh ke semak)
Lama amat Dien! Mencret yak?

Kasak-kusuk di semak.

ADDIENA
(mengejan)
Sabar dong Di! Malah ga keluar dia nih, malu dia lo ajak ngomong!

Hadi terkekeh. Dia melihat ke jalan. Sebuah mobil SUV lewat, memelankan jalannya di depan Hadi, berhenti tidak jauh dari tempat Hadi berdiri.

Addiena keluar dari semak, membawa kotak Styrofoam, menepuk bahu Hadi. Hadi terkejut, menghindar, menatap curiga.

HADI
Kunyit! Jan meper lo!

Hadi menyengir menatap Addiena. Addiena menyengir lebar, sumringah, lega sekali. Dia berjalan ke mobil diikuti Hadi, menaruh kotak Styrofoam di kerb. Dia mengambil disinfektan di dasbor, menyemprot kedua tangannya dengan disinfektan, menaruh disinfektan di dasbor dan menggosok-gosokkan tangannya. Sebungkus rokok dan kunci motor masih di dasbor. Hadi memperhatikan Addiena. Mereka mengobrol lalu tertawa.

Pintu mobil SUV ditutup. Sepasang kaki berhigh-heels berjalan menuju Addiena dan Hadi, menyeberangi jalan yang kosong. Addiena dan Hadi masih mengobrol, sesekali tertawa. Suara high heels semakin mendekat, Addiena mengangkat badannya melihat ke arah suara, melewati bahu Hadi. Di belakang Hadi berdiri perempuan dengan gaun seronok dan make-up yang tadinya tebal. Addiena terpana, Hadi menoleh, OCHA (33) berdiri di belakangnya. Hadi membalikkan badan menghadap Ocha.

Addiena mengambil tasnya yang ada di jok depan mobil, menutup pintu kursi penumpang.

Ocha memegang lengan Hadi, menatapnya.

OCHA
Ya ampun, kamu kok di sini?
(beat)
Balik ke hotel bareng yuk!
Temenku udah pergi tuh!

Ocha mengangguk ke arah mobil SUV yang melaju pergi. Addiena menatap kamera kesal.

ADDIENA
Anjir! Ocha, Gaes!
(beat)
Di saat-saat seperti ini, kenapa sih harus ada mbak-mbak random?!

Addiena menoleh ke Hadi dan Ocha, memaksakan senyum. Hadi melirik Addiena, bertanya-tanya, memandang Ocha canggung.

HADI
Eh, ini gue ama teman lama gue…
(menoleh ke Addiena)
Dien, kenalin nih, Ocha.

ADDIENA
(menjulurkan tangan)
Halo, gue Addiena.

Ocha menyambut tangan Addiena, mereka bersalaman.

OCHA
Ocha.
(beat)
Eh, mau ke mana? Bareng aja, yuk!

Addiena melirik Hadi, menatap Ocha, senyum.

ADDIENA
Eh gapapa, rumah gue deket sini… Gue naek Ojol aja deh.

Hadi menatap Addiena cemas.

HADI
Lah, motor lo gimana? Kan masih di pub? Gue anterin deh gapapa. Ambil motor lo dulu.

ADDIENA
Jauh Di motornya, deketan rumah gue kalo dari sini. Dah gapapa, gue pulang naek Ojol aja.

OCHA
(menatap Addiena)
Beneran gapapa?

Addiena menatap Ocha, menggeleng, senyum dipaksakan.

ADDIENA
Beneran kok, gapapa…

OCHA
(mengangguk)
Oke deh… Sampe ketemu!

Ocha berjalan ke mobil, menghindari kotak Styrofoam di kerb, membuka pintu penumpang, masuk, duduk menutup pintu, memainkan HP. Hadi menatap Addiena bersalah.

HADI
Gue tungguin lo yak, ampe dapet Ojol?

Addiena menatap Hadi lemas.

ADDIENA
Gak usah, Di, udah biasa gue…

Addiena mengambil HP dari tasnya, membuka aplikasi Ojol, mengetik sebentar, menunjukkan layar HPnya ke Hadi.

ADDIENA
Tuh banyak nih Ojolnya sekitar sini…
(mengangguk ke arah mobil)
Lo dah ditungguin tuh!

Hadi melebarkan lengan kirinya, ingin merangkul Addiena.

HADI
Yauda, sori yak, gue cabut dulu. Kasi tau gue kalo dah sampe rumah.

Addiena mendekatkan badannya ke Hadi, membiarkan Hadi merangkul kedua bahunya.

ADDIENA
Yo… Hati-hati yak!

Addiena senyum memandang Hadi. Hadi berjalan ke samping mobilnya, di depan pintu supir menatap Addiena penuh arti, mereka bertatapan sesaat. Hadi membuka pintu mobil, duduk, menutup pintu, menyalakan mesin.

Mobil melaju meninggalkan Addiena yang menatap nanar, air matanya jatuh. Dia ke pinggir trotoar, duduk di kerb, di sebelah kotak Styrofoam, memencet-mencet HP sambil menangis tak bersuara. Layar HP ngehang di halaman Ojol.

ADDIENA'S POV

Layar HP yang ngehang, tiba-tiba dua pasang kaki berdiri di depan Addiena. Addiena menengadah. Dua preman bermuka seram PREMAN 1 (27) dan PREMAN 2 (34), berbadan tinggi kurus, memandangi Addiena.

Addiena melihat ke kamera, semakin menangis. Dia mengusap air matanya sampai ke siku.

ADDIENA
Gaes! Apa lagi sik ini?! Ga cukup apa gue patah hati yang ke seribu juta kali!
(menatap kedua preman)
Ada apa ya Bang?

PREMAN 1
HPnya sini mbak! Ama duit sekalian!

Addiena menunjukkan layar HP ke depan muka Preman 1.

ADDIENA
HP saya Samsong Bang, belinya aja ga sampe sejuta, itu juga 2 taon lalu, ini aja ngehang mulu! Mana laku dijual lagi!

Preman 2 melirik HP Addiena sekilas, marah.

PREMAN 2
Ah! Jangan banyak omong! Dompet sini!

Addiena merogoh tas, membuka dompet, tampak selembar uang kertas.

ADDIENA
Bang, tinggal 20 rebu…

Addiena memberikan selembar uang kertas ke Preman 2. Preman 2 merampasnya.

PREMAN 2
Ikut ke ATM ayok!

Preman 2 menarik lengan Addiena sambil menodongkan pisau. Addiena pucat pasi, dahinya berkeringat. Dia bergegas berdiri.

ADDIENA
Ampun, Bang… Iya-iya…

Addiena beranjak, mengambil kotak styrofoam yang ada di kerb.

Kedua preman mendorong-dorong Addiena berjalan ke ATM terdekat. Terlihat booth ATM di seberang jalan. Mereka bertiga menyeberangi jalan. Addiena sengaja berjalan lambat-lambat, tergopoh-gopoh sambil menyandang tas dan memegang kotak Styrofoam. Mereka tiba di depan ATM. Preman 2 mendorong Addiena masuk ke booth ATM, menodongkan pisau. Addiena masuk, menutup pintu kaca.

CUT TO:

86. INT. BOOTH ATM — NIGHT

ADDIENA'S POV

Layar ATM, terlihat jam 03.52 di sudut kanan layar. Addiena menoleh ke belakang. Perlahan dia menaruh kotak Styrofoam di atas mesin ATM, merogoh tasnya.

KAMERA ATM'S POV

Addiena memejamkan mata panik, berdoa, keringat menetes di dahinya. Setelah beberapa lama, menoleh ke Preman-preman di luar. Kembali lagi memejamkan mata menghadap mesin ATM. Dia mengepalkan kedua tangannya keras.

ADDIENA
Pliss semesta, pliss… tolong gue, gue ga mao mati… plisss…

Addiena membuka mata, menoleh perlahan ke luar booth, memejamkan mata, berdoa keras kembali.

ADDIENA'S POV

Preman 1 dan Preman 2 sembunyi di kegelapan. Preman 1 mengisyaratkan Addiena untuk cepat. Addiena kembali memandang layar ATM, mena kotak Styrofoam, berpikir. Dia merogoh tasnya, mengeluarkan dompetnya perlahan.

Terdengar suara berisik di luar, suara seseorang jatuh bedebam. Beberapa teriakan. Suara klontang botol pecah. Addiena tidak jadi mengambil dompet. Dia memungut kotak Styrofoam di atas mesin ATM, bergegas keluar.

CUT TO:

87. EXT. PINGGIR JALAN — NIGHT

Secepat kilat Addiena digandeng, dibawa lari oleh sesosok yang berbadan tinggi besar. Mereka lari bergandengan tangan. Addiena tergopoh membawa kotak Styrofoam di tangan kanan, menyandang tas dan tangan kirinya digandeng, berlari sekencangnya. Mereka mendekati mobil putih yang parkir. Hadi membuka pintu sisi supir secepat kilat. Addiena membuka pintu sisi penumpang. Hadi menatap Addiena tegang, keringat menetes di dahinya.

HADI
Cepetan masuk, Dien!

Addiena menatap Hadi tegang, mengangguk. Addiena dan Hadi segera masuk mobil, mereka menutup pintu mobil bersamaan. Mobil melaju kencang.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar