Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
DISSOLVE TO:
83. EXT. TROTOAR PINGGIR JALAN/TAMAN — NIGHT
Addiena berjalan diikuti Hadi menuju mobil yang diparkir.
Hadi melihat ke belakang ke arah tempat mereka tadi duduk berdua, berhenti sesaat.
ZOOM-IN
Tempat di tengah rerumputan.
ZOOM-OUT
Taman besar dikelilingi pepohonan, langit malam sebagai background dengan kelap-kelip lampu kota.
Hadi menghela napas panjang, berbalik berjalan memandang ke depan.
Addiena melihat ke belakang dan sekeliling, ada pelang nama “TAMAN RENON”.
Addiena terbahak. Hadi tergelak.
Hadi berusaha menampar bahu Addiena yang menghindar, tidak kena. Addiena dan Hadi jalan beriringan tertawa-tawa. Mereka tiba dekat mobil. Hadi membuang plastik sampah ke tong sampah di trotoar. Addiena membuka pintu mobil sisi penumpang, memegangi perutnya, masuk dan duduk, menutup pintu mobil. Hadi masuk mobil, duduk, menutup pintu.
CUT TO:
84. INT. KURSI DEPAN MOBIL — NIGHT
Hadi menyalakan mobil, melirik Addiena. Addiena memegangi perutnya, menyilangkan kaki. Dia menahan nyeri, dahinya berkeringat. Hadi menatap Addiena cemas.
Addiena menahan sakit, menatap ke depan.
Hadi terkekeh sendiri. Addiena menatap Hadi kesal, menahan tawa.
Hadi menjalankan mobil perlahan.
Addiena melihat-lihat sekeliling, pucat menahan berak, memegangi perutnya, keringat menetes di dahinya.
Hadi mencari-cari, menyetir perlahan memutari taman.
Addiena menahan konstipasi darurat berak. Hadi menangkap sesuatu di luar.
Hadi memicingkan mata, memandang ke depan pinggir kiri jalan, semak rimbun dengan sekeliling gelap.
Hadi menatap Addiena, menyengir. Addiena menatap Hadi pucat.
Hadi mendorong bahu Addiena. Addiena menatap Hadi menahan sakit dan tawa. Dia menepuk bahu Hadi lemah, meringis.
Hadi mencari-cari di kantong celana, di laci mobil, memutar badannya mengambil ransel hitam di jok belakang. Dia membuka ransel, merogoh-rogoh ke dalamnya, mengeluarkan bungkus sebutir permen, menunjukkannya ke Addiena.
Hadi mencari-cari lagi di dalam ranselnya.
Hadi mengeluarkan kotak styrofoam dari ranselnya, menunjukkan ke Addiena.
Hadi membuka box Styrofoam, melihat tiga butir klepon, mengambil satu, memakannya, mengunyah, menyodorkan ke Addiena.
Addiena menatap Hadi tidak percaya.
Addiena segera mengambil kotak Styrofoam dari tangan Hadi, mengambil tisu beberapa lembar dari kotak tisu di dekat rem tangan. Dia mengeluarkan sebungkus rokok dan kunci motor dari kantong celana, menaruhnya cepat di atas dasbor, beranjak keluar mobil, menutup pintu.
CUT TO:
85. EXT. PINGGIR JALAN/TAMAN — NIGHT
Hadi berdiri di trotoar membelakangi semak rimbun dan pepohonan tempat Addiena membuang hajat. Dia mengawasi jalan. Jalan sepi, hanya ada satu-dua mobil dan motor yang lewat. Lampu jalan temaram menerangi jalan yang lebar, gelap di bagian semak-semak.
Kasak-kusuk di semak.
Hadi terkekeh. Dia melihat ke jalan. Sebuah mobil SUV lewat, memelankan jalannya di depan Hadi, berhenti tidak jauh dari tempat Hadi berdiri.
Addiena keluar dari semak, membawa kotak Styrofoam, menepuk bahu Hadi. Hadi terkejut, menghindar, menatap curiga.
Hadi menyengir menatap Addiena. Addiena menyengir lebar, sumringah, lega sekali. Dia berjalan ke mobil diikuti Hadi, menaruh kotak Styrofoam di kerb. Dia mengambil disinfektan di dasbor, menyemprot kedua tangannya dengan disinfektan, menaruh disinfektan di dasbor dan menggosok-gosokkan tangannya. Sebungkus rokok dan kunci motor masih di dasbor. Hadi memperhatikan Addiena. Mereka mengobrol lalu tertawa.
Pintu mobil SUV ditutup. Sepasang kaki berhigh-heels berjalan menuju Addiena dan Hadi, menyeberangi jalan yang kosong. Addiena dan Hadi masih mengobrol, sesekali tertawa. Suara high heels semakin mendekat, Addiena mengangkat badannya melihat ke arah suara, melewati bahu Hadi. Di belakang Hadi berdiri perempuan dengan gaun seronok dan make-up yang tadinya tebal. Addiena terpana, Hadi menoleh, OCHA (33) berdiri di belakangnya. Hadi membalikkan badan menghadap Ocha.
Addiena mengambil tasnya yang ada di jok depan mobil, menutup pintu kursi penumpang.
Ocha memegang lengan Hadi, menatapnya.
Ocha mengangguk ke arah mobil SUV yang melaju pergi. Addiena menatap kamera kesal.
Addiena menoleh ke Hadi dan Ocha, memaksakan senyum. Hadi melirik Addiena, bertanya-tanya, memandang Ocha canggung.
Ocha menyambut tangan Addiena, mereka bersalaman.
Addiena melirik Hadi, menatap Ocha, senyum.
Hadi menatap Addiena cemas.
Addiena menatap Ocha, menggeleng, senyum dipaksakan.
Ocha berjalan ke mobil, menghindari kotak Styrofoam di kerb, membuka pintu penumpang, masuk, duduk menutup pintu, memainkan HP. Hadi menatap Addiena bersalah.
Addiena menatap Hadi lemas.
Addiena mengambil HP dari tasnya, membuka aplikasi Ojol, mengetik sebentar, menunjukkan layar HPnya ke Hadi.
Hadi melebarkan lengan kirinya, ingin merangkul Addiena.
Addiena mendekatkan badannya ke Hadi, membiarkan Hadi merangkul kedua bahunya.
Addiena senyum memandang Hadi. Hadi berjalan ke samping mobilnya, di depan pintu supir menatap Addiena penuh arti, mereka bertatapan sesaat. Hadi membuka pintu mobil, duduk, menutup pintu, menyalakan mesin.
Mobil melaju meninggalkan Addiena yang menatap nanar, air matanya jatuh. Dia ke pinggir trotoar, duduk di kerb, di sebelah kotak Styrofoam, memencet-mencet HP sambil menangis tak bersuara. Layar HP ngehang di halaman Ojol.
ADDIENA'S POV
Layar HP yang ngehang, tiba-tiba dua pasang kaki berdiri di depan Addiena. Addiena menengadah. Dua preman bermuka seram PREMAN 1 (27) dan PREMAN 2 (34), berbadan tinggi kurus, memandangi Addiena.
Addiena melihat ke kamera, semakin menangis. Dia mengusap air matanya sampai ke siku.
Addiena menunjukkan layar HP ke depan muka Preman 1.
Preman 2 melirik HP Addiena sekilas, marah.
Addiena merogoh tas, membuka dompet, tampak selembar uang kertas.
Addiena memberikan selembar uang kertas ke Preman 2. Preman 2 merampasnya.
Preman 2 menarik lengan Addiena sambil menodongkan pisau. Addiena pucat pasi, dahinya berkeringat. Dia bergegas berdiri.
Addiena beranjak, mengambil kotak styrofoam yang ada di kerb.
Kedua preman mendorong-dorong Addiena berjalan ke ATM terdekat. Terlihat booth ATM di seberang jalan. Mereka bertiga menyeberangi jalan. Addiena sengaja berjalan lambat-lambat, tergopoh-gopoh sambil menyandang tas dan memegang kotak Styrofoam. Mereka tiba di depan ATM. Preman 2 mendorong Addiena masuk ke booth ATM, menodongkan pisau. Addiena masuk, menutup pintu kaca.
CUT TO:
86. INT. BOOTH ATM — NIGHT
ADDIENA'S POV
Layar ATM, terlihat jam 03.52 di sudut kanan layar. Addiena menoleh ke belakang. Perlahan dia menaruh kotak Styrofoam di atas mesin ATM, merogoh tasnya.
KAMERA ATM'S POV
Addiena memejamkan mata panik, berdoa, keringat menetes di dahinya. Setelah beberapa lama, menoleh ke Preman-preman di luar. Kembali lagi memejamkan mata menghadap mesin ATM. Dia mengepalkan kedua tangannya keras.
Addiena membuka mata, menoleh perlahan ke luar booth, memejamkan mata, berdoa keras kembali.
ADDIENA'S POV
Preman 1 dan Preman 2 sembunyi di kegelapan. Preman 1 mengisyaratkan Addiena untuk cepat. Addiena kembali memandang layar ATM, mena kotak Styrofoam, berpikir. Dia merogoh tasnya, mengeluarkan dompetnya perlahan.
Terdengar suara berisik di luar, suara seseorang jatuh bedebam. Beberapa teriakan. Suara klontang botol pecah. Addiena tidak jadi mengambil dompet. Dia memungut kotak Styrofoam di atas mesin ATM, bergegas keluar.
CUT TO:
87. EXT. PINGGIR JALAN — NIGHT
Secepat kilat Addiena digandeng, dibawa lari oleh sesosok yang berbadan tinggi besar. Mereka lari bergandengan tangan. Addiena tergopoh membawa kotak Styrofoam di tangan kanan, menyandang tas dan tangan kirinya digandeng, berlari sekencangnya. Mereka mendekati mobil putih yang parkir. Hadi membuka pintu sisi supir secepat kilat. Addiena membuka pintu sisi penumpang. Hadi menatap Addiena tegang, keringat menetes di dahinya.
Addiena menatap Hadi tegang, mengangguk. Addiena dan Hadi segera masuk mobil, mereka menutup pintu mobil bersamaan. Mobil melaju kencang.