Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Loveless Dad
Suka
Favorit
Bagikan
8. DELAPAN (79-86)

79. INT. LORONG RUMAH SAKIT – MORNING

Cast: Rara, Gerry, Rendi, Badri

 

Rara berjalan paling belakang. Gerry, Rendi, dan Badri sudah duluan berjalan. Di sepanjang lorong, mereka melewati ruangan interne wanita tempat perawatan pasien wanita. Terlihat beberapa perawat yang sedang memapah lansia yang kesusahan, ada yang memegang wanita muda yang baru selesai terapi, ada juga yang mendorong kursi roda yang ditumpangi oleh wanita setengah baya.

 

Rara masih menggerutu dan cemberut. Dia sibuk dengan ponselnya, tanpa melihat ke depan. Tak sengaja, dia menabrak seorang pasien wanita berusia 45 tahunan. Rara spontan kaget dan memegang tangan wanita itu agar dia tidak terjatuh.

 

RARA

 

Awww ... Maaf, Bu. Maafkan saya. Ibu nggak apa-apa? Ada yang terluka?

(panik)

 

Wanita itu tetap diam. Dia mencoba meraih ponsel Rara yang jatuh. Rara mencegahnya dengan menahan punggung tangan wanita itu.

 

RARA

 

Bu, biar saya aja. Ibu berdiri dulu, ya.

 

Rara membantu wanita itu berdiri. Lalu, mengambil ponselnya, memasukkan ke dalam kantong celananya.

 

RARA

 

Ibu mau kemana? Mari saya antar.

 

Wanita itu menunjukkan pintu kamar inapnya. Rara membimbing wanita itu ke arah kamar. Tiba-tiba dari kejauhan, seorang perawat memanggilnya.

 

PERAWAT NIA

 

Mbak ... mbak ... biar saya aja yang antar Ibu ini. Nggak apa-apa, kok. Makasih, ya, Mbak sudah bantu beliau.

 

RARA

 

Oh, nggak apa-apa, Sus. Saya yang salah, saya tanggungjawab, kok. Sini saya antar.

 

PERAWAT NIA

 

Udah, nggak apa-apa, Mbak. Saya saja. Lagian ini kan tugas saya juga. Mbak kan tamu di sini.

 

RARA

 

Oh, gitu. Baik, Sus. Mohon maaf ya, Sus.

 

PERAWAT NIA

 

Iya, Mbak. Terima kasih, ya.

 

Rara melihat Perawat Nia dan wanita itu masuk ke dalam kamar inap. Rara meraba-raba telapak tangannya. Dia rasanya kenal dengan sentuhan itu. Namun, dia tak bisa mengingat detail, keningnya berkerut, dan akhirnya terjatuh.

Dari belakang, Gerry menyambut badan Rara. Gerry sudah dari tadi memperhatikan Rara dari jauh.

 

GERRY

 

Ra ... Ra ... bangun, Ra.

 

 

80. INT. LORONG RUMAH SAKIT – DAY

Cast: Rendi

 

Rendi sengaja berpamitan kepada Gerry untuk duluan keluar dari RSRM Melati.

 

 

81. INT. LOBBY RSRM MELATI – DAY

Cast: Rendi

 

Rendi menengok kiri-kanan, memastikan agar tidak ada yang melihatnya atau memperhatikannya. Dengan hati-hati, dia mengeluarkan ponselnya, dan mengetik sebuah pesan untuk Rafles.

 

 

ISI PESAN RENDI

 

Kami sudah kembali dari RSRM Melati.

 

Lalu, Rendi mengklik tombol “kirim” di layar androidnya.

 

BALASAN RAFLES

 

Siapa pasiennya?

 

ISI PESAN RENDI

 

Belum dikasih tahu, Tapi, sudah mendapatkan izin.

 

Rendi menutup ponselnya, lalu menyimpannya ke saku celananya.

 

82. EXT. TERAS KANTOR SANJAYA – DAY

Cast: Indah, Niko, Ramli

 

Indah, Niko, dan Ramli sampai di kantor Sanjaya sekaligus posko pemenangan Sanjaya. Mereka berdiri di teras. Terlihat mereka dicek dan ditanyakan identitasnya oleh satpam. Setelah beberapa menit, mereka memasuki gedung.

 

83. INT. RUANG KANTOR SANJAYA – DAY

Cast: Sanjaya, Indah, Niko, Ramli

 

Indah dan Niko duduk di kursi tamu Sanjaya, di kursi utama ada Sanjaya duduk dengan kaki disilang. Niko mengeluarkan buku catatannya, Indah mulai mewawancarai Sanjaya. Ramli sibuk dengan kameranya.

 

SANJAYA

 

Pentingnya Rumah Sakit Disabilitas ini untuk mengaungkan dan mendukung program Sustainable Development Goals atau Pembangunan Berkelanjutan. Oleh sebab itu, saya selaku calon presiden kali ini menjadikan pembangunan Rumah Sakit ini sebagai program unggulan saya beserta wakil saya.

 

INDAH

 

Oh, ya, Pak, bagaimana dengan pendanaanya? Adakah yang diajak bekerjasama?

 

SANJAYA

 

Oh, tentu. Kita akan bekerjasama dengan pabrik-pabrik dan kontraktor yang sudah berjasa di negeri ini dan juga nomor satu di negeri ini, salah satunya, Budi Jaya.

 

Wawancara itu selesai. Sanjaya merasa puas. Indah, Niko, Ramli bersiap-siap untuk meninggalkan ruangan Sanjaya. Namun, Sanjaya meminta Indah untuk tinggal dulu.

 

SANJAYA

 

Oh, ya, kamu Indah, kan? Saya mau bicara sebentar. Yang lain boleh keluar duluan.

 

INDAH

 

Iya, Pak.

 

SANJAYA

 

Kamu buatkan saja beritanya sebagus mungkin, yang penting isinya yang baik-baik saja. Kamu tahu, kan, saya dan bos kamu sedang ada urusan maha penting. Kalau saya menang, media kalian bisa besar. Tenang saja. Jatahmu ada.

 

INDAH

 

Saya mohon pamit, Pak.

 

Indah meninggalkan ruangan Sanjaya.

 

84. INT. DEPAN RUANGAN SANJAYA – DAY

Cast: Indah, Niko, Ramli

 

Di luar ruangan, Niko dan Ramli sudah menunggu. Ramli mencoba menyindir Indah. Niko mulai curiga.

 

RAMLI

 

Ndah, gue Cuma mau ingetin Lo. Lo hati-hati aja sama yang barusan kita wawancarai. Gue bukannya mau ikut campur urusan Lo sama orang itu. Pokoknya, Lo hati-hati aja, deh.

 

NIKO

 

Emangnya, kenapa, Mas?

 

INDAH

 

Udah-udah, gue nggak ngapa-ngapain, kok, sama dia. Cuma dia bilang titip salam sama bos, udah.

 

NIKO

 

Maksud Lo? Bos? Lo kenal bos media kita? Sejak kapan?

 

INDAH

 

Astagaaa, Nikoooo. Lo kenapa,sih? Nggak nanya, nggak ngomong, Lo bawel banget, deh. Emang kenapa kalau gue kenal si bos?

 

NIKO

 

Ya, nggak kenapa-napa, sih. Lo keren aja gue lihat bisa kenal si bos.

 

RAMLI

 

Ingat aja pesen gue tadi, Ndah. Ntar juga Lo bakalan tahu, kok. Yuk, ah, balik.

 

Indah menatap Ramli yang sedang beranjak pergi. Niko juga mengikuti Ramli. Indah teringat dengan rekamannya yang belum dimatikan. Dia merogoh kantong kemejanya, lalu mematikan rekaman itu. Kemudian, menyusul Niko dan Ramli.

 

85. INT. LORONG RSRM – DAY

Cast: Gerry, Rara

 

Gerry menggendong Rara ke kursi tunggu di depan kamar inap wanita tadi. Dia mencoba membangunkan Rara. Rara siuman.

 

GERRY

 

Ra ... Ra ... bangun, Ra.

 

RARA

 

Hmm ...

(memegang kepala, mengerutkan kening, mencoba membuka mata)

 

GERRY

 

Ra, ini aku, kamu aman, kan?

 

RARA

 

Hmm ... Kenapa Kak Gerry ada di sini?

 

GERRY

 

Lah, emang kita dari tadi barengan, kok. Tadi itu kamu pingsan. Kamu kenapa?

 

RARA

 

Ah, masa, sih? Aku baik-baik aja, kok. Kak Gerry kali salah lihat.

 

GERRY

 

Astagaaaa, Ra. Aku lihat kamu tadi pingsan, kalau nggak kutolongi, udah benjol tuh kepala ke lantai.

 

RARA

 

Maaf, deh, Kak. Yuk, balik. Nggak enak lama-lama di sini.

 

Rara bangkit dari kursi dan langsung meninggalkan Gerry. Gerry kaget dan heran. Wajahnya bingung. Dia menyusul Rara.

 

GERRY

 

Ra, tunggu dong. Kamu kenapa? Ada yang salah?

 

RARA

 

Nggak tahu, ah. Udah. Aku nggak apa-apa.

 

Rara terus berjalan menyusuri lorong. Gerry mengejar Rara, dan menahan tangannya.

 

GERRY

 

Ra, kenapa, sih, buru-buru? Ada yang salah? Atau aku yang salah? Kamu cerita dong. Kalau kayak gini, aku bingung. Kenapa tiba-tiba kamu berubah begini?

 

RARA

 

Kak Gerry yakin nggak tahu kenapa aku begini?

 

GERRY

 

Iya, beneran. Aku nggak tahu. Aku balik tadi mau nanyain ke kamu.

 

RARA

 

Kak Gerry paham nggak, sih, apa yang dibilangin direktur itu? Feeling aku nggak enak sama dia, Kak. Kaka juga pake menyanggupi syarat itu segala. Kalau sempat beneran terjadi gimana? Siapa yang mau ngajarin aku lagi?

(kesal, mengomel)

 

GERRY

 

(tersenyum)

 

Ra, dengerin dulu, deh. Aku menyanggupi itu ya itu bagian dari risiko aku sebagai redaktur media. Bukannya apa-apa, Ra. Kamu nggak usah takut duluan.

 

Rara masih cemberut dengan melipat tangannya di dada. Gerry mencoba menjelaskan kepada Rara.

 

86. INT. RUANGAN KERJA RAFLES – DAY

Cast: Rafles

 

Rafles mengambil kembali jasnya di kursi lalu memakainya dengan tergesa-gesa. Wajahnya tegang dan berkeringat dingin. Dengan cepat dia keluar ruangannya sembari mengutuk Andri.

 

RAFLES

 

Andri keparat!

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)