Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
69. Int. Rumah Berliana - Kamar Berliana - Sore
Cast: Berliana
-Berliana menandatangi kertas tanda penerimaan barang dari sebuah kurir pos. Sebuah map kertas coklat sudah berada di tangannya.
Berliana duduk di kursi di meja belajarnya. Membuka tali map dan sebuah lembaran kertas dikeluarkaannya.
CU: Letter of Acceptance - Japan Studi
Berliana tersenyum tetapi seketika luntur ketika melihat bingkai foto ibunya yang berada di meja. Berliana menyembunyikan dokumen itu ketika ayahnya masuk ke kamarnya.
Berliana menghampiri lalu ayahnya memberi potongan buah.
Tio
Na, Ayah mau keluar dulu ya. Ada keperluan yang mendadak yang harus ayah urus mungkin sampai malam.
Berliana hanya mendengarkan disela mengambil buah lalu memakannya
Cut to
70. Int. ROSE Cafe - Malam
Cast: Berliana, Ranti
Estabiling Shot: ROSE Cafe
-Berliana membuka pintu sebuah cafe dekat rumahnya. Dia masih memakai kaos rumahannya ketika tahu kalau Ranti sudah menunggunya di dalam. Berliana melihat sekitar lalu menemukan Ranti yang duduk di pojok cafe itu.
-Berliana duduk tak nyaman di tempatnya lalu sebuah waiters menyajikan minuman lalu ketika waiters berlalu.
Ranti
(Memandang Berliana)
Kemarin saya bertengkar hebat dengan anak saya. Karena saya telah merekayasa dan mengubah semua hal tentang ujiannya.
Ranti terlihat tidak senang, Berliana hanya mengamati dan mendengar keluh kesahnya.
Ranti (Cont'd)
Untungnya dia mau mengerjakannya, alih-alih protes. Lalu dia meyakinkan dirinya ke saya kemarin kalau dia akan mengambil kesempatan keduanya untuk mengambil soshum, jelas saja tidak bisa.
Raut wajah Berliana sedikit tercengang mengetahui Alamsyah yang begitu.
Ranti (Cont'd)
Saya tahu dia anak yang cerdas bahkan ditengah kesibukan dengan tim basketnya, dia mampu untuk bertahan di rangking atas karena bakatnya memang di saintek seperti kedua orang tuanya
Terlihat Ranti yang pasrah. Berliana menatap Ranti,seperti ibu yang perhatian. Bahkan jauh dari kesan angkuh waktu pertama kali pertemuannya, waktu dirumah.
Ranti
Saya memang bukan ibu yang baik tapi saya berusaha yang terbaik agar dia menjadi seseorang yang hebat karena dia anak tunggal saya. Lagipula orang tua mana yang mau anaknya mengambil jalan yang salah karena mereka hanya ingin memberontak dan memperjuangkan cintanya?
Wajah Berliana tiba-tiba tersipu tentu saja, Ranti terdengar menyinggung dirinya.
Ranti
Kamu tahu jelas apa yang saya maksudkan. Apa kamu mau membiarkan Alamsyah tetap bersikukuh untuk bisa mengejar studinya bersamamu yang bahkan bukan passion-nya dan menyesal di akhir?.
Berliana hanya menggelengkan kepala.
Ranti
Jadi saya minta tolong ke kamu, saya tidak peduli kamu mau pergi ke luar negeri atau kemanapun yang jelas menghilanglah dari hidup anak saya. Tinggalkan anak saya!
Cut to
71. Ext. Jalanan kota - Malam
Cast: Tio
Sebuah motor melaju dengan kecepatan sedang. Tio dibalik helmnya tidak menyadari sebuah truk melaju tidak terkendali dari arah samping. Lalu saat mendekat ke arahnya ia menoleh sebuah cahaya menyilaukan menjadi hitam
Cut to
Fade in
Fade out
72. Ext. Halte bus dekat Cafe - Malam
Cast: Berliana
Berliana duduk di bangku halte bus. Dia menatap kosong ke depan memikirkan apa-apa yang harus ia pikirkan untuk langkah selanjutnya yang ia ambil. Wajahnya kusut, matanya bergerak gelisah.
Dia tak tega meninggalkan Ayahnya kalau ia mengambil beasiswa ke Jepang itu.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
Berliana
Halo?
Berliana mendengarkan penjelasan dibalik telpon, lalu tiba-tiba terisak.
Berliana
(Menggelengkan kepala tidak percaya)
Ngga mungkin..
Cut to
73. Ext. Pemakaman - Siang
Cast: Berliana, Alamsyah, Dino, Flo, Joan
Di samping makam yang tanahnya masih basah, Berliana berjongkok mengusap nisan tidak menangis tetapi sekitar matanya bengkak. Flo mengelus bahu Berliana menguatkan dan juga Alamsyah. Sedangkan Dino dan Joan berdiri mengamati.
Berliana mendongak lalu melihat Ranti yang menggunakan payung dan berpakaian serba hitam berdiri jauh tetapi Berliana masih bisa melihat dengan jelas. Tatapannya Ranti Berliana sudah tahu maknanya itu, lalu Ranti berlalu pergi. Berliana menoleh ke samping, melihat penuh arti ke Alamsyah yang juga berduka atas kematian ayahnya.
74. Int. Kamar Berliana - Malam
Cast: Berliana
-Berliana berdiri menghadap jendela yang terbuka, melamun.
-Berliana menyentuh bingkai foto yang terdiri dari ayah, ibu, dan dirinya yang sedang merayakan ulang tahun kelima tahunnya.
-Berliana mengambil sebuah map kertas coklatnya tempat dimana yang menyembunyikannya kemarin lalu membukanya membaca sekilas dan menghadap ke depan, menghela napas
Cut to
75. Int. Kamar Berliana - Malam
Cast: Berliana
- Di kasur Berliana ada koper yang terbuka yang Berliana isi dengan baju-baju nya, Album kenangan orang tuanya dan yang terakhir medali emas Alamsyah yang dia lihat dengan tatapan mendalam.
- Tampak barang terakhir sofa yang bebas, Berliana tutupi dengan kain putih diantara barang-barang lain yang sudah tertutup.
-Berliana melihat kedalam rumah sebelum ia menutup pintu utama rumahnya dengan pandangan sendu.
Cut to
76. Ext. Depan bandara - Sore
Cast: Berliana, Flo, dan Dino
Koper Berliana diturunkan Joan dari garasi mobilnya didorongnya menuju pintu samping mobil. Tempat berdirinya Berliana dan Flo yang saling berpelukan, dengan Dino yang memperhatikan.
Flo
Jadi lo beneran ngga bilang apa-apa ke Alam, Na? Kalau lo mau ke Jepang buat kuliah?
Flo melepaskan pelukannya dan Berliana menggeleng.
Dino
Gue takut kalau dia ngamuk nanti karena ngga ngomongin hal ini
Berliana
Tapi ini jalan yang terbaik untuk kita berdua. Tolong ya, Aku takut kalau Alam ngga terima aku kuliah disana dan ngehancurin rencana awal
Berliana
Gue pengen dia fokus sama studinya yang sesuai dengan potensinya dengan cara ini. Kita harus memisahkan diri dari satu sama lain.
Joan
Gue setuju. Kelihatannya ini yang terbaik buat kalian berdua.
Cut to
77. Int. Lobi Bandara - Sore
Cast: Berliana, Dino, Joan
Tampak Berliana di depan pintu masuk lalu berbalik dan melambaikan tangan ke arah teman-temannya. Flo terlihat yang melambaikan tangan dengan girang yang dipaksakan.
Flo
(Berteriak)
Hati- hati Nana. Jangan ngelupain kita. Hubungin kita kalau lo udah nyampe ya, Na.
Berliana mengacungkan jempolnya
Berliana
(Berteriak)
Siap
Mereka tidak mempedulikan orang lain yang menatap heran ke arah mereka. Mereka hanya ingin menjadikannya perpisahan yang menyenangkan. Berliana tersenyum lalu berbalik masuk kedalam Bandara.
78. Int. Bandara - Sore
Cast: Berliana
- Berliana berhenti, mematikan teleponnya memasukkannya ke saku jaketnya lalu menatap ke arah jendela dalam ruang tunggu bandara yang menampilkan langit kotanya lalu ia tersenyum. Kotanya telah memberi kenangan yang berharga bagi Berliana. Ia tersenyum saat ingatannya kembali ke kenangan menyenangkan bersama Alamsyah. Setetes air mata jatuh langsung ditepis Berliana.
Berliana (V.O)
(Berusaha tersenyum)
Kamu memilih pilihan yang terbaik, Nana!
-Berliana menatap keluar jendela pesawat memperhatikan saat lepas landas meninggalkan segalanya.
79. Int. Rumah Alamsyah - Sore
Cast: Alamsyah, Ranti
- kamar Alamsyah - Sebuah telepon membuat ponsel Alamsyah yang berada di kasur berdering, lalu dia angkat. Dahinya berkerut lalu wajahnya berubah kaku dan langsung menghubungi seseorang tapi berkali- kali dicoba tidak dapat dihubungi - mengambil jaket dan kunci motornya di meja ia berlari ke luar
- Ruang Tengah - Ranti melarang Alamsyah pergi namun justru Ranti dapat amukan Alamsyah yang menyalahkan dirinya atas perginya Berliana. Sampai Alamsyah memecahkan koleksi guci untuk membuat perhatian Ranti teralihkan. Lalu Alamsyah mengacuhkan itu bergegas menyalakan mesin motor.
- Jalanan - Alamsyah terlihat kalut berusaha untuk mengegas stirnya mengebut
CU: Speedometer 90 km/jam
- Dari arah berlawanan terdapat truk menyalip mobil, Alamsyah yang tidak siap langsung panik lalu membanting stirnya ke kiri, menabrak yang membuatnya terpelanting. Motor ninjanya remuk berkeping-keping.
80. Int. Bandara Jepang - Malam
Cast: Berliana
- Berliana mengambil kopernya di tempat pengambilan barang.
- Berliana berjalan di bandara menuju pintu keluar lalu berhenti lalu mengeluarkan ponselnya
- Dahi Berliana berkerut dalam melihat banyak riwayat telpon dari Flo, Dino Joan dan.. Alam?
- Berliana menelpon Flo, Berliana menekan dadanya dan jatuh merosot hingga bersimpuh,wajah keterkejutannya berubah menjadi tangis histeris. Genggaman pada teleponnya melemah dan ponselnya jatuh. Berliana menoleh melihat jendela yang menampilkan langit gelap gulita dengan tangannya memegang kalung yang dipakainya. Wajahnya menengadah, mengadu pada langit, dengan tangan kanan yang mulai memukul dadanya yang sesak.
Berliana (V.O)
Lamun, hari itu aku tidak menjabat tangannya untuk memberitahukan kalau aku ada. Apakah takdir kejam ini tidak akan terjadi?
Dissolve to
.
.