Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Lamun
Suka
Favorit
Bagikan
13. Scene 57-62
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

57. Ext. Sebuah Dermaga - Sore

Cast: Berliana dan Alamsyah

Terlihat kaki Berliana yang menapak di sebuah dermaga danau dengan air yang tenang diikuti Alamsyah di belakangnya. Mata Berliana berbinar mengagumi suasana sekitar yang tampak asri, langit biru dengan matahari membola tidak terlalu menyilaukan mata, membuat pikiran Berliana rileks. Semua terbayarkan sudah akan lelahnya menempuh perjalanan yang cukup jauh.

Berliana

(Menoleh ke belakang)

Wow, aku ngga tahu kalau kamu bakal ngga aku ke tempat seindah ini.

Alamsyah

Ya bagus bukan. Ini tempat terbaik yang kupunya selama ini dari. Bahkan teman-temanku ngga tau kalau aku tahu tempat yang masih terbilang asri ini

Berliana

Ya aku tahu. Pasti akan mengasikkan melihat sunset disini. Makasih, Lam untuk menunjukkan ini kepadaku.

Alamsyah hanya menampilkan senyum terbaiknya.

Cut to

58. Ext. Sebuah Dermaga - Continous

Cast: Berliana dan Alamsyah

Tampak Berliana dan Alamsyah duduk di papan kayu dermaga menikmati langit biru yang bersemburat keoranyean serta ada bintang-bintang yang tampak samar. Berliana menengadah memandang langit tampak mendalam.

Berliana

(Tersenyum)

Pasti bunda aku natap dari sana sekarang

Alamsyah menoleh memperhatikan wajah Berliana yang berubahlah, memaksakan senyumnya.

Berliana (Cont'd)

Bunda orang yang sabar, sangat sabar dan lembut pantas aja Ayah suka sama Bunda. Tapi tiba-tiba Bunda divonis kanker. Setiap hari Bunda kesakitan, yang waktu itu aku masih umur 8 tahun. Tapi aku senang, setidaknya dengan begitu Bunda ngga lagi ngerasain nahan sakitnya lagi

Berliana tersenyum membuka luka lama yang masih menggores hatinya cukup membuatnya terlihat miris. Alamsyah menghembuskan napasnya.

Alamsyah

Hmm.. Mungkin berbeda dengan mamaku. Dia orang yang selalu menentangku dan tidak percaya dengan semua yang aku lakukan. Dia juga sibuk dengan dunianya, tetapi selalu sibuk mengurusi apa yang aku senangi dan mengengkangku jika tidak selaras apa yang mamaku mau. Aku hanya bonekanya.

Insert: Kilas hal yang dilakukan Ranti terhadap Alam - Rumah Alam

1. Pulang dari basket Alamsyah dimarahi karena tidak menurut

2. Alamsyah yang duduk melihat TV. Melihat mamanya yang sibuk telepon dengan rekan kerjanya dengan mengurusi berkas-berkas ditangannya.

3. Alamsyah yang jauh lebih dekat dengan pengasuhnya

Alamsyah (Cont'd)

Aku iri melihat kehangatanmu bersama ayahmu. Yang juga tidak kudapatkan dari Papaku. Jujur saja aku iri.

Alamsyah

Kamu tahu kenapa aku beri medali emas terakhirka ke kamu? Karena kamu, aku merasa dihargai, didukung dan itu buat aku bersemangat untuk berada dijalanku.

Berliana

(Tersenyum)

Kamu bisa aja. Aku tidak sehebat itu untuk mempengaruhimu, Lam!

Alamsyah tersenyum lalu mensejajarkan Berliana, berhadapan untuk mengunci tatapan.

Alamsyah

Sejak kapan?

Berliana

Apa?

Alamsyah

Sejak kapan kamu menyukaiku. Kamu tahu, aku menyesal karena baru menemukanmu di akhir. Lalu apa yang kamu suka dariku?

Berliana memberikan jeda, pertanyaan itu membuatnya tertawa mengingat hal konyolnya saat harus bertahun-tahun melihat jendela mencuri pandang ke arah Alamsyah. Satu jam menunggu jemputan ayahnya yang bahkan ia sendiri bisa naik bus.

Berliana

(Tersenyum)

Sejak lama, saat kamu membantuku di bangku smp. Mulai saat itu aku memperhatikanmu yang ternyata anak basket. Lalu aku jatuh lagi ke dalam pesonamu.

Berliana (Cont'd)

Aku menyukai perjuanganmu Alamsyah, aku sangat tahu perjuanganmu untuk bisa bertahan sejauh ini, kamu sudah berjuang sangat keras. Makanya aku merasa seperti tidak pantas dapat bukti perjuanganmu, medali emas itu.

Alamsyah

Aku tidak menyangka selama itu kamu memendam dan sekarang aku tahu kalau kamu benar-benar orang yang pantas kuberi, Nana. Makasih telah menjabat tanganku sore itu.

Alamsyah menipiskan jarak mereka,membuat sapuan hangat di pipi Berliana. Berliana menahan napas. Tidak sanggup lagi melihatnya, ia memejamkan mata.

Cut to


59. Int. Rumah Alamsyah - Malam

Cast: Ranti

Rianti yang baru pulang dari kantornya melihat mobil sedannya yang terparkir di garasi tidak ada. Rianti berjalan ke dapur menanyakan kemana Alamsyah ke pembantunya lalu dibalas dengan gelengan kepala.

Ranti berjalan kearah kamar Alamsyah yang terbuka dengan senyuman karena melihat Alamsyah yang sangat rajin belakangan ini. Rianti melihat-lihat buku sains yang bertumpuk. Namun matanya tak sengaja menemukan sebuah buku yang tak terduga.

CU: Buku Soshum latihan soal

Ranti

(Marah)

Berulah apa lagi ini anak!

Cut to

60. Int. Rumah Alamsyah - Malam

Cast: Alamsyah,Ranti

Tampak mobil sedan hitam datang lalu diparkirkan di garasi rumah.

Dengan tersenyum bahagia Alamsyah membuka pintu utama rumahnya. Tanpa disangka Ranti berdiri dengan bersedekap tangan melirik ke arahnya dengan membenci. Membuat senyum lebarnya memudar menjadi tatapan kaku tak bersahabat.

Ranti

(Sebuah buku dilempar )

Ini apa lam, maksudnya?

Alamsyah mengerutkan dahinya, lalu memungut buku itu, lalu sedikit gugup menatap Mamanya.

CU: Buku Soshum Latihan Soal

Ranti

Kamu jangan aneh-aneh lagi ya, mama masih mentolerir kamu main basket dulu. Tapi sekarang kamu harus seperti yang mama mau. Kamu harus jadi anak IPA, sekolah kedokteran di Swiss.

Alamsyah

Ma! Aku mau jadi diri aku sendiri. Aku bukan boneka Mama. Aku berhak atas hidup aku!

Cut to

61. Ext. Parkiran Motor SMA Pancasila - Sore

Berliana

(Menepuk punggung Alamsyah)

Alam! Lampunya udah hijau!

Berliana menepuk punggung Alamsyah karena terbengong pada saat lampu yang merah berubah ke hijau tetapi Alamsyah tidak mengegas stirnya untuk jalan.

Alamsyah yang kaget, langsung mengendarai sepeda motor ninjanya lagi.

Berliana (Cont'd)

(Setengah berteriak)

Kamu ngga apa-apa? Hari ini kamu banyak melamunnya.

Alamsyah

(Memaksakan menyeringai)

Cie yang perhatian

Berliana yang duduk di belangkang memutar bola mata kesal.

Berliana

Aku nanya beneran!

Alamsyah

Aku juga beneran, Nana!

Alamsyah mencoba untuk mencairkan suasana.

Alamsyah

Nana, kamu jadi kuliah di Universitas X?

Alam ingin mengetahui kepastian cita-cita Berliana, ia ingin dirinya mengikuti seperti langkah Berliana.

Berliana

Iyalah jadi, itu udah jadi mimpiku. Aku mau masuk ke jurusan hukum.

Wajah dari balik helm full facenya terlihat memasang wajah penuh tekad.

Motor ninja Alamsyah berhenti tepat di depan gerbang Berliana yang masih tertutup.

Alamsyah

Istirahat juga perlu, jadi jangan begadang malam-malam

Berliana

(hormat)

Siap kapten

Insert: Sebuah mobil berkaca film berhenti dan terparkir di samping seberang rumah Berliana. Ranti mengikuti Alamsyah dan dia menemukan bahwa Alamsyah mempunyai seorang pacar, biang keladi Alamsyah berubah. Ranti berekspresi geram. Lalu mencari kontak dihpnya, menghubungi seseorang

Cut to

62. Ext. Kantin tempat bimbingan Berliana - Sore

Cast: Berliana, Joan

Berliana jalan menghampiri Joan yang duduk di salah satu bangku kantin tempat bimbingannya. Berliana duduk berhadapan dengan Joan lalu memberikan salah satu minuman yang dibawanya.

Berliana

Jadi ada apa, kamu perlu ngomong sesuatu, tentang apa?

Joan membuka botol minumnya dan meminumnya sebelum menjawab Berliana dengan serius.

Joan

Meskipun Alam sekarang mulai menjauh tapi aku senang karena Alam jauh terlihat bersemangat dari yang aku kenal dulu. Dulu dia terlihat bersemangat juga tapi cukup impulsif dan obsesif untuk menunjukkan ke orang tuanya kalau dia mampu berdiri di kakinya sendiri. Mungkin kamu juga tahu itu.

Joan menjeda omongannya.

Joan (Cont'd)

Sekarang aku baru tahu kenapa Alam bisa menyukaimu. Kamu punya daya tarik yang ngga bisa aku jelasin juga. Kamu dengan dirimu. Aku juga merasakan hal yang sama, menyukai sisimu yang begitu entah mengapa secara tiba-tiba.

Berliana menutup mulutnya tidak percaya. Joan menyukainya. Dia ingin mengelak sebelum Joan menyela.

Joan (Cont'd)

Aku tahu rasa ini seharusnya tidak ada. Karena aku tahu ini salah. Aku hanya ingin mengungkapkan aja. Jadi jangan bimbang tentang hal ini.

Berliana hanya dengan keterkejutannya tidak mampu berkata-kata, rasanya dia tidak memiliki pita suaranya lagi.

Cut to




Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar