Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Lamun
Suka
Favorit
Bagikan
7. Scene 27-30
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

27. Ext. Trotar Jalan Menuju Rumah Berliana - Sore

Cast: Berliana, Alamsyah

Berliana menyusuri trotoar, jalanan menuju rumahnya. Berliana menggenggam kedua sisi pegangan tas ranselnya sambil kakinya menendang kerikil. Berliana merasa bimbang, merasa tidak enak kepada Alamsyah. Berliana memikirkan sikapnya tadi yang ia sadari terlalu berlebihan untuk menolak medali emas Alamsyah.

Sebuah tangan tiba-tiba mencekal tangan kanan Berliana. Hal itu membuat Berliana syok, dan berhasil membuat dirinya berbalik 180°. Alamsyah ternyata dibaliknya, terlihat ngos-ngosan setelah berlari mengejar Berliana.

Alamsyah

(Ngos-ngosan)

Nana(beat) aku tiba-tiba kepikiran sesuatu

Alamsyah melepaskan genggamannya dari tas Berliana. Lalu merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan handphonenya. Setelahnya menyodorkan kearah Berliana, Berliana hanya terlihat bingung.

Alamsyah (Cont'd)

(Menatap ke arah Berliana)

Aku belum punya nomor telepon kamu (Beat). Boleh kan aku minta nomormu?

Berliana

(Terperangah)

Hah?? Kamu kesini karena ini? Iya boleh sih

Berliana mengambil alih handphone Alamsyah. Membukanya lalu mengetikkan nomornya lalu menyimpannya di kontak.

Alamsyah

Kamu tahu? aku sangat ingin menghubungimu. Tapi saat aku tau aku ngga punya kontakmu. Aku merasa, aku tidak bisa apa-apa dalam keadaan itu

Berliana menaikkan alisnya. Alamsyah secara tiba-tiba datang, mengejutkannya dengan cara yang tak terduga. Dikagetkan dengan kedatangannya di bus lalu dia memberikan oleh-oleh berupa medali emas yang dia ingin berikan, padahal itu medali emas perjuangannya alih-alih menyimpan sendiri. Lalu sekarang dia berbicara dan bertindak dengan cara seperti ini, hal yang selalu dimimpikan Berliana saat mengagumi dari jauh,yang pastinya cuma angan.

Berliana menatap Alamsyah lekat.

Berliana (V.O)

Apakah ini nyata? Pikirku aku sudah sangat hebat untuk hanya bisa berjabat tangan dengannya hari itu, bagiku cukup sampai disitu. Tak pernah terpikir aku akan bisa menjangkaunya. Atau berada dekat dengannya dan berinteraksi. Aku tidak sadar bahwa semuanya mulai berubah.

Berliana tertegun. Berliana tidak menyangka Alamsyah akan membahas hal seperti ini. Hari ini cukup mengejutkan baginya. Pikiran Berliana memutar kepada hari-hari ditinggalkan tournamen kemarin, rasa rindu. Berliana merasa seperti mengetahui posisi Alamsyah tersebut. Dia tertawa kecil.

Berliana

(Tersenyum)

Makin kenal kamu. Kamu lucu Alam

Alamsyah

Dan makin mengenalmu aku ingin menjadi bagian dalam kehidupanmu (beat). Dan yah Jangan lupakan dengan keberanianmu itu

Mereka berdua melepaskan tawa mereka saat membahas keberanian atau kebodohan tingkah laku Berliana saat kenalan dengan Alamsyah yang terlihat absurd waktu itu. Mereka membiarkan suasana mencair serta hati yang menghangat.

CU: Alamsyah merogoh saku jaketnya kembali mengeluarkan medali emasnya.

Alamsyah mengeluarkan medali emasnya dari dalam saku jaketnya. Melirik kearah Berliana yang sudah rileks dengan situasi mereka sekarang. Lalu Alamsyah dengan cepat mengalungkan medali emasnya ke leher Berliana.

Berliana yang menyadari itu langsung terdiam. Wajahnya terlihat menolak dan berusaha melepaskan medali Alamsyah di lehernya. Namun terlebih dahulu tangan Alamsyah menyetop aksinya.

Alamsyah

Aku mohon terima ya.

Berliana

Tapi ini terlalu berharga untuk diberikan, Alam!

Alamsyah

Ngga, anggap aja ini bentuk balas budiku dan hadiah untuk yang kemarin yang udah kamu kasih ke aku

Berliana

Tapi tetap aja. Itu ngga sama

Alamsyah

Ssstt.. Aku akan jauh sakit hati kalau kamu ngga menerimanya, Na

Berliana langsung terdiam, tak bisa berkutik lagi setelah kalimat mantra yang diucapkan Alamsyah. Yang bisa dilakukan Berliana hanya menerima dengan hati yang berat.


Cut to

28. Int. Kamar Berliana - Malam

Cast: Berliana

CU: Medali emas yang terpajang di sebelah poster Berliana

Berliana melihat medali yang menggantung di dinding kamarnya lalu menghela napas panjang. Berliana merasa tidak pantas mendapatkan benda yang mengkilap itu. Rasanya ia telah merampas hasil kerja keras Alamsyah.

Hari ini adalah hari yang mengejutkan. Alamsyah benar-benar menjadi tokoh nyata yang diinginkan Berliana.

Tiba-tiba handphonenya berkedip, notifikasi muncul di layar kunci.

CU: Pesan dari nomor tak dikenal.

Chat:+6275686****

Hai

Ini Alamsyah

Berliana hanya tersenyum melihat pesan dari handphonenya itu. Lalu tiba-tiba ponselnya berdering masih dengan nomor tak dikenal itu. Berliana menggeser panel hijau.

Berliana

(Penasaran)

Halo? Ini Alam?

Dari balik telepon terdengar suara helaan napas.

Alamsyah (O.S)

Ya ini aku, yang lagi telepon sama kamu

Berliana

Nyampe rumah jam berapa?(beat)

Ngga tersesat karena lupa jalan pulang,kan?

Alamsyah

Tentu aja ngga. Kamu bahkan tidak menawariku secangkir teh, Na. Padahal aku sudah mengantarmu jauh hingga tepat di depan rumahmu bahkan aku belum pulang ke rumah.

Berliana

Ahh jangan mengbahasnya, aku jadi merasa tak enak. Kamu tadi tahu, bahkan sudah menjelaskannya. Ayahku masih bekerja. Rumah tak ada orang. Tidak etis jika membawamu ke dalam.

Alamsyah (O.S)

Ahhh ok.. aku hanya bercanda, Na. Aku tidak serius karena jika aku ditawari masuk kedalam pun aku juga akan menolak. Karena aku juga terburu-buru harus pulang

Berliana

Dan anehnya kamu tidak langsung pulang setelah sampai. Justru mengikutiku hingga sampai rumahku. Tapi makasih buat hari ini. Aku menghargainya

Berliana tersenyum. Berliana menghela napas, hatinya lega entah karena apa. Mungkin karena ia yang lupa untuk berterima kasih atas oleh-oleh, medali emas? Dia tertawa kecil saat mengingatnya.

Alamsyah (O.S)

Berliana..

Berliana

Ya??

Alamsyah (O.S)

Hari sabtu besok kamu senggang?

Berliana

Aku pikir, mungkin iya

Alamsyah (O.S)

Mau ikut denganku ke taman hiburan yang baru?

Berliana

Bersamamu? Ngajak siapa aja?

Alamsyah

Hanya kita berdua. Pulang sekolah langsung kesana. Bukannya besok pulang jam satu. Dan kalau itu pun kamu mau

Berliana bingung harus menjawab apa, ia membasahi bibirnya. Terlalu malu untuk terang-terangan bersemangat dan menjawab "iya".

Alamsyah (O.S) (Cont'd)

Pasti jawabannya iya, kan?

Berliana

Kamu kepedean

Alamsyah (O.S)

Aku tahu kamu pasti sekarang malu, senyum-senyum sendiri ngga jelas, tapi takut jawab iya. Kemana Berliana pemberani pergi?

Alamsyah terdengar dari balik telepon tertawa keras. Alamsyah mengejeknya sekarang, dan Berliana belum bisa menemukan suaranya dan mengatakan ya. Terlalu tiba-tiba dan itu tawaran yang sulit untuk ditolak dan diterima begitu saja. Namun sisi gengsi Berliana menguap ketika Alamsyah mengejeknya sekarang.

Berliana

Ok siapa takut. Berliana pemberani ngga kemana-mana. Jangan khawatir

Alamsyah (O.S)

Gadis pintar

Terdengar suara kekehan dari balik telepon membuat Berliana tertular dan tersenyum.

Berliana (V.O)

Apakah harapan tidak nyata itu semakin mendekat? Karena dia membalas jabatan tanganku dengan cara yang sempurna.


Cut to

29. Int. Kelas IPS 1 - Siang

FX: Suara bel pulang

Saat suara bel berbunyi anak-anak keluar kelas tampak riuh untuk berjejalan di gerbang sekolah.

Flo

Nana, mau pulang bareng aku ngga?. Aku mau ke suatu tempat terus ngelewatin rumahmu

Berliana

Emm makasih.. Aku ngga pulang ke rumah. Aku punya janji ketemu sama seseorang

Flo

(Terperangah, kepo)

Sama siapa? Tumben

Namun Berliana hanya membalas dengan senyuman yang merekah.

Cut to

30. Ext. Lapangan Olahraga - Siang

Cast: Alamsyah, Dino, Joan

Alamsyah dan dua temannya yang lain berkumpul seperti biasa di bangku lapangan. Terlihat murid yang akan pulang sekolah mulai terlihat sepi. Mereka ingin latihan tetapi akan diurungkan karena mereka ingin hangout.

Dino

Yuk hangout kemana gitu yuk. Refresing kemana gitu kek. Ke gunung, atau ke pantai gitu bro

Joan

Gue ngga bisa. Nyokap ngga ngebolehin pasti. Hangout di cafe sebelah aja.

Alamsyah

Sorry gue ngga bisa. Duluan ya gaes

Dino

(Berteriak)

Lam!! Mau kemana? Kita mau hangout nih

Alamsyah hanya berbalik dan berjalan mundur menatap kedua temannya dengan jenaka tersenyum lebar. Lalu berbalik lagi berlari ke parkiran motornya.

Dino

Lah ni bocah tambah cabut. Ngga seru ah

Dino mengeluh tindakan Alamsyah. Sedangkan Joan hanya melihat kedua sahabatnya itu dengan serius lalu matanya mengikuti gerakan Alamsyah yang semakin menjauh

Joan

(Serius,berbisik)

Pasti karena "dia". Alam jadi berubah

Cut to
















Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar