Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kisah Lara untuk Dara
Suka
Favorit
Bagikan
12. ACT XII
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

EXT. PERUMAHAN - GANG KECIL - AFTERNOON          

 

Dara sedang mencari-cari alamat rumah Satya, ia melihat nomor-nomor setiap rumah yang ia lewati, iya terus berjalan sampai berhenti didepan rumah no 23. 

CUT TO

 

INT. RUMAH SATYA - TERAS - AFTERNOON             

 

Teman Satya baru saja mau pulang dari rumah Satya.

 

TEMAN SATYA

Pulang dulu ya, jangan lupa besok mampir.

 

SATYA

Tenang aja gue pasti mampir.

 

TEMAN SATYA

Banyak juga tamu lu hari ini.

 

SATYA

Dara,,,

 

Satya kaget melihat Dara sudah berada didepan rumahnya, ia bertingkah serba salah.

 

SATYA

Masuk kedalam saja Dara.

 

Satya mengajak Dara masuk kedalam, dan Dara mengikutinya dibelakang.

 

SATYA(CONT’)

Duduk, aku ambil minum dulu ya.

 

DARA

Sebenarnya enggak perlu repot-repot.

 

SATYA

Enggak repot cuma air teh aja kok.

 

DARA

Sebelumnya maaf baru bisa datang sekarang.

 

SATYA

Enggak apa-apa.

 

Satya pergi kebelakang dan tak lama kembali dengan membawa segelas air dan meletakkan di meja persis didepan Dara.

 

DARA

Apa kabar Sat?

 

SATYA

Baik, kamu sendiri?

 

DARA

Baik juga, tadi rencananya aku mau kesini sama Ayu tapi ada perubahan rencana.

 

SATYA

Oh, aku denger dari Zaki bukannya ia tinggal di Surabaya sekarang

 

DARA

Iya tapi pas denger Lara enggak ada, dia rencana mau kesini tapi nunggu cuti suaminya dulu.

 

SATYA

Oh gitu.

 

Mereka berdua terlihat canggung.

 

DARA

Kamu sekarang kerja dimana?

 

SATYA

Enggak tentu sih, kadang manggung di café kenalan teman, kadang juga ikut bantuin motret jadi asisten, freelance gitu lah.

 

DARA

Tapi hebat juga yak kamu masih tekunin hobi kamu.

 

SATYA

Sekarang bukan hobi sih lebih ke butuh duit, ternyata realita enggak kaya impian kita dulu yah.


Satya tertawa getir. 

DARA

Iya bener, aku juga dulu mikir aku bisa jadi penulis besar tapi kenyataanya cuma bisa kerja kantoran dengan gaji pas-pasan plus tumpukan cicilan yang enggak seberapa.

 

Satya tersenyum.

 

SATYA

Mungkin harusnya kita dulu enggak pernah punya mimpi muluk-muluk kayak gitu, supaya enggak terlalu beban jika keinginan enggak tercapai.

 

DARA

Oh ya, sebelumnya, aku turut berduka cita atas kepergian Lara.

 

SATYA

Makasih.

 

DARA

Kamu punya firasat kalau Lara bakal ngelakuin hal ini?

 

SATYA

Sama sekali enggak, kalau aku tahu pasti aku cegah.

 

DARA

Boleh tahu kejadiannya kayak gimana.

 

Satya diam saja, suaranya seperti tercekat dan terhalang oleh sesuatu.

 

DARA(CONT’)

Kalau kamu enggak mau cerita enggak apa-apa, aku ngerti kok.

 

SATYA

Darimana mulainya ya,,, waktu itu aku masih di cafe, kerjaan aku udah selesai sebenarnya tetapi kadang sebelum pulang aku santai dibelakang kafe sama teman-teman, biasa sambil ngerokok bareng. Pas aku sampai dirumah memang ada yang ganjil kayak punya feeling enggak enak. Beberapa hari sebelumnya memang kami enggak saling bicara satu sama lain, itu sih yang buat aku sangat menyesal. Tapi pas aku lihat dia tergeletak dengan cairan aneh keluar dari mulutnya, aku bingung mau manggil siapa karena aku enggak deket sama tetangga, aku nangis, jatuh, dan aku tahu endingnya seperti apa lalu aku,,, aku,,,

 

Satya terdiam, matanya basah. Dara tahu ini tidak bisa dilanjutkan.

 

DARA

Maaf aku jadi enggak enak.

 

SATYA

Enggak apa-apa, aku emang jadi cengeng akhir-akhir ini, aku kebelakang dulu ya, ambil cemilan.

 

DARA

Enggak usah repot-repot Satya.

 

SATYA

Enggak apa-apa, banyak makanan kiriman dari teman-teman dan sodara juga.

 

Satya masuk ke dapur dan tak lama kemudian Satya Kembali lagi membawa beberapa piring berisi keripik dan kue bolu.

 

SATYA

Sampai dimana tadi obrolan kita?

 

DARA

Kamu tahu kan aku sempat lost contact sama Lara, dulu entah kenapa dia tanpa sebab tiba-tiba ngejauhin aku, terus aku berusaha cari tahu lewat Ayu dan Zaki tapi aku masih enggak ngerti kenapa sikap Lara seperti itu sama aku.

 

Satya diam saja.

 

DARA(CONT’)

Aku tahu kehidupan Lara enggak begitu baik apalagi hubungannya sama bapaknya, makanya aku sedikit kasihan tapi setelah aku tahu dia nikah sama kamu, aku ikut senang, seenggaknya dia bisa menikah dengan orang yang dicintainya.

 

Suasana masih sunyi.

 

DARA(CONT’)

Kalau gitu aku pulang dulu ya, tapi cuma mau kasih tahu aja habis ini aku mau ke makam Lara, aku udah tahu alamatnya dari Zaki, udah itu aja.

 

Dara berdiri dan bermaksud segera pergi, tetapi Satya langsung memanggilnya.

 

SATYA

Tunggu Dara,,,

 

Dara kaget.

 

SATYA(CONT’)

Aku mau ngomong sebentar

 

Dara duduk Kembali.

 

SATYA(CONT’)

Aku tahu kenapa Lara mendiamkan kamu.

 

Dara kaget dan berusaha mendengar penjelasan Satya dengan seksama.

 

SATYA(CONT’)

Waktu itu dia pernah bilang suka sama aku tapi aku tolak, dia sepertinya sedih tapi waktu itu sesudahnya sikapnya biasa aja, walaupun kadang sedikit canggung, tapi setelah aku tolak dia masih kok datang waktu aku manggung, beberapa kali juga sama kamu atau Zaki dan Ayu, jadi aku pikir hubungan kita baik-baik aja. Selang beberapa bulan aku ada jadwal maggung diluar pulau, saat itu jujur aku masih sayang sama kamu, kalau enggak salah aku menitipkan surat sama teman aku untuk dikasih ke kamu, tetapi kelihatannya surat itu malah jatuh ketangan Lara.

 

Dara kaget dan sama sekali tidak tahu mengenai adanya surat itu.

 

SATYA(CONT’)

Dia datang ke aku meminta penjelasan, dari sana dia tahu kalau kita pernah pacaran, disitu aku lihat dia benar-benar kecewa bukan karena cintanya ditolak tetapi karena merasa dikhianati oleh sahabat baiknya. Aku tahu aku salah tapi yang bikin aku lebih ngerasa bersalah adalah enggak lama dari itu ibunya meninggal dan kamu tahu hubungan dia sama bapaknya enggak baik, bahkan dulu dia pernah dilecehkan oleh bapaknya sendiri. Andai aku bisa berbuat lebih pada Lara.

 

Dara mulai meneteskan airmata.

 

SATYA(CONT’)

Bertahun-tahun kemudian aku sama Lara ketemu lagi, dan kita udah jadi orang baru satu sama lain, tetapi kesamaan kita cuma satu bahwa nasib kita berdua jauh tidak lebih baik dari sebelumnya. Nasib terus mempertemukan aku sama Lara sampai-sampai pada akhirnya kita memutuskan untuk menikah. Aku pikir dengan menikahi Lara ia bisa hidup bahagia dan aku bisa bangkit untuk meneruskan hidup, tapi ternyata kenyataan enggak seperti itu. Semua salah aku Dara, aku bukan Satya yang penuh impian seperti dulu.

 

Kini airmata telah membanjiri wajah Dara. Begitu pun dengan Satya. Tak ada kata lagi sesudahnya.

 

ZOOM OUT


Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar