Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Kisah Lara untuk Dara
Suka
Favorit
Bagikan
3. ACT III

INT. SEKOLAH - DALAM KELAS - MORNING

 

Dara duduk sendiri, terlihat tidak nyaman, selama pelajaran pertama terasa tidak nyaman, sebelum pelajaran kedua dimulai ia melihat sekeliling teman-temannya yang lain saling bicara pada teman sebangkunya kecuali Ayu, lalu ia menoleh kebelakang dan mulai berbicara dengan Ayu.

 

DARA

Ayu lu udah ngerjain tugas sejarah.

 

AYU

Udah, kenapa emangnya?

 

DARA

Enggak tanya aja, hehehe,,,

 

Dara kembali menghadap depan namun masih terasa canggung, lalu guru sejarah masuk dan langsung saja Dara menoleh lagi kebelakang kearah Ayu.

 

DARA (CONT’)

Lu mau enggak duduk sebelah gue, Lara enggak masuk hari ini, kayaknya besok juga enggak, begitu pun lusa, besoknya lagi juga gitu, pokoknya sekitar beberapa hari lah.

(Gugup)

Mau ya duduk sebelah gue sampai Lara masuk?

 

Dara menempelkan kedua tangannya tanda memohon, Ayu hanya tersenyum biasa sambil mengangguk tanda setuju, segera saja Ayu pindah kedepan sambil membawa tas dan buku-buku pelajarannya dan terpancar wajah ceria keduanya.

 

CUT TO

 

INT. SEKOLAH - RUANG KELAS - AFTERNOON

 

Bel pulang berdering keras, para siswa serentak merapihkan buku pelajaran, guru yang masih menulis materi didepan dihiraukan, namun lama-kelamaan paham dengan situasi yang sudah biasa terjadi ini.

 

BU GURU

Jangan lupa ya dibaca materi 4 halaman terakhir tadi, minggu depan kita bahas.

 

BEBERAPA MURID

Iya bu,,,

 

Beberapa murid serentak menjawab pertanyaan bu Guru, sementara sisanya hanya sibuk bersiap-siap untuk pulang, begitu juga dengan Dara dan Ayu, bahkan Dara sudah siap keluar kelas.

 

DARA

Pulang bareng yuk?

 

AYU

Rumah kita kan enggak searah.

 

DARA

Nanti gue lewat perempatan Polres aja, nanti kita pisah disana, gue malas pulang sendiri, kalau dari Polres kan lumayan separuh jalan lebih enggak sendirian.

 

AYU

Boleh kalau gitu, naek angkotnya biar aku yang traktir.

 

Dara menghampiri Ayu dan memeluknya.

 

DARA

Makasihhh,,,

 

CUT TO

 

INT. SEKOLAH - RUANG KELAS - AFTERNOON

 

Guru sedang menerangkan mata pelajaran kimia didepan kelas, para murid mendengarkan sambil mencatat, namun beberapa dari mereka terlihat mengobrol, salah satunya adalah Dara dan Ayu.

 

PAK GURU

Contoh seperti aluminium oksida direaksikan dengan larutan asam klorida membentuk larutan-

 

AYU

Jadi belum tahu Ayu masuk sekolah kapan?

 

DARA

Belum.

 

AYU

Memangnya ibunya sakit apa?

 

DARA

Kurang tahu, kalau soal keluarganya, dia memang gitu tertutup, kayaknya kalau singgung soal ibunya juga dia enggak seneng jadi ya gue enggak pernah tanya lebih lanjut.

 

AYU

Termasuk nengok kerumahnya, emang kamu belum pernah kerumah Lara?

 

DARA

Udah waktu itu, cuma sekali tapi dia kayak enggak nyaman, jadinya lebih sering main dirumah gue atau gak jalan keluar aja, pokoknya-

 

Pak Guru berdehem cukup kencang, Ayu terkejut tetapi Dara dan dua orang teman lainnya yang masih mengobrol tidak mendengarkan sama sekali.

 

DARA (CONT’)

Dia kayak punya masalah sama bokapnya, tapi kalau sama nyokapnya dia itu sayang bang-

 

PAK GURU

Ngobrolnya udah belum, kan bisa lanjut istirahat nanti.

 

Ayu menyenggol lengan Dara dengan keras dan Dara baru tersadar kalau pak Guru sedang mmeperhatikannya, wajahnya tersipu malu.

 

EXT. HOTEL - DEPAN LOBI - DAY

 

Taksi berhenti didepan hotel bintang tiga.

 

SUPIR TAKSI

Sudah sampai mba.

 

Dara tersadar dalam lamunannya.

 

DARA

Oh iya, bisa bantu turunkan koper saya pak?

 

SUPIR TAKSI

Baik mba,

 

Supir taksi menurunkan koper Dara, lalu Dara memberikan sejumlah uang sesuai argo, pak Supir membungkuk tanda terima kasih lalu tak lama taksi pergi keluar hotel

 

Dara menarik kopernya, namun tiba-tiba berhenti karena ada bunyi telepon masuk dan segera mengangkat teleponnya

 

DARA

Ayu! Baru aja sampai tempat nginep,,,

 

DARA (CONT’)

Oh gitu, enggak masalah aku malah seneng bisa langsung ketemu pokoknya tunggu aku sekitar satu jam lagi ya.

 

Dara langsung menutup telepon dan memasukkannya kedalam tas, tak lama ia masuk kedalam hotel untuk check in, terlihat wajah kegembiraan sedari menerima telepon sampai masuk kedalam hotel.

 

INT. RESTORAN - MEJA - DAY

 

Dara duduk seraya melihat sekeliling restoran, sesekali melihat daftar menu menimbang menu apa yang akan dipesan nanti, wajahnya masih ceria semenjak turun dari taksi.

 

Ayu masuk kedalam restoran dan melihat sesosok yang tidak asing lalu perlahan mendekati tempat duduk Dara dan berhenti tepat dibelakang kursi yang Dara duduki.

 

AYU

(Suara cukup kencang)

Dara?

 

Berbalik badan, langsung berdiri dan memeluk Ayu dengan antusias, wajah keduanya begitu bahagia.

 

DARA

Ayu,,,

 

AYU

Udah dong meluknya, by the way kamu lama ya nunggu aku.

 

DARA

Enggak, aku juga belum lama sampai, lagipula tenang aja aku kan lagi senggang.

 

Meremas bahu Ayu dengan antusias

 

DARA (CONT’)

Kenapa kamu kayak orang kaget gitu lihat aku.

 

AYU

Enggak, cuma udah lama banget ya aku enggak lihat kamu dan ternyata muka kamu masih kayak zaman sekolah dulu, enggak berubah sama sekali.

 

Dara menunjuk bagian bawah mata dan dahi.

 

DARA

Kamu enggak lihat nih kerutan sana sini.

 

AYU

Jadi kapan kamu sampai kesini, kamu pasti baru pertama kali ke Surabaya kan, soalnya setahu aku kamu enggak punya saudara disini, dan lagi kamu bukan tipe CEWEK yang suka jalan alias orang rumahan, tapi hebat kamu bisa kesini akhirnya, gimana Surabaya panas ya.

 

Ayu mengibaskan tangannya ke rambut, lalu tak lama mereka berdua duduk namun masih saling memegang tangan lekat-lekat.

 

DARA

Sama aja kayak Jakarta.

 

AYU

Aku udah lama enggak ke Jakarta, apalagi sejak ibu udah pindah ke kampung di Solo, rumah di Jakarta juga udah dijual, dan kakakku juga ikut suaminya ke Semarang, jadi maaf kamu yang harus jauh-jauh datang kesini.

 

DARA

Jangan terlalu dipikirin, hitung-hitung sekalian refreshing, sumpek di Jakarta terus, kalau ingat jakarta pasti terus ingat kerjaan.

 

Memperhatikan Ayu dengan seksama

 

DARA (CONT’)

Kamu sekarang lebih ceria lebih rame gitu enggak pendiam kayak dulu.

 

AYU

Masa?

 

DATA

Beneran, lihat tadi siapa yang heboh ngomong panjang lebar.

 

AYU

People change

(Terkesan dengan diri sendiri)

Lihat udah kayak anak zaman sekarang kan, beginilah kalau punya anak yang tiap hari main gadget, lihat medsos, bahkan anakku udah mulai buat channel youtube yang isinya “Hi guys, hi guys”.

 

Ayu geleng-geleng kepala

DARA

Iya aku suka lihat kok kalau kamu lagi share di WA, Terus kenapa enggak diajak kesini siapa, si Ranti, kenapa cuma sendirian aja.

 

AYU

Tadinya sih diajak tapi anak sekarangitu lebih suka dikamarnya seru main online sendiri, gitu lah Dar, nanti kalau kamu punya anak juga ngerasain, atau jangan-jangan pas kamu punya anak mungkin zamannya beda lagi, tahu sendiri zaman cepat berubah.

 

DARA

Iya termasuk kamu dan aku lebih suka kamu yang seperti ini tapi jangan salah aku juga suka kamu yang dulu, sabar, pendengar yang baik dan pemerhati yang jeli, bijaksana, siapa coba yang sabar denger curhatan hati aku kalau bukan kamu, apalagi Zaki, kamu sabar banget sama dia.

 

Menggebrak meja dan menepuk tangan Dara tanda setuju.

 

AYU

Zaki iya betul,,, gimana kabarnya ya, aku kangen banget sama dia, harusnya kita semua ngumpul bareng, bukan cuma kamu sama aku doang

 

Suasana berubah menjadi sunyi sesaat, Dara sempat terdiam hening mendengar kalimat ‘ngumpul bareng’, Ayu yang langsung mengerti dengan situasi yang terjadi hanya diam saja mencoba memahami.

 

DARA

Jadi gimana soal Lara? Apa benar kalau Lara,,,

(Suara Dara tercekat ditenggorokan)

Ngomong-ngomong kamu tahu darimana berita ini?

 

AYU

Dari Zaki, memangnya dia enggak hubungi kamu?

(Dara menggeleng)

Kamu sendiri kemaren sudah datang ngelayat?

(Dara menggeleng lagi)

Kenapa? Bukannya rumahnya juga di Jakarta, maaf bukan bermaksud ikut campur,,,

 

DARA

(Menghela napas)

Aku sendiri juga enggak yakin kenapa, waktu itu aku udah siap-siap, udah rapih, udah segala macam tinggal jalan aja tapi pas mau berangkat aku kayak,,,

 

Airmata Dara tertahan, suaranya tercekat serak

 

DARA (CONT’)

Mungkin,,, karena udah lama aku enggak ketemu dan saling sapa walau sekedar hai, walaupun aku kangen banget dengar suaranya, bukannya aku dulu pernah cerita kalau aku beberapa kali coba ngomong ke dia tetapi enggak pernah ada tanggapan, dia selalu nolak buat ketemu.

 

AYU

Aku tahu, mungkin ia masih marah karena kamu enggak hadir disaat ia membutuhkan tempat berbagi.

 

DARA

Siapa yang bakal ngira kalau ibunya akan mengakhiri hidupnya seperti itu.

 

AYU

Mungkin karena dia sangat sayang sama ibunya makanya begitu terpukul ketika ditinggal ibunya seperti itu, tapi aku juga enggak sangka Lara akan mengikuti jejak ibunya. Padahal aku pikir pas dia nikah sama Satya, mereka bisa hidup bahagia.

 

DARA

Aku sayang banget sama dia, Apa aku memang bukan sahabat yang baik?

(Berwajah sendu)

 

AYU

Siapa yang bisa nentuin kita itu sahabat yang baik atau enggak bagi seseorang, sama halnya kayak kita menjadi orang tua, bisa enggak kita jadi ibu yang baik atau malah sebaliknya. Pas aku baru punya anak, awalnya aku sempat berpikir apakah bisa menjadi ibu yang baik bagi Kiranti, tetapi gak ada faktor yang bisa menentukan kita ibu yang baik atau enggak karena semua pasti berproses, selama kita menyanyangi mereka tanpa pamrih aku rasa itu udah cukup. Siapa yang sangka kita enggak ada disaat mereka membutuhkan.

 

Menggenggam tangan Dara dengan erat.

 

DARA

Tetapi firasatku, bukan cuma soal itu aja yang buat Lara marah sama aku, setelahnya aku ngerasa bersalah dan nyesel karena waktu itu juga berbarengan dengan kegiatan KKN di Jogja, tapi Lara sama sekali menolak permintaan maafku ditelepon, begitu pun selang beberapa waktu pas aku samperin kekosannya, menurut kamu apa mungkin ada penyebab lain?

 

AYU

Setelah dipikir-pikir mungkin kamu ada benarnya, saat itu kamu enggak tahu soal kepergian ibunya dan enggak lama juga udah minta maaf, kalau ia butuh teman bicara pada saat itu kenapa ia enggak bicara sama aku atau Zaki atau Satya karena waktu itu kami ada disana waktu ibunya dikubur, Kalau kamu aja enggak tahu apalagi aku.

(Tiba-tiba Ayu bersemangat)

Kalau begitu kenapa kamu enggak cari tahu, mungkin Zaki tahu sesuatu, dia biar begitu orangnya, suka enggak nyambung dan cuek, tapi biasanya dia cukup peka soal perasaan cewek.

 

DARA

Sejak dia sibuk sama sekolah S2 nya, dia susah dihubungi apalagi diajak janjian, kalau enggak salah di Australia kan?

 

AYU

Iya betul di Ausie, itu kata-kata yang sering ia ucapin,’aduh besok gue udah harus berangkat ke Ausie nih, aduh besok, Ausie, bla, bla, bla’.

(Memperagakan gaya terlalu feminin)

bahkan ketika aku undang dia ke pernikahanku dia cuma sempat kirimin seikat bunga lewat pos, begitu pun dengan amplopnya, seakan-akan aku lebih membutuhkan apa yang dia kasih daripada kehadirannya.

 

DARA

(Mulai tertawa)

Emang dasar si Zaki, Tetapi kamu enggak marah kan dia akhirnya enggak datang.

 

AYU

Ya enggaklah, aku tahu kok dia sibuk banget, dia juga sempat telepon aku kalau memang enggak bisa datang karena waktu itu dia baru beberapa bulan di Australia, tugas kuliahnya juga banyak dan enggak mungkin pulang ke Indonesia.

 

Ayu kaget melihat Dara senyum-senyum kearah lain.

 

AYU (CONT’)

Kamu kenapa?

 

DARA

Aku jadi ingat waktu Zaki sering sekali naikin lengan kamu waktu guru kasih pertanyaan, ‘siapa siswa yang bisa jawab?’

 

AYU

(Antusias)

Iya aku inget betul, enggak cuma itu, dia juga pernah ajuin namaku buat jadi pengurus kelas ditiap semester, bahkan waktu ada pendaftaran siswa yang mau berpidato berbahasa asing didepan guru-guru, Zaki mendaftarkan nama aku coba tanpa konfirmasi dulu, padahal aku paling malas kalau ngomong didepan orang banyak, emang itu anak dasar!

 

DARA

Iya aku ingat, pas kamu pertama kali presentasi pelajaran biologi tentang organisme makhluk hidup didepan kelas, semua kertas yang kamu bawa berhamburan dilantai, dan kamu lupa sama semua materi yang sudah dihapal, endingnya benar-benar kacau.

(Tertawa puas)

 

AYU

Padahal waktu itu Lara udah susah payah bantu aku menghapal, sedang Zaki cuma bisa ngeledek dan buat aku malu saja, tapi sekarang lihat enggak nyangka kan dia jadi apa sekarang, malah aku yang iri dibuatnya.

 

DARA

Tetapi bukannya kamu soulmatenya Zaki, kayaknya dia dulu pernah suka sama kamu, soalnya kalau aku pikir-pikir kalian benar-benar pasangan yang cocok.

 

AYU

Aku sama dia, hahaha.

(Tertawa puas)

 

DARA

Bukannya emang bener yah, kalau bukan Zaki terus siapa lelaki yang kamu suka waktu itu.

 

Dara berusaha mengingat-ingat sesuatu, sedangkan Ayu sedikit terkejut lalu menjadi salah tingkah dan sepertinya mulai menyembunyikan sesuatu.

 

AYU

Udah berpuluh tahun yang lalu Dara, udah lupa juga bagian cinta monyet, lagian yang lalu biarlah berlalu, tetapi benar yah, kalau ingat kejadian dulu, kayaknya pengen balik lagi waktu zaman SMA.

 

Diam sesaat, ada perasaan bersalah jika Dara memulai lagi pembicaraan mengenai kehidupan Lara.

 

DARA

Tetapi waktu Zaki ke pemakaman Lara dia enggak bicara apa-apa soal Satya.

(Salah tingkah)

Maksudnya, perasaan dia setelah ditinggal pergi oleh Lara, atau perihal dibalik alasan Lara ngelakuin hal itu diakhir hayatnya.

 

AYU

Enggak banyak, Zaki cuma sempat ngomong turut berduka cita terus ngomongin proses pemakaman Lara, ia cerita juga sih kalau Lara cuma pengen dekat dengan ibunya, makanya ia dikubur didekat pusara ibunya, tapi waktu Zaki ketemu untuk pertama kalinya dengan Satya setelah sekian lama, Satya kelihatan berubah bnaget maksudku berubah dalam hal negatif, ia bukan seperti cowok keren, cool dan tampan kayak yang kita kenal waktu sekolah dulu. Suaranya juga kata Zaki udah terdengar serak dan berantakan, mungkin karena masih berduka tapi ia udah berubah 180 derajat, begitu sih dari yang kudengar dari Zaki, Satya berubah, Lara berubah aku pun juga begitu, tapi kamu kok bisa sih masih cantik aja dari dulu.

(Terlihat gemas)

 

DARA

(Tersipu malu)

Bisa aja kamu, enggak lihat nih kerutan sana sini, padahal nikah aja belum,,,

(Mengalihkan topik pembicaraan)

Jadi Zaki cuma cerita itu saja.

(Terdengar rasa penasaran)

 

AYU

Kamu enggak ada maksud lain kan?

 

DARA

(Serba salah)

Apanya, aku cuma pengen tahu rinciannya aja, enggak boleh, kita semua kan dulu udah kayak saudara.

 

AYU

Rincinya sih aku enggak begitu tahu. Mungkin kamu bisa tanya sendiri ke Zaki, dan harusnya juga kamu temui dia lebih dahulu sebelum kesini, walau aku tetap senang sih kamu lebih memilih ketemu aku duluan, soalnya aku kangen banget, udah lama ya kita enggak jalan-jalan berdua.

 

DARA

Kamu kan tahu aku sebenarnya enggak begitu suka jalan-jalan, walaupun juga enggak senang jadi anak tunggal sendirian dirumah.

 

AYU

Tapi tetap saja kalau Lara yang ajak kemana pun kamu pergi kamu pasti usahain ikut kan, aku paham kok, apalagi dengan kondisi keluarga Lara yang seperti itu.

 

DARA

Tuh kan kamu memang dari dulu paling bisa ngertiin orang, dan benar seandainya dia juga ada disini?

 

Keduanya diam kembali, merasakan ada sesuatu yang hilang, Dara dan Ayu saling berpandangan seolah perasaan mereka yang bisa berbicara dan tentunya berharap ada Lara diantara mereka.

 

AYU

Jadi kalau kamu pengen mencari tahu kenapa dulu Lara enggak mau bicara lagi sama kamu. Kenapa baru terpikirkan sekarang?

 

DARA

Aku juga enggak tahu pastinya mungkin karena berita kematiannya begitu mendadak apalagi dengan cara yang aku enggak nyangka sama sekali, dulu aku juga berusaha untuk cari tahu, cuma karena kesibukan kampus dan kayaknya kejadian itu terjadi begitu saja kayak aku pikir dia cuma marah sesaat, dan akhirnya aku cuma bisa nunggu, prinsipku sih masalah pasti bisa terselesaikan dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.

 

AYU

Kalau begitu cara kerja masalah, buat apa perusahaan besar merekrut orang-orang pintar tiap tahunnya, kadang waktu enggak selalu bisa nyelesain masalah, hal itu cuma perantara supaya kita bisa menyelesaikan dengan menghargai waktu yang ada, Kalau kamu begitu penasaran mungkin setelah sampai di Jakarta lagi kamu bisa temui Satya, apalagi dulu kalian partner dalam menulis lagu kan.

(Teringat sesuatu)

Ngomong-ngomong kamu masih suka nulis lirik lagu atau puisi gitu, harusnya kumpulan puisi kamu itu dijadiin buku tahu.

 

DARA

(Tertawa keras)

Yang kutulis sekarang itu laporan penjualan, rekap data PO, udah enggak ada tuh nulis-nulis gombal kayak dulu lagi, lagian kamu ingat aja, aku jadi malu soalnya cita-citaku jadi penulis lagu atau penulis buku enggak kesampaian, sekarang yang lebih aku butuhin itu cuan, cuan.

 

AYU

Kamu tuh udah kayak tipe orang-orang metropolitan, dikit-dikit uang, tapi siapa sih yang enggak ingat suara merdu Satya waktu dia ngeluarin suara indahnya, ditambah kalau ia udah megang gitar kesayangannya. Bukannya kamu yang suka bantuin dia nulis lirik lagu, kamu juga suka kan buat sketsa, dan kalau nanti Satya udah jadi penyanyi profesional kamu nanti yang akan buat cover albumnya. Dulu senang banget aku lihat kalian punya impian yang ingin dicapai, coba waktu dulu aku juga punya impian kayak kalian.

 

DARA

Tapi nyatanya semua itu enggak pernah terwujud kan, malahan sekarang kamu dan Zaki yang sukses, yang satu jadi pejabat kementerian yang satu pengusaha, sedangkan aku cuma jadi budak korporat doang.

 

AYU

Aamiin,,, deh kalau dibilang pengusaha, lagian siapa sih yang bisa ngukur kesuksesan seseorang, bukannya bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini juga bisa dibilang sebuah kesuksesan.

 

DARA

Kayaknya kamu leboh cocok jadi guru atau motivator.

 

AYU

Tambah sukses dong aku kalau bisa jadi motivator juga, lagian dorongAN terkuat itu bukan dari seorang motivator tapi dari diri sendiri.

 

Seorang pelayan mendatangi Dara dan Ayu dan menanyakan apa yang ingin dipesan.

 

PELAYAN

Sudah dipiKIrkan mba mau pesan apa?

 

DARA

Aduh, tuh kan lupa sampai mau pesan minuman.

 

AYU

Tapi mbaknya baik deh mau nungguin kita ngobrol panjang lebar dulu.

 

DARA

Untung enggak keburu diusir.

 

Pelayan tersenyum lalu Dara dan Ayu mulai melihat menu yang ada dihadapannya.

 

ZOOM OUT

 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar