Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Hello, Hello Again
Suka
Favorit
Bagikan
8. BAGIAN 8

INT. BIANGLALA ALUN-ALUN BATU – NIGHT

 

Sembari naik bianglala, Ayumi sedang menyantap kembang gula. Sedangkan Damar takut menaikki wahana itu.

 

AYUMI

Ngapain takut? Kita gak akan jatuh kok.

 

Damar tidak menggubris perkataan Ayumi. Ia masih ketakutan. Ayumi yang iseng pun menjahili Damar dengan menggoyang-goyangkan bianglala.

 

DAMAR

(berteriak)
Ayumi! Gak lucu tahu!

 

Ayumi terkekeh-kekeh, sambil menjilati jarinya yang manis karena kembang gula.

 

AYUMI

(mengejek)
Gak lucu tahu. Dasar cowok cemen. Dikagetin dikit takut, sama ketinggian takut.

 

DAMAR

Biarin! Kalau kita jatuh emang kamu kira bakal lucu.

 

Ayumi melihat gemerlap cahaya lampu kota Batu dari bianglala. 360 derajat ia memutar tubuhnya, dan yang ia lihat adalah hamparan lampu-lampu kota.

 

AYUMI

Dari atas sini, kotanya keliatan cantik banget loh. Cantik, kayak hamparan bintang-bintang.

 

Tanpa mengiyakan, Damar setuju dengan perkataan perempuan itu. Mata Damar nampak kagum dengan keindahan kota dari atas ketinggian. Sesuatu yang tak pernah ia lihat sebelumnya.

 

AYUMI

Damar!

 

DAMAR

Iya?

 

AYUMI

Bikinin aku puisi!

 

DAMAR

Gak mau.

 

AYUMI

Aku kan udah nyetirin, kamu sejauh ini. Harusnya kamu berutang budi sama aku.

 

Damar menarik dalam napasnya. Lalu melihat mata Ayumi.

 

DAMAR

Becanda. Selama perjalanan kita menuju Malang. Sebenernya aku udah nulis puisi sih. Ya sekedar coret-coretan doang.

 

AYUMI

Bacain dong.

 

DAMAR

Kamu aja yang baca. Aku udah nulis, masa aku baca juga.

 

AYUMI

  (tertawa)
Dasar. Mana puisinya?

 

Damar mengambil ponselnya. Lalu membuka notes. Damar menyerahkan ponselnya kepada Ayumi.

 

AYUMI

Tak ada kematian hari ini
Tak ada Instastory dari kekasih
dan tak ada penghiburan
bagi dia yang ditinggalkan
Kini orang sudah lupa caranya mati   
setelah matanya terbakar oleh terang
Sebab terang itu baik
Dan sekarang,
Yang tersisa hanyalah luka
Tapi tak jadi masalah
karena aku sudah kalah
sejak dari rahim ibuku
Lagipula,
Hidup ini indah,
Kenapa kita tidak berdansa?

 

AYUMI (CONT’D)

... Bisa nih, kamu masukin ke buku puisi baru.

 

DAMAR

Moga aja bisa.

 

Keduanya saling tersenyum dan kembali melihat pemandangan kota yang indah dari bianglala.

 

INT. DALAM MOBIL – DAY (RAIN)

 

Hujan turun deras. Damar sedang mengarahkan Ayumi menuju rumah orang tuanya yang dekat dengan area persawahan.

 

Kini mereka telah sampai. Ayumi memarkirkan mobilnya di teras rumah. Damar nampak sangat gugup. Namun Ayumi berusaha menguatkannya.

 

AYUMI

  (mengepalkan tangan)
Kamu pasti bisa.

 

Kini, Ayumi dan Damar sudah di depan pintu. Damar memencet bell rumah. Hingga akhirnya pintu rumah terbuka. Ternyata yang membuka adalah Papa Damar. Pria itu menatap Damar agak lama. Papa Damar tak mengucapkan sepatah kata, namun langsung melayangkan pukulan ke wajah anaknya. Damar pun terkapar dan pingsan. Sebelum kesadarannya hilang, Damar hanya mendengar Ayumi berteriak panik menyebut namanya.

 

Damar membuka matanya. Kini ia sudah berada di sofa ruang tamu. Nampak Mama Damar sangat khawatir. Begitu pula dengan Ayumi, ia nampak gelisah. Sedangkan papa Damar tidak terlihat di ruangan itu.

 

MAMA DAMAR

Damar! Kamu gak papa kan?

 

Kepala Damar masih pusing usai dipukul papanya.

 

MAMA DAMAR

Papamu emang udah gila, anak sendiri dipukul kayak gini. Untung kamu gak sampai mati.

 

Damar bangkit dari sofa. Lalu duduk dengan lemas, sambil memegangi wajahnya yang sakit. Ayumi kemudian menempelkan Ice bag di muka Damar. Damar agak meringis sakit ketika es batu itu menempel di wajahnya yang memerah.

 

MAMA DAMAR

Kamu gak papa kan?

 

Damar hanya menganggukkan kepala. Damar tidak berani melihat mata mamanya. Mama Damar kemudian memeluk anaknya dengan erat dan cukup lama.

MAMA DAMAR

Mama kangen kamu.

 

DAMAR

Ma.

 

MAMA DAMAR

Iya?

 

Selama beberapa saat, Damar tidak bisa berkata-kata. Mulutnya seakan tidak bisa lagi digunakan.

 

DAMAR

Maafin aku, Ma.

 

Mamanya hanya tersenyum kecil. Mata mamanya berkaca-kaca. Kemudian mencium kening Damar.

 

MAMA DAMAR

Kamu sama temanmu pasti lapar. Mau mama masakin apa?

 

Damar tidak menjawab. Yang terpikirkan di kepalannya hanyalah penyesalan akan masa lalu. Tiba-tiba Ayumi menyahut.

 

AYUMI

Nasi tempong. Damar bilang dia kangen makan nasi tempong buatan tante.

 

MAMA DAMAR

Oh, iya. Damar suka banget kalau makan nasi tempong.
(memegang tangan Ayumi)
Anu, Maaf. Nama kamu siapa tadi?

 

AYUMI

Nama saya, Ayumi, tante.

 

MAMA DAMAR

(tertawa)
Oh iya. Maaf ya, tante emang pelupa. Ayumi udah pernah makan nasi tempong belum?

 

AYUMI

Belum pernah, Tante.

 

MAMA DAMAR

Suka pedes kan?

 

AYUMI

Sukak, sukak banget.

 

MAMA DAMAR

Kalau begitu, tolong bantu tante metik bahan masaknya di kebun ya.

 

AYUMI

Baik tante.

 

INT. KAMAR TIDUR – DAY (RAIN)

 

Papa Damar diam merenung-memejamkan mata, di pinggiran ranjang. Kamarnya gelap, hanya disinari terang dari luar. Perasaan pria itu bercampur aduk usai memukul anaknya.

 

Terlihat sebuah foto di dinding. Foto tersebut memperlihatkan bahwa papa Damar adalah seorang Purnawirawan Tentara. Nampak juga foto keluarga yang memperlihatkan papa dan mama Damar yang masih muda, dan Damar yang masih kecil.

 

EXT. KEBUN BELAKANG RUMAH – DAY (RAIN)

 

Dengan menggunakan payung, Mama Damar dan Ayumi nampak sibuk memetik sayuran seperti timun, kol, labu siam, bayam, kenikir, kemangi, daun singkong, daun pepaya, cabai rawit, tomat mawar, jeruk limau.

 

Damar tersenyum melihat Ayumi dan Mamanya, di depan pintu menuju kebun.

 

INT. DAPUR – AFTERNOON (RAIN)

 

Mama Damar dibantu memasak oleh Ayumi dan Damar. Meski Terlihat kesulitan dalam memotong-motong tomat dan cabai, namun Ayumi nampak gembira. Begitu pula dengan Damar. Ia tak lagi merasa sedih. Kini ia terlihat lebih santai dan tenang.

 

Mula-mula mereka merebus kol, labu siam, bayam, kenikir, kemangi, daun singkong, daun pepaya. Kemudian Mama Damar mengulek cabai, jeruk limau, tomat, terasi, gula, garam dan msg. Kemudian Mama Damar menanak nasi.

 

Ayumi membantu menyayat belut, nammun ia jijik ketika belutnya masih bergerak. Kemudian Ayumi membantu membumbui dan menggoreng belut dan tahu, namun ia takut ketika minyak panas meledak. Mereka bertiga tertawa.

 

MAMA DAMAR

Tanganmu itu kenapa, Mar?

 

DAMAR

Kecelakaan, Ma.

 

MAMA DAMAR

Ya Tuhan. Kecelakaan gimana?

 

DAMAR

Tabrakan sama truk, Ma, pas lagi nyetir.

 

MAMA DAMAR

Makanya toh, lebih hati-hati lagi kalau nyetir. Gak usah ngebut. Gak papa lama di jalan, asal selamat.

 

AYUMI

Tuh, dengerin.

 

DAMAR

Iya, Ma.

 

MAMA DAMAR

Nak Ayumi ini, pacarnya Damar ya?

 

Ayumi tertawa.

 

DAMAR

Bukaaan, Ma. Ayumi ini temenku.

 

MAMA DAMAR

Mama kirain pacarmu yang baru.
   (tertawa kecil)
Terus, pacarmu gak kamu ajak ke sini? Siapa namanya? Yuli? Yuli apa Yuni?

 

Cukup lama Damar untuk menjawab.

 

DAMAR

Udah putus.

 

Eskpresi Mama Damar agak bersimpati, kemudian tak lagi ingin membahas mengenai mantan Damar. Mama Damar menatap Ayumi.

 

MAMA DAMAR

Damar ini ya, kalau udah makan sambal tempong bikinan tante, bisa nambah nasi 2 piring.

 

AYUMI

Enak banget dong, ya, Tante.

 

MAMA DAMAR

Oh ya jelas lah. Tante udah master, kalau masak beginian.
  (menyendok sedikit sambal)
Coba sini icipin, Yum.

    

Setelah mencicipi sambal itu, Ayumi pun kepedasan. Mama Damar memberikan segelas air putih.

 

MAMA DAMAR

   (tertawa)
Gimana? Mantap kan?

 

AYUMI

Puedess.
  (terengah-engah)
Tapi enak banget.

 

DAMAR

  (tertawa)
BAB-mu ntar pasti lancar, Ay.

 

MAMA DAMAR

  (tertawa)
Namanya juga tempong. Dari bahasa Banyuwangi Osing, Artinya ditampar. Udah Berasa ditampar kan?

 

INT. RUANG MAKAN – NIGHT

 

Ayumi, Damar, dan Mama Damar kini sudah berada di meja makan. Namun Ayumi dan Damar merasa ada yang kurang. Yaitu kehadiran sang papa.

 

AYUMI

Om gak ikut makan, tante?

 

MAMA DAMAR

Orangnya belum mau keluar. Udah, kita makan duluan aja. Ntar kalau udah laper, entar juga bakal ke sini.

 

Ayumi merasa sungkan. Terlebih Damar. Sedari tadi, pria itu merasa tak enak hati.

 

Mama terlebih dahulu menyantap makanan.

 

MAMA DAMAR

Hmm.. enak banget. Belutnya gurih banget.
  (melihat Damar)
Belutnya tadi pagi mama beli di mas Edi. Dia baru ternak belut di rumahnya.

 

Ayumi dan Damar menelan ludah. Mereka pun mencoba nasi tempong tersebut.

 

AYUMI

Enak banget, Tante.

 

MAMA DAMAR

Iya, dong. Kan kita masaknya tadi pakai cinta.

 

AYUMI

Harusnya tante buka restoran. Pasti laris.

 

MAMA DAMAR

Makan yang banyak, Ayumi. Nambah nasinya.

 

AYUMI

Iya, tante. Nanti aja.

 

Ayumi dan Damar terlihat lahap makan. Mereka makan seperti orang yang kelaparan. Selagi mereka sedang asyik makan, tanpa suara, tiba-tiba saja papa Damar muncul, pria itu memandangi mereka. Pria itu menelan ludah.

 

Papa Damar kini berada di meja makan. Pria itu makan dengan perlahan. Dan tak ada ucapan dari mulutnya. Ruang makan menjadi sunyi dan tegang.

 

MAMA DAMAR

Itu yang bumbuin belutnya, Ayumi loh, Pa. Enak kan? Kamu punya bakat masak loh, Yum.

 

AYUMI

Ah, makasih tante.

 

Papa Damar menganggukkan kepala. Namun tidak berkata apa-apa. Ayumi dan Damar kembali melanjutkan makan dengan tegang dan sunyi.

 

MAMA DAMAR

Ayo, tambah lagi nasinya Yum. Makan yang banyak. Gak usah sungkan.

 

AYUMI

Oh iya, tante.
   (Ayumi mengambil satu centong nasi lagi)

 

MAMA DAMAR

Ayumi ini rumahnya mana?

 

AYUMI

Aku dari Jakarta, tante.

 

MAMA DAMAR

Asli Jakarta?

 

AYUMI

Aku asli Jogja, tante. Baru pindah ke Jakarta tahun 2010.

 

MAMA DAMAR

Oalah. Kamu kerjanya apa?

 

AYUMI

Aku travelling blogger, Tante.

 

MAMA DAMAR

Sering liburan dong kamu?

 

AYUMI

Ya bisa dibilang begitu, tante. Hidupku isinya liburan.

 

MAMA DAMAR

Enak banget ya. Tante ajak jalan-jalan dong, Yum. Biar gak di rumah aja. Bosen tante ini kalau di rumah tok.

 

AYUMI

Boleh aja sih, Te. Pasti seru kalau liburan rame-rame. Tante mau liburan ke mana?

 

MAMA DAMAR

Ke mana ya? Tante udah lama gak main ke Banyuwangi. Di sana pantainya bagus-bagus loh. Kamu udah pernah main ke sana?

 

AYUMI

Belum sih, saya ke sana, cuma lewat doang, pas mau ke Bali.

 

MAMA DAMAR

Tante juga pengen ke Jakarta sih. Pengen ke Seaworld. Soalnya Tante suka banget lihat ikan.

 

AYUMI

Oalah, iya, nanti kalau tante ke Jakarta, hubungi Ayumi aja. Ntar kita liburan bareng ke Seaworld

 

MAMA DAMAR

             (berteriak)
Oh, iya.

         

Ayumi kaget mendengar teriakan spontan mama Damar.

 

MAMA DAMAR

Tante lupa, kalau punya sinom di kulkas. Ayumi pernah minum sinom?

 

AYUMI

Sinom? Apa itu?

 

MAMA DAMAR

Sinom itu jamu, Yum.

 

AYUMI

Ah, saya gak pernah minum jamu, tante.

 

MAMA DAMAR

(bangkit berdiri menuju kulkas)
Rugi banget kamu kalo belum pernah minum sinom. Sinom ini manis. Gak pahit sama sekali.
(menuangkan sinom ke gelas Ayumi, Damar, dan Papa Damar)
Coba diminum, Yum.

 

AYUMI

  (mencium aroma jamu lalu meminum)
Eh iya dong, gak pahit.

 

MAMA DAMAR

Suka?

 

AYUMI

Sukaaa.

 

MAMA DAMAR

Nanti tante kasih oleh-oleh sinom. Biar bisa diminum di jalan.

 

AYUMI

 Wah, makasih banyak ya, tante.

 

Meski Mama Damar sudah berusaha memecah suasana. Damar dan papanya tetap saja tidak menampilkan ekspresi senang. Keduanya tetap dingin dan tak bersuara.

 

Beberapa saat kemudian, setelah meletakkan sendok di atas piring. Papa Damar melontarkan tanya.

 

PAPA DAMAR

Kenapa kepikiran pulang?

 

Semua mata menuju Papa Damar. Suasana menjadi tegang mendegar perkataan sang papa. Butuh waktu agak lama bagi Damar menjawab pertanyaan itu.

 

DAMAR

Sebenarnya ada yang mau aku omongin sama Papa dan Mama ...

 

PAPA DAMAR

  (menyela)
Apa? Mau laporan kalau kamu udah putus sama pacarmu?! Nyesel sekarang? Nyesel karena gak percaya apa yang papa bilang?

 

DAMAR

... Iya aku emang udah putus. Tapi aku bukan mau ngomong soal itu ...

 

PAPA DAMAR

  (kembali menyela)
Terus soal apa? Kamu mau minta restu kami buat nikahin dia?

 

MAMA DAMAR

Pa ...

 

DAMAR

Enggak, aku juga bukan mau ngomong soal itu. Makanya omonganku jangan dipotong dulu.

 

Damar mengambil napas. Ia memikirkan kata-kata untuk disampaikan pada keluarganya.

 

DAMAR

Sebelumnya, aku pengen minta maaf karena udah pernah ninggalin papa mama 5 tahun ini. Aku tahu aku salah. Dan mungkin hari aku udah dapet karmanya dari Tuhan. Jadi, tujuan Damar ke sini itu mau bilang ke papa dan mama, kalau aku kena kanker.

 

Papa Damar terdiam dan menatap dengan kaget. Mama Damar menutup mulut lantaran terkejut akan ucapan anaknya.

 

DAMAR

Aku kena kanker payudara stadium dua.

 

PAPA DAMAR

Gausah bohong. Mana bisa, cowok kena kanker payudara.

 

DAMAR

Ngapain bohong, Pa. Lagian aku udah periksa ke dokter. Dan dokter mendiagnosaku kena kanker payudara stadium dua.

 

Mata mama terlihat berkaca-kaca. Namun masih belum terlihat menetes.

 

MAMA DAMAR

Kapan kamu periksa?

 

DAMAR

2 bulan lalu.

 

MAMA DAMAR

Kenapa kamu gak hubungi mama dari 2 bulan lalu?

 

DAMAR

Aku gak bisa hubungi Mama. Nomor mama udah ganti.

 

Selama beberapa saat, suasana meja makan menjadi sunyi. Papa Damar tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menahan perasaannya. Begitu pula dengan Mama Damar. Wanita itu panik, namun mencoba tetap tenang. Raut wajahnya sedih.

 

Suara guntur menggelegar. Hujan kembali turun dengan deras.

 

Ayumi yang sedari tadi, menyimak obrolan mereka, juga merasakan kesedihan yang sama.

 

Tiba-tiba, Papa Damar bangkit dari kursi. Tanpa kata apa-apa ia kembali ke kamar. Hanya menyisakan Ayumi, Damar, dan Mama Damar. Mama Damar masih terlihat diam dan bersedih.

 

Mama Damar kemudian bangkit dari kursi, ia kemudian keluar rumah tanpa payung, walau di luar ruma sedang turun hujan.

Damar dan Ayumi pun menjadi bingung.

 

DAMAR

Ma, mau ke mana, Ma?
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar