Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. BIANGLALA ALUN-ALUN BATU – NIGHT
Sembari naik bianglala, Ayumi sedang menyantap kembang gula. Sedangkan Damar takut menaikki wahana itu.
AYUMI
Damar tidak menggubris perkataan Ayumi. Ia masih ketakutan. Ayumi yang iseng pun menjahili Damar dengan menggoyang-goyangkan bianglala.
DAMAR
Ayumi terkekeh-kekeh, sambil menjilati jarinya yang manis karena kembang gula.
AYUMI
DAMAR
Ayumi melihat gemerlap cahaya lampu kota Batu dari bianglala. 360 derajat ia memutar tubuhnya, dan yang ia lihat adalah hamparan lampu-lampu kota.
AYUMI
Tanpa mengiyakan, Damar setuju dengan perkataan perempuan itu. Mata Damar nampak kagum dengan keindahan kota dari atas ketinggian. Sesuatu yang tak pernah ia lihat sebelumnya.
AYUMI
DAMAR
AYUMI
DAMAR
AYUMI
Damar menarik dalam napasnya. Lalu melihat mata Ayumi.
DAMAR
AYUMI
DAMAR
AYUMI
Damar mengambil ponselnya. Lalu membuka notes. Damar menyerahkan ponselnya kepada Ayumi.
AYUMI
AYUMI (CONT’D)
DAMAR
Keduanya saling tersenyum dan kembali melihat pemandangan kota yang indah dari bianglala.
INT. DALAM MOBIL – DAY (RAIN)
Hujan turun deras. Damar sedang mengarahkan Ayumi menuju rumah orang tuanya yang dekat dengan area persawahan.
Kini mereka telah sampai. Ayumi memarkirkan mobilnya di teras rumah. Damar nampak sangat gugup. Namun Ayumi berusaha menguatkannya.
AYUMI
Kini, Ayumi dan Damar sudah di depan pintu. Damar memencet bell rumah. Hingga akhirnya pintu rumah terbuka. Ternyata yang membuka adalah Papa Damar. Pria itu menatap Damar agak lama. Papa Damar tak mengucapkan sepatah kata, namun langsung melayangkan pukulan ke wajah anaknya. Damar pun terkapar dan pingsan. Sebelum kesadarannya hilang, Damar hanya mendengar Ayumi berteriak panik menyebut namanya.
Damar membuka matanya. Kini ia sudah berada di sofa ruang tamu. Nampak Mama Damar sangat khawatir. Begitu pula dengan Ayumi, ia nampak gelisah. Sedangkan papa Damar tidak terlihat di ruangan itu.
MAMA DAMAR
Kepala Damar masih pusing usai dipukul papanya.
MAMA DAMAR
Damar bangkit dari sofa. Lalu duduk dengan lemas, sambil memegangi wajahnya yang sakit. Ayumi kemudian menempelkan Ice bag di muka Damar. Damar agak meringis sakit ketika es batu itu menempel di wajahnya yang memerah.
MAMA DAMAR
Damar hanya menganggukkan kepala. Damar tidak berani melihat mata mamanya. Mama Damar kemudian memeluk anaknya dengan erat dan cukup lama.
MAMA DAMAR
DAMAR
MAMA DAMAR
Selama beberapa saat, Damar tidak bisa berkata-kata. Mulutnya seakan tidak bisa lagi digunakan.
DAMAR
Mamanya hanya tersenyum kecil. Mata mamanya berkaca-kaca. Kemudian mencium kening Damar.
MAMA DAMAR
Damar tidak menjawab. Yang terpikirkan di kepalannya hanyalah penyesalan akan masa lalu. Tiba-tiba Ayumi menyahut.
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
INT. KAMAR TIDUR – DAY (RAIN)
Papa Damar diam merenung-memejamkan mata, di pinggiran ranjang. Kamarnya gelap, hanya disinari terang dari luar. Perasaan pria itu bercampur aduk usai memukul anaknya.
Terlihat sebuah foto di dinding. Foto tersebut memperlihatkan bahwa papa Damar adalah seorang Purnawirawan Tentara. Nampak juga foto keluarga yang memperlihatkan papa dan mama Damar yang masih muda, dan Damar yang masih kecil.
EXT. KEBUN BELAKANG RUMAH – DAY (RAIN)
Dengan menggunakan payung, Mama Damar dan Ayumi nampak sibuk memetik sayuran seperti timun, kol, labu siam, bayam, kenikir, kemangi, daun singkong, daun pepaya, cabai rawit, tomat mawar, jeruk limau.
Damar tersenyum melihat Ayumi dan Mamanya, di depan pintu menuju kebun.
INT. DAPUR – AFTERNOON (RAIN)
Mama Damar dibantu memasak oleh Ayumi dan Damar. Meski Terlihat kesulitan dalam memotong-motong tomat dan cabai, namun Ayumi nampak gembira. Begitu pula dengan Damar. Ia tak lagi merasa sedih. Kini ia terlihat lebih santai dan tenang.
Mula-mula mereka merebus kol, labu siam, bayam, kenikir, kemangi, daun singkong, daun pepaya. Kemudian Mama Damar mengulek cabai, jeruk limau, tomat, terasi, gula, garam dan msg. Kemudian Mama Damar menanak nasi.
Ayumi membantu menyayat belut, nammun ia jijik ketika belutnya masih bergerak. Kemudian Ayumi membantu membumbui dan menggoreng belut dan tahu, namun ia takut ketika minyak panas meledak. Mereka bertiga tertawa.
MAMA DAMAR
DAMAR
MAMA DAMAR
DAMAR
MAMA DAMAR
AYUMI
DAMAR
MAMA DAMAR
Ayumi tertawa.
DAMAR
MAMA DAMAR
Cukup lama Damar untuk menjawab.
DAMAR
Eskpresi Mama Damar agak bersimpati, kemudian tak lagi ingin membahas mengenai mantan Damar. Mama Damar menatap Ayumi.
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
Setelah mencicipi sambal itu, Ayumi pun kepedasan. Mama Damar memberikan segelas air putih.
MAMA DAMAR
AYUMI
DAMAR
MAMA DAMAR
INT. RUANG MAKAN – NIGHT
Ayumi, Damar, dan Mama Damar kini sudah berada di meja makan. Namun Ayumi dan Damar merasa ada yang kurang. Yaitu kehadiran sang papa.
AYUMI
MAMA DAMAR
Ayumi merasa sungkan. Terlebih Damar. Sedari tadi, pria itu merasa tak enak hati.
Mama terlebih dahulu menyantap makanan.
MAMA DAMAR
Ayumi dan Damar menelan ludah. Mereka pun mencoba nasi tempong tersebut.
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
Ayumi dan Damar terlihat lahap makan. Mereka makan seperti orang yang kelaparan. Selagi mereka sedang asyik makan, tanpa suara, tiba-tiba saja papa Damar muncul, pria itu memandangi mereka. Pria itu menelan ludah.
Papa Damar kini berada di meja makan. Pria itu makan dengan perlahan. Dan tak ada ucapan dari mulutnya. Ruang makan menjadi sunyi dan tegang.
MAMA DAMAR
AYUMI
Papa Damar menganggukkan kepala. Namun tidak berkata apa-apa. Ayumi dan Damar kembali melanjutkan makan dengan tegang dan sunyi.
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
Ayumi kaget mendengar teriakan spontan mama Damar.
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
MAMA DAMAR
AYUMI
Meski Mama Damar sudah berusaha memecah suasana. Damar dan papanya tetap saja tidak menampilkan ekspresi senang. Keduanya tetap dingin dan tak bersuara.
Beberapa saat kemudian, setelah meletakkan sendok di atas piring. Papa Damar melontarkan tanya.
PAPA DAMAR
Semua mata menuju Papa Damar. Suasana menjadi tegang mendegar perkataan sang papa. Butuh waktu agak lama bagi Damar menjawab pertanyaan itu.
DAMAR
PAPA DAMAR
DAMAR
PAPA DAMAR
MAMA DAMAR
DAMAR
Damar mengambil napas. Ia memikirkan kata-kata untuk disampaikan pada keluarganya.
DAMAR
Papa Damar terdiam dan menatap dengan kaget. Mama Damar menutup mulut lantaran terkejut akan ucapan anaknya.
DAMAR
PAPA DAMAR
DAMAR
Mata mama terlihat berkaca-kaca. Namun masih belum terlihat menetes.
MAMA DAMAR
DAMAR
MAMA DAMAR
DAMAR
Selama beberapa saat, suasana meja makan menjadi sunyi. Papa Damar tidak bisa berkata apa-apa. Ia hanya menahan perasaannya. Begitu pula dengan Mama Damar. Wanita itu panik, namun mencoba tetap tenang. Raut wajahnya sedih.
Suara guntur menggelegar. Hujan kembali turun dengan deras.
Ayumi yang sedari tadi, menyimak obrolan mereka, juga merasakan kesedihan yang sama.
Tiba-tiba, Papa Damar bangkit dari kursi. Tanpa kata apa-apa ia kembali ke kamar. Hanya menyisakan Ayumi, Damar, dan Mama Damar. Mama Damar masih terlihat diam dan bersedih.
Mama Damar kemudian bangkit dari kursi, ia kemudian keluar rumah tanpa payung, walau di luar ruma sedang turun hujan.
Damar dan Ayumi pun menjadi bingung.
DAMAR