Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
INT. APARTEMEN DAMAR - EARLY DAY
Alarm berbunyi, Damar bangun dari tidurnya, ia agak kaget karena mimpi anehnya barusan. Napas Damar tersengal-sengal.
Damar kemudian memainkan musik Jailhouse Rock di perangkat Alexa, kemudian ia membuat kopi dengan mesin kopi, melakukan olahraga sit up singkat, mandi, menyiram bunga hias di balkon.
Damar menirimkan pesan selamat pagi, namun tak ada balasan dari Mei. Profil Ayumi juga menjadi kosong.
Pria itu terlihat melingkari sebuah tanggalan meja kecil, dengan spidol merah. 3 hari lagi, Damar berencana untuk menjalani konsultasi dengan dokter kanker di rumah sakit.
Kemudian Damar terlihat bekerja di laptopnya. Ia terlihat sedang menerjemahkan puisi inggris ke Indonesia.
Damar kembali mengecek ponselnya di siang hari, namun masih belum ada pesan dari Mei, meski pesannya telah terkirim dari tadi pagi.
Beberapa saat kemudian, ponsel Damar mengeluarkan notifikasi. Voicenote dari Mei. Damar merasa ada yang salah. Namun ia tetap memberanikan diri untuk memutar file rekaman suara tersebut.
MEI (V.O)
Benar saja, Damar pun kebingungan dan terkejut usai mendengar pesan suara dari Mei. Kemudian Damar berusaha menghubungi nomor Mei.
DAMAR
Namun Mei menolak mengangkat telepon dari Damar. Berulangkali Damar mencoba menghubungi, namun selalu ditolak. Penolakan telepon Mei membuat pria itu semakin bingung dan marah. Bahkan saking marahnya, Damar sampai menggebrak meja kerja dengan keras.
Tanpa pikir panjang, Damar mengambil kunci mobil, bergegas menuju mobil untuk pergi menemui Mei di rumahnya. Saking emosinya, Damar bahkan sampai tega menghiraukan seorang kakek tua yang memintanya untuk menahan pintu lift. Kakek tua itu juga hendak turun menggunakan lift. Namun Damar malah menekan tombol close berkali-kali.
INT. MOBIL – JALANAN - DAY
Dalam keadaan marah, Damar mengendarai mobilnya dengan ugal. Hampir semua kendaraan yang ia temui diklakson olehnya. Beberapa kali Damar juga membalap kendaraan lain. Membalap dari kanan dan kiri. Bahkan saking tak sabarnya, Damar nekat menerabas lampu merah. Namun sungguh tak diduga, kendaraan Damar malah bertabrakan dengan truk, sehingga mobilnya terguling. mengakibatkan Damar yang malang tak sadarkan diri.
FADE OUT:
INT. KAMAR RUMAH SAKIT – AFTERNOON
Damar tengah bersandar di ranjang rumah sakit. Nampak di meja ada bunga, dan ucapan agar cepat sembuh dari teman Damar yang sesama penulis.
Tiba-tiba ada rombongan orang yang hendak datang mengunjungi temannya, namun sepertinya mereka salah kamar. Dan malah masuk ke dalam kamar inap Damar. Orang-orang itu kemudian sadar bahwa mereka salah memasuki kamar inap. Kemudian rombongan iu keluar dan menutup pintu tanpa meminta maaf.
Wajahnya memar dan tangan kirinys patah, sehingga harus di gips. Sorot mata Damar menjelaskan segala kesedihannya. Ia kini sendirian. Ia merasa kesepian.
Pria itu kemudian mencoba meraih ponselnya yang berada di atas meja di samping ranjang. Agak berapa lama ia kesulitan meraih ponselnya. Ketika berhasil mengambil ponsel, Damar kembali mencoba menghubungi Mei. Namun ternyata Mei telah memblokir nomor telepon Damar. Begitu pula dengan sosial media yang lain. Tak ada kata-kata, pria itu hanya kecewa.
INT. TAXI ONLINE - NIGHT
Beberapa hari rawat inap di rumah sakit, Damar pun pulang menggunakan taxi, kini ia sudah berpakaian rapi, matanya menatap macetnya Jakarta di malam hari. Kini wajahnya tak selebam sebelumnya. Di Lampu merah, Damar melihat bocah laki-laki cilik yang ceria, dibonceng di depan, bersama kedua orang tuanya.
INT. APARTEMEN - NIGHT
Sesampainya di apartemen, Damar memilih untuk berbaring di ranjang. Dari kamar sebelah, terdengar seseorang bermain komposisi Chopin Nocturne No.9 Op.2 dengan cello. Musik tersebut menemani malam Damar yang melelahkan sekaligus menyedihkan. Musik tersebut terasa menenangkan. Namun, belum selesai, musik tersebut berhenti tiba-tiba. Terdengar pemain musik itu bertengkar dengan pasangannya. Lalu terdengar pecahan barang berbahan kaca. Hingga suara pertengkaran itu kian lama kian meredup seiring Damar kehilangan kesadarannya.
FADE OUT:
FADE IN:
INT. TEPI JURANG – DAY (RAIN)
Damar kini bermimpi berada dekat tepian jurang, tak jauh dari pantai. Angin ditempat itu sungguh kencang, rambut pria itu berantakan. Langit terlihat mendung gelap, lalu hujan turun dengan deras.
Tepat di tepian jurang, terlihat dua orang paruh baya, orang yang sama muncul di mimpi sebelumnya. Mereka adalah orang tua Damar.
DAMAR
Papa Damar terlihat marah sekaligus kecewa. Sedangkan Mamanya terlihat sedih. Perempuan itu menangis tersedu-sedu. Damar sendiri terlihat sedih, ia merasa telah mengecewakan orang tuanya.
Beberapa saat kemudian orang tuanya sama-sama melompat ke jurang. Melihat hal itu, Damar berteriak kencang. Kepalanya kemudaian terasa berputar-putar.
INT. KAMAR MANDI – DAY
Damar berendam di bathtub. Matanya melamun. Air mengaliri bathtub hingga luber. Damar membungkus tangan kirinya yang patah dengan cast cover agar tidak terendam langsung oleh air, sedangkan tangan kanannya menggenggam botol Whiskey yang tersisa hanya sedikit. Damar kemudian membiarkan botol whiskey itu mengapung di air bathtub. Kemudian pria itu menenggelamkan kepalanya ke dalam air. Dalam waktu yang cukup lama, seolah-olah ia hendak bunuh diri, namun tidak.
INT. KATEDRAL - NIGHT
Paduan suara gereja yang beranggotakan anak-anak remaja, sedang bernyanyi Ave Maria komposisi Franz Schubert.
DAMAR masih bersedih, pikirannya kacau. Selama beberapa saat, ia memandangi patung Bunda Maria. Tiba-tiba Damar teringat akan mamanya yang telah ia tinggal selama 5 tahun. Ia menjadi sangat sedih.
Terhanyut oleh suasana, Damar pun ikut bernyanyi Ave Maria, namun sambil menangis seperti anak kecil, dan tangisannya makin lama makin keras.
Seluruh jemaat gereja pun kebingungan melihat tingkah DAMAR. DAMAR kemudian menendang-nendang kursi di depannya untuk melampiaskan rasa sedih. Bocah perempuan di samping DAMAR pun menangis karena ketakutan.
INT. BAR – NIGHT
Setelah menghabiskan beberapa gelas minuman alkohol, Damar kini menjadi sangat mabuk, ia menangis sendirian. Damar juga terlihat komat-kamit tidak jelas dengan suara yang pelan. Tapi kurang lebih terdengar seperti kata-kata permintaan maaaf. Ketika Bar yang cukup ramai tersebut memutarkan lagu What a Wonderful World – Louis Armstrong.
Setelah terbuai oleh musik itu, Damar pun bangkit berdiri untuk berdansa. Dansanya lucu namun selaras dengan ketukan musik yang sedang berlangsung.
Damar berdansa agak lama. Orang-orang tertawa melihat tingkahnya. Bahkan ada orang yang nampak merekam Damar berdansa sendirian. Ketika ia asyik dansa, tak sengaja Damar bertabrakan dengan seorang pria berbadan tegap, hingga Damar terjatuh. Pria tersebut kemudian membantu Damar berdiri sembari mengucapkan permintaan maaf. Damar berdiri dengan sempoyongan.
DAMAR
Kemudian Damar meraih gelas, dan langsung menghantamkan ke kepala pria berbadan tegap itu. Pria itu bercucuran darah. Tak terima, si pria berbadan tegap balik membalas menghajar Damar dengan beberapa pukulan hingga Damar tumbang.
INT. APARTEMEN – NIGHT
Damar mengompres mukanya yang habis dipukuli itu dengan es batu. Mukanya terlihat bengkak. Matanya seakan hampir tidak bisa dibuka. sembari menyalakan ponsel, ia melihat foto-foto momen menggembirakan bersama Mei. Damar tersenyum. Usai puas menatap foto kenangan bersama Mei, Damar menghapus foto-foto tersebut.
Kemudian Damar kembali teringat akan mamanya. Pria itu pun mencari kontak sang mama. Awalnya ia agak ragu-ragu untuk menelepon mamanya. Butuh waktu beberapa saat baginya untuk yakin menghubungi.
Ketika sudah yakin menelepon, ternyata nomor itu sudah tak lagi digunakan oleh mama Damar. Nomor tersebut kini digunakan oleh wanita Batak. Wanita itu marah-marah karena Damar menghubunginya di tengah malam. Damar segera mematikan telepon tersebut.
Kemudian Damar beranjak dari sofa, menyalakan komputer dan membuka folder yang berisi kenangan bersama keluarganya. Damar membuka video mamanya yang sedang tidur mengorok dan video ketika mamanya sedang melakukan senam kesehatan depan TV. Damar tertawa kecil.
Lalu Damar membuka maps. Melihat jarak Jakarta ke Malang. Dia terlihat bingung untuk beberapa saat. Ia berpikir sejenak. Damar kemudian mengetikkan kata kunci: Website Mencari Teman Travelling. Kemudian ia menemukan website “Travelling With Stranger”. Damar pun mendaftarkan akun di website tersebut. Lalu memasukkan kota yang ingin dikunjungi dan menggunakan kendaraan apa. Damar mengetikkan Jakarta-Malang dan memilih mobil. Lalu muncul sebuah akun. Akun itu bernama Mr. J Cox. Dengan avatar wajah pegulat WWE, Undertaker. Damar pun membuat janji bertemu setelah melihat nomor ponsel akun tersebut yang tertera di profil.
Damar terdiam. Matanya seakan menerawang hal yang tak bisa digapainya. Dari kamar apartemen sebelah, kembali terdengar seorang bermain cello. Ia memainkan kompsisi Franz Liszt: Liebestraum dengan sempurna. Seiring mengalunnya musik tersebut, Damar meneteskan air mata, sambil mengusap-usap wajahnya.
Malam berlalu. Alarm Berbunyi. Damar beranjak dari ranjangnya. Alexa memutar lagu Know Your Enemy – Green Day, kemudian Damar menyirami bunga, Mandi, berpakaian, memakai skincare dan parfum, lalu menutup pintu kamar apartemen.