Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Hello, Hello Again
Suka
Favorit
Bagikan
1. BAGIAN 1
HELLO, HELLO AGAIN
WRITTEN BY: JOSHUA VINCENTIUS



INT. RUANGAN DOKTER - MORNING

Terdengar suara detik jam di ruangan dokter yang tenang dan sunyi. Ruangan itu nampak putih dan bersih. Ruangan itu terang karena cahaya matahari bisa masuk dengan mudah. Cuaca nampak hangat. Hanya ada dua orang di ruangan dokter. Seorang pasien dengan postur tubuh tinggi dan agak kurus dan seorang dokter pria yang usianya 50an.

Mata seorang pria berumur 30 tahun itu, sedang tersorot, matanya yang nampak berkantung—indikasi ia kelelahan—kini berkaca-kaca. Ia kaget dan kebingungan akan ucapan yang disampaikan oleh sang dokter sebelumnya. 

DAMAR

   (kaget)
Kanker payudara?

 

DAMAR (CONT'D)

Kanker payudara? Mana mungkin Dok? Yang bener aja?!

 

DOKTER (O.S.)

Sayangnya, memang demikian, Pak Damar. hasil dari MRI, menunjukkan adanya sel kanker dan tumor yang berukuran 3,5 cm.

 

DOKTER (CONT'D)

Dan pada intinya, ini adalah kanker payudara stadium dua …

 

DAMAR

Bagaimana bisa, Dok?

 

DAMAR yang merasa bingung dan takut, tak lagi bisa mendengar suara dokter tersebut. Telinga Damar berdengung. Sehingga, hanya terlihat gerakan bibir si dokter saja tanpa suara. Damar juga tak lagi mengeluarkan satu kata pun, ia hanya terdiam dan kaget.

 

INT. RESTORAN MEWAH - NIGHT

 

DAMAR sedang makan malam di sebuah restoran bersama pacarnya, Mei, usia 28 tahun, berwajah cantik dan mengenakan make-up ala selebritis media sosial, Mei juga mengenakan dress yang bagus warna hitam. Damar dan Mei sedang makan steak wagyu di restoran yang tidak terlalu ramai tamu.

 

Samar-samar terdengar instrumental jazz yang dimainkan oleh musisi restoran tersebut. Terdapat pemain piano, drum, kontrabas, dan gitar. Musik jazz yang tenang, semakin menambah ambience mewah pada restoran itu.

 

MEI

Sayang? Sayang? Ngapain sih ngelamun?

 

DAMAR

Enggak ada apa-apa kok.

 

MEI

Hmm, Okay …

 

Mei nampak sibuk memotret makanan dan memamerkannya di sosial media dengan tulisan: Maka nikmat Tuhan mana yang kamu dustakan?

 

Damar hanya memainkan pisau steak. Lalu diam melamun. Wajahnya nampak lesu.

 

MEI

Kamu gak makan? Udah bayar mahal-mahal malah gak dimakan.

 

Damar masih saja melamun.

 

MEI (CONT'D)

Sayang!

 

DAMAR

Iya?

 

MEI

Why? Dapat bad review lagi dari kritikus?

 

DAMAR

… Enggak kok.

 

MEI

Daritadi ngelamun mulu.

 

Mei menyantap makanannya.

 

MEI (CONT'D)

Emang ya, steak wagyu A5 itu tasty banget. Ada harga, ada rasa.
   (Menggoyangkan kepala)
Oh my God. Rasanya tuh pecah banget di mulut. Dagingnya lembut. So, Creamy, just like butter. Ini baru definisi dari foodgasm.

 

Mei meletakkan garpu dan sendok, kemudian meminum wine di gelasnya.

 

         MEI

Aku mau julid bentar deh. You know, temen kantorku, si Asti, cewek yang matanya bulet gede, literally kayak Sugar Glider, yang biasa aku julidin itu. Masa nih ya, dia baru beli iPhone 14 pro max aja songong banget. Flexing di IG story, di Whatsapp story, trus di kasih tulisan: USAHA KERAS TIDAK AKAN MENGKHIANATI. Katrok banget gak sih? Katrok banget kan ya. Lagian nih, bayar pake paylater aja bangga. Haduh, Asti, Asti. Apa gak malu ya, kek gitu itu?

 

Damar hanya pura-pura tersenyum. Namun isi kepalanya pergi ke mana-mana.

 

MEI

Atau mungkin nih ya ... jangan-jangan ... dia dijajanin sama om-om kali ya. Hiii ... so digusting deh. Dia tuh keliatannya doang kayak anak baik-baik, tapi ya sebenernya bitchy. I’m totally sure.

 

MEI (CONT'D)

Kamu gak makan? Kamu kok keliatan gak ada selera gitu sih? Sakit loh entar, kalo gak makan.

 

DAMAR

Selera kok.
  (menyantap steak tanpa selera)

 

MEI

Kamu gak suka ya, sama resto rekomendasi aku ini?

 

DAMAR

Suka. Kenapa harus gak suka?

 

MEI

I don’t know, kali aja kamu kebanyakan makan di warteg jadi gak suka.

 

MEI (CONT’D)

   (menodongkan pisau steak ke Damar)   
I know, kamu nyimpen secret dari aku kan. Kenapa gak cerita? Atau kamu lagi mikiran mantanmu?

 

DAMAR

Enggak, Sayang.

 

MEI

Or maybe, kamu mikirin cewek lain.

 

DAMAR

Nooo. Satu-satunya wanita yang kupikirin saat ini cuma kamu, Mei.

 

MEI

             (nadanya tidak percaya)

Oh ya, masa siiih.

 

DAMAR

... Sejujurnya, aku mau tanya sesuatu.

 

MEI

   (jawabnya dengan malas)
Apa?

 

DAMAR

Kamu sedih gak, kalau aku mati duluan?

 

MEI

Not really ya, kalau kamu mati duluan ya cari boyfriend yang lebih tajir lah biar gak sedih.
(Tertawa menyindir, karena dia masih sebal
pada Damar)

 

Damar terkejut mendengar respon pacarnya. Damar tak menyangka, Mei akan mengeluarkan ucapan semacam itu, sekalipun hanya untuk bercanda. Rasa takut kehilangan Mei dan insecure pada diri Damar semakin besar.

 

DAMAR

   (sedih)
Kamu bener bakal kayak gitu?

 

Mengetahui bahwa Damar menanggapi guyonanannya yang tidak lucu itu dengan respon yang serius, Mei merasa agak bersalah. Ia mencoba meluruskan ucapannya barusan agar Damar tidak semakin salah paham.

 

MEI

Nggak lah sayang, it’s a joke. Baperan banget sih. Yang pasti, aku bakal sad banget dong, ditiggal pacar sebaik kamu. Kenapa sih kamu tanya kayak gitu? Pamali tau.

 

Damar terlihat ragu-ragu dalam mengutarakan perasaannya. Namun di sisi lain, Damar merasa wajib untuk memberi kepada Mei yang sebenarnya terjadi, meski dengan ucapan yang memutar-mutar atau tak langsung pada poin yang ingin disampaikan.

 

DAMAR

Cuma penasaran aja. Aku takut ditinggal pergi sama kamu.

 

MEI

Are you okay, honey? Kamu aneh banget hari ini.

 

Mei lalu menggenggam tangan Damar. Mei tahu bahwa Damar sedang berusahan memberitahunya sesuatu. Akhirnya, ia mencoba menenangkan Damar dengan sentuhan.

 

Dan benar saja, sentuhan membuat hati Damar berubah menjadi lebih tenang dan aman.

 

DAMAR

   (tersenyum)
Iya.

 

DAMAR (CONT’D)

Aku sayang kamu, Mei.

 

MEI

I love you more.

 

DAMAR

Tau gak sih, selama beberapa bulan terakhir, aku ingin banget segera nikahin kamu. Sumpah, aku mau berakhir padamu.

 

MEI

Me too!

 

Damar kembali ingin menyampaikan apa yang sedang terjadi kepada Mei. Namun masih tetap dengan cara yang memutar-mutar. Pria itu sedang memilih momen yang pas. Selain itu, ia juga ingin memastikan bahwa Mei benar-benar tetap mau menerima dirinya meski dalam keadaan sakit.

 

DAMAR

Mei ... semisal kita udah nikah. Dan kemudian aku punya penyakit keras dan merepotkanmu, kira-kira kamu mau gak ngerawat aku? Kamu masih sayang sama aku gak?

 

Mei terdiam sejenak. Ia berpikir agak lama. Mei merasa ada yang janggal. Dalam benaknya, Mei sebenarnya merasa takut, bila Damar menderita penyakit keras. Mei berharap Damar tidak akan menderita penyakit keras apapun di kemudian hari.

 

MEI

   (Gugup)
Ya … of course, sayang.
   (Minum wine)

 

Damar tersenyum lega. Sedangkan Mei semakin merasa ada yang janggal pada diri Damar. Sekarang giliran Mei yang menjadi gugup. Beberapa kali ia menjadi salah tingkah. Rasa paniknya bisa terlihat ketika Mei berkali-kali menggoyangkan kakinya, dan berkali-kali memegang dan membetulkan posisi rambutnya.

 

MEI

Sayang, kenapa emangnya, kamu nanya kayak gitu ke aku?

 

DAMAR

Sebenernya, Aku ngidap kanker, Mei.

 

MEI

   (matanya membelalak)
Hah? are you serious?

 

DAMAR

Iya, dokter diagnosa aku kena kanker payudara.

 

Mei kemudian tertawa keras dan lama. Mei tertawa sambil menahan perutnya. Bahkan saking puasnya Mei tertawa, sampai-sampai ia mengeluarkan air mata. Mei kemudian menyeka air matanya dengan tisu. Sedangkan Damar kebingungan dengan tawa pacarnya itu.

 

MEI

Ya Tuhan, lucu banget. Hampir aja kamu berhasil bikin jantung aku copot. Bikin panik ih kamu. Jangan kayak gitu lagi ya.

 

DAMAR

Kenapa kamu ketawa?

 

MEI

Mana ada dong, cowok kena breast cancer? I mean, gak Sekalian aja bilang kena cervical cancer kalo mau prank aku.
   (Masih melanjutkan tawanya)
Kamu lucu. Ikut audisi standup sana. Siapa tau bisa jadi job baru.

 

DAMAR

Aku gak becanda, Mei. Minggu kemarin aku abis MRI, dan dari diagnosa dokter, aku kena kanker payudara.

 

Mei mulai berhenti tertawa usai melihat wajah Damar yang serius. Mei kembali lagi menunjukkan gestur gugup. Wajahnya kembali lagi terlihat kaget. Perempuan ini kembali memastikan kebenaran akan ucapan Damar sebelumnya.

 

MEI

Jadi kamu beneran?

 

DAMAR

Ya kamu pikir aku gila, bikin guyonan ginian?

 

Mei makin terlihat panik. Perempuan itu membuka dan Mengecek ponselnya, lalu browsing kata kunci: apakah pria bisa kena kanker payudara?

 

Bahkan saking tidak percayanya, Mei sampai mencari artikel berbahasa inggris untuk memastikan kebenarannya, dengan mengetikkan kata kunci: does male can have breast cancer? Usai tahu fakta tersebut, Mei Menghabiskan wine di gelasnya. Ia memandang mata Damar yang serius. Wajah Mei makin terlihat tertekan. Ia langsung meletakkan hapenya.

 

Mei butuh waktu yang agak lama untuk memberikan respon akan apa yang dialami oleh Damar.

 

MEI

Okay ... It's okay. Apapun yang terjadi, I'll be with you. Aku akan nemenin kamu buat hadepin ini semua. Kamu pasti bisa ngelewatin ini semua.

 

Damar tersenyum. Pria itu terlihat percaya dengan kata-kata positif yang muncul dari mulut Mei, sekalipun ekspresi dan gestur Mei menunjukkan hal yang sebaliknya. Damar menggenggam tangan pacarnya dengan erat. Sorot matar Damar memancarkan harapan.

 

Mei menuangkan botol wine ke dalam gelasnya. Lalu meminum wine itu hingga habis.

 

DAMAR

Makasih, Mei. Aku beneran takut, kamu ninggalin aku karena penyakit ini.

 

MEI

Noo, sayang, no. Aku gak akan ninggalin kamu cuma karena ini. ... Aku janji ... akan jadi support system-mu. Di saat senang maupun susah.

 

DAMAR

Makasih, Mei.

 

MEI

... Tapi, kamu masih bisa sembuh kan?

 

DAMAR

Iya, aku bisa sembuh setelah operasi.

 

MEI

Good.

 

Mei tersenyum sekadarnya dan benar-benar menghabiskan sisa wine di dalam botol.

 

FADE OUT:

FADE IN:

 

EXT. PADANG ILALANG - DAY

 

DAMAR membuka matanya. Tiba tiba saja ia sudah terikat kuat di sebuah batang kayu. Di batang kayu yg lain, Mei juga telah diikat. Namun Mei nampak telah mati dengan dada berlubang karena tembakan peluru. Lalat terlihat merubungi tubuh perempuan itu.

 

Damar ketakutan. Ia tidak bisa berbicara. Beberapa belas meter di hadapan Damar, ada dua orang. Wajah mereka samar-samar. Keduanya memakai pakaian untuk menghadiri pemakaman, berwarna hitam.

 

Salah seorang adalah pria paruh baya, menenteng laras panjang, dan mengerahkan pucuk laras senapan, tepat ke arah Damar. Sedangkan seorang yang lain adalah wanita paruh baya, ia hanya menangis.

 

Tak lama setelah mengunci target tembakan yang mengarah ke tubuh Damar, pelatuk pun ditarik dan peluru bersarang tepat di kepala Damar.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar