INT. CAFE – DAY
Seorang Barista mengrinder kopi, lalu membuat espresso, dan menuangkan susu untuk membuat cappucino. Lalu terlihat seorang pegawai yang lain mengeluarkan croissant hangat dari oven.
Damar mengirim pesan ke teman travellingnya, bahwa ciri-cirinya adalah pria dengan tangan bergips.
Seorang pelayan cafe mengantarkan secangkir cappucino dan sepiring croissant kepada Damar. Sembari menunggu, Damar menikmati cappucino dan croissantnya.
Damar mengecek jam tangan, menanti teman travellingnya. Damar terlihat agak gugup. Matanya memandang ke mana-mana.
Lalu datang seorang perempuan (27), memakai dress warna biru pastel, rambutnya ponitail dan dicat ombre warna biru, wajahnya cantik. Gayanya terlihat lebih muda dari umurnya.
AYUMI
(menunjuk Damar)
Damar?
Damar kebingungan. Dia membelalak selama beberapa saat. Pikirannya cukup lama untuk memproses kejadian yang sedang berlangsung. Dia tidak mengenali gadis itu. Terlalu lama berpikir, hingga ia lupa untuk menjawab pertanyaan gadis itu.
AYUMI (CONT’D)
Damar yang tangannya patah kan?
(duduk lalu mengulurkan jabatan)
Aku Ayumi. Teman travelling dari travelling with stranger.
Damar menjabat tangan perempuan itu. Ia masih terkejut. Ia tak mengira bahwa profil bergambar pegulat WWE ternyata perempuan secantik Ayumi. Damar memandangi Ayumi dari atas hingga bawah. Ia benar-benar mengamati detail fisik Ayumi.
Ayumi kemudian duduk ke kursi. Ayumi duduk di seberang posisi Damar. Ayumi kemudian meletakkan tas kecilnya di pangkuan.
DAMAR
Aku pikir kamu cowok.
AYUMI
(tertawa kecil)
Sayangnya aku cewek.
DAMAR
Kenapa kamu pakai profil Undertaker deh?
AYUMI
Aku suka nonton WWE. Undertaker itu favoritku. Awalnya aku mau pake profil power ranger sih. Tapi gak deh, aneh banget nanti.
DAMAR
Udah pesen, Arumi?
AYUMI
(tertawa keras)
Astaga. Sejak kapan namaku jadi Arumi. Namaku tuh Ayumi, bukan Arumi. Arumi tuh nama mama aku. Udah pesen kok tadi.
DAMAR
Oh, iya maaf, Ayumi.
AYUMI
Panggil aja Ay biar gak ribet. Atau apapun maumu. Tapi aku lebih suka dipanggil Ay sih. Tapi kalau mau manggil yang lain juga tetep suka.
DAMAR
Oke, Ay.
Damar nampak canggung. Ia tidak mengira akan bepergian dengan seorang perempuan. Saking canggungnya, Damar sampai kesulitan dalam memulai komunikasi dengan Ayumi. Namun, Ayumi yang lebih luwes dalam bersosialisasi, bisa sedikit mengurangi kecanggungan di antara mereka.
AYUMI
Jadi, ke Malang kita akan naik mobil siapa? Mobilmu atau mobilku?
(membuat lelucon)
Atau kita bawa mobil sendiri-sendiri.
DAMAR
Ehm, Ya, jadi aku kan abis kecelakaan, dan mobilku masih belum kelar service. Mungkin kita bisa pergi dengan mobilmu.
AYUMI
Oke, kalau begitu kita pergi pakai mobilku. Dan untuk biaya perjalanan menuju Malang, bensin dan pengeluaran lainnya, nanti semuanya kita bagi jadi dua. Oke?
DAMAR
Oke, Ay. Oh iya, berhubung tanganku masih patah, kamu gak keberatan kalau kamu yang nyetir sampai tujuan?
AYUMI
Gak masalah kok. Santai aja. Aku udah biasa nyetir jauh. Aku wanita tangguh.
(menunjukkan otot biceps)
DAMAR
Syukurlah kalo gitu. Maaf ya jadi merepotkan kamu.
AYUMI
Gak masalah. Kemungkinan kita berangkat ke Malang kapan ya?
DAMAR
... Mungkin, minggu depan. Soalnya aku harus kelarin kerjaanku dulu. Gimana kamu bisa?
AYUMI
Bisa kok. Berangkat hari senin gitu kali ya.
DAMAR
Boleh. Senin pagi.
Percakapan mereka terhenti setelah seorang pelayan wanita yang mengantarkan pesanan Ayumi. Chocolate Frappucino dan croissant. Ayumi meminum frappucinonya.
AYUMI
(menengguk cappucino)
Hmm ... Enak banget coklatnya.
DAMAR
Kamu suka coklat?
AYUMI
Aku tuh pemuja coklat. Pernah loh, aku maraton nonton Harry Potter, habisin snack coklat satu kkresek.
DAMAR
Gak diabetes kamu?
AYUMI
Enggak dong. Oh, iya. Emang kerjaanmu apa, kalau boleh tau?
DAMAR
Aku Penulis.
AYUMI
Oh iya, aku juga penulis loh. Kamu penulis apa?
DAMAR
Aku nulis puisi. Penerjemah, dan editor juga.
AYUMI
Wah mas-mas penyair nih. Kebetulan banget aku suka puisi.
(mengingat-ingat)
Ehm ... Hidup hanya menunda kekalahan.
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah.
(kembali mengingat)
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan ...
sebelum pada akhirnya kita menyerah.
Ayumi membaca puisi dengan wajah ekspresif dan dengan suara penuh rasa. Ayumi benar-benar menyukai puisi tersebut, karena merasa relate dengan hidupnya yang melelahkan akhir-akhir ini.
DAMAR
(tersenyum)
Chairil.
AYUMI
Yaaa, Derai-Derai Cemara. Astaga aku suka banget sama Chairil.
DAMAR
(tertawa kecil)
Siapa juga yang tidak suka dengan dia.
AYUMI
(mengangguk)
Kalau Damar suka puisi Chairil Anwar yang mana?
DAMAR
(berpikir)
Ehm ... Sebentar.
(tertawa kecil)
Aku suka banget sama puisinya yang satu ini: “Tak Sepadan”. Sebentar, aku lihat di google dulu.
(menunggu buffering)
Lemot sekali ya.
AYUMI
(menyodorkan hape)
Ini, pakai hapeku aja.
DAMAR
Makasih.
(browsing)
Tak Sepadan.
Aku kira:
Beginilah nanti jadinya
Kau kawin, beranak dan berbahgia
Sedang aku mengembara serupa Ahasveros.
Dikutuk-sumpahi Eros
Aku merangkaki dinding buta
Tak satu juga pintu terbuka.
Jadi baik juga kita padami
Unggunan api ini
Karena kau tidak 'kan apa-apa
Aku terpanggang tinggal rangka.
AYUMI
(meneteskan air mata)
Brilian.
(bertepuk tangan)
Damar melihat respon Ayumi. Secara refleks ia mengambil tisu dari dalam tasnya, lalu memberikan tisu tersebut kepada Ayumi.
DAMAR
Kenapa nangis?
AYUMI
(menyeka air mata)
Gak papa kok. Gak papa. Maaf.
(menghela napas panjang, meminum
cappucino, dan menghabiskan croissant)
Damar merasa bingung harus bersikap seperti apa.
AYUMI
Aku cuma lagi lelah aja. Maaf.
DAMAR
(mengangguk)
It’s okay.
AYUMI
Yeay, hidup Chairil Anwar!
Ayumi dan Damar tertawa berdua. Ayumi kembali meminum cappucino dan memakan croissant.
DAMAR
Meskipun banyak orang yang bilang, bahwa Chairil adalah seorang pesimis. Tapi kupikir dia hanya bersikap realistis aja. Aku rasa hanya sikap realistis doang yang bisa jaga akal manusia tetap waras, selagi dunia ngehajar kita habis-habisan.
Ayumi mengangguk setuju. Ia memandang Damar dan mendengarkan penjelasannya dengan seksama.
DAMAR
Sayangnya aku gak pernah bisa menjadi setangguh Chairil.
AYUMI
Hey, kamu pasti bisa! Ehm, kamu umur berapa sekarang?
DAMAR
Ehm. Tiga puluh.
AYUMI
Tuh kan, kamu lebih tangguh dari Chairil
DAMAR
Kok bisa?
AYUMI
Ya, dia dihajar sama dunia kan cuman sampai umur dua puluh enam tahun. Dan hari ini, kamu bisa bertahan empat tahun lebih lama dari dia. See. Kamu lebih tangguh dari Chairil.
Ayumi dan Damar berdua tertawa. Ayumi dan Damar kembali minum kopinya.
AYUMI
Oh iya, kamu bilang kalau kamu penuls puisi, tapi kayaknya aku belum pernah dengar namamu? Kamu pernah nulis buku apa?
DAMAR
Samantha. Kamu pernah dengar nama penulis itu?
AYUMI
Samantha? Aku baca dia. Siapa yang gak tahu Samantha. Kenapa dengan Samantha?
DAMAR
Aku Samantha.
AYUMI
Heh? Maksudnya?
DAMAR
Samantha itu aku. Itu nama penaku.
AYUMI
(tertawa)
Astaga! Serius?! Kukira Samantha perempuan selama ini?!
Damar hanya tertawa.
DAMAR
Iya, di Internet juga banyak yang ngira kalau Samantha itu cewek.
AYUMI (CONT’D)
Tapi kenapa?!
DAMAR
Kenapa apanya?
AYUMI
Kenapa kamu gunain nama itu?! Astaga, tahu gak? Kamu udah menipu kami semua!
DAMAR
Entahlah, biar lucu aja.
AYUMI
(menghela napas)
Astaga. Dasar.
(mencubit lengan Damar)
DAMAR
Eh, Sakit.
AYUMI
Itu hukumanmu, Sa-man-tha, Alias Mas Damar.
(gimik menyiramkan cappucino)
Aku sebel sama kamu deh. Untung gak kusiram kopi ini.
(menjentikkan jari)
Eh, bukumu yang, anu, apa judulnya. Hmm, Menunggu Lavender itu udah cetakan ke berapa sekarang?
DAMAR
Kalau versi bahasa Indonesia, tahun ini udah Ke-40.
AYUMI
Dan udah diterjemahin ke berapa bahasa?
DAMAR
20 bahasa.
AYUMI
(tepuk tangan)
Gila. Saya speechless mendengarnya.
DAMAR
Kamu suka buku itu?
AYUMI
Suka dong. Tapi lebih suka bukumu yang pertama, Pasar Malam.
DAMAR
Aku juga suka sih sama Pasar Malam. Kalau kamu sendiri?
AYUMI
Apanya?
DAMAR
Katanya kamu penulis juga. Penulis apa?
AYUMI
Oh, aku travel blogger. Udah dari tahun 2015 nulis tentang travelling.
DAMAR
Mayan lama dong.
AYUMI
Iya, dari jaman kuliah. Bukannya sombong ya, tapi jadi travel blogger itu adalah pekerjaan impianku. Dan sekarang, mimpi ini jadi nyata.
DAMAR
Seru banget gak sih kerjaanmu itu?
AYUMI
(tertawa)
Of kros. Kerjaanku cuman liburan sambil nulis. Ya tentunya seru banget dong.
DAMAR
Pernah travelling ke mana aja?
AYUMI
Banyak. Hampir seluruh provinsi di Indonesia aku udah pernah kunjungi. Kalau tiga bulan lalu aku abis ngunjungi Ambon. Dan kamu tahu? Aku sempet mencret berkali-kali gara-gara kebanyakan makan sambal colo-colo. Kocak banget sih itu.
DAMAR
(tertawa)
Kalau ke luar negeri, sering?
AYUMI
Ya dibilang sering juga nggak, dibilang jarang juga nggak. Kalau tahun kemarin aku sempet pergi ke Yunani doang. Akhir tahun nanti sih, aku bakal terbang ke French Polynesia, tepatnya ke Tahiti. Aku tuh udah rencanain liburan ini ke sana dari tahun 2015. Doain ya lancar. Awas kalo kamu gak doain.
(terkekeh)
DAMAR
Iya, Amin.
(tersenyum)
Kenapa milih Tahiti? Kenapa gak tempat lain?
Ayumi tersenyum usai mendengar pernyataan Damar. Ia seperti sedang memikirkan sesuatu. Cukup lama bagi Ayumi untuk memikirkan jawabannya.
AYUMI
(mata Ayumi menerawang ke arah luar
Cafe)
Jadi kenapa aku milih Tahiti adalah ... random aja sih.
Damar menahan sabar.
DAMAR
Udah nungguin lama-lama. eh ternyata.
AYUMI
(menjulurkan lidah)
Untuk membuat jawaban yang menyebalkan, aku udah belajar dari ahlinya.
DAMAR
Siapa?
AYUMI
Kamu dong.
DAMAR
Mana ada.
AYUMI (CONT’D)
Kamu sendiri, pernah jalan-jalan ke mana aja selama ini?
DAMAR
Sejujurnya, aku gak pernah ke mana-mana sih.
AYUMI
Kenapa kok gitu? Sayang banget, padahal seru banget loh. Kamu gak bosen apa, di Jakarta mulu?
Damar tertawa sungkan.
DAMAR
Iya sih. Makanya aku ingin nikmatin perjalanan ke Malang nanti. Mungkin, kalo kamu gak keberatan, kita bisa jalan-jalan ke wisata di beberapa kota. Jadi, aku mohon bantuannya ya, Ayumi, di perjalanan nanti.
Ayumi tertawa keras.
AYUMI
Siap. Saya akan menjadi tour guide cantik yang baik, berwawasan luas, berakhlak mulia, serta membuat perjalanan Anda jadi lebih bermakna, Tuan Damar.
Mereka bersalaman, lalu tertawa. Damar dan Ayumi kemudian terlihat membuat susunan rencana kota mana dan destinasi wisata apa yang mereka kunjungi. Ayumi dan Damar juga menghitung anggaran perjalanan dan akomodasi. Ayumi dan Damar terlihat antusias sekali dengan perjalanan ini.