Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
40. INT - MOBIL LARAS - PAGI
Laras duduk di tengah bersama Putri, sedangkan Bintang di sebelah Pak Darno.
PUTRI (CONT'D)
Ras, cowok itu siapa?
LARAS
Temen
BINTANG
Temen, tapi segitu beraninya jamin kamu?
LARAS
Emang lo nggak berani, Bin?
BINTANG
Ya berani, tapi kan dia bawa pengacara segala. Aku belum punya kuasa, kalo sampe tahap itu
PUTRI
Kenal di mana? Sejak kapan?
LARAS
Di kafe, kemarin lusa.
BINTANG
Alamak Jan! Baru kenal udah segitu berani? pasti ada apa-apanya!
LARAS
Memang
PUTRI
Hah?
BINTANG
Hah?
LARAS
Memang ada apa-apanya, temen yang lumayan deket. Gue kenal ibunya.
BINTANG
Udah kenal? Wah kalah cepet aku
PUTRI
Maksud lo, Ras? Niat nikah muda lo?
Laras melotot ke arah Putri.
Mereka sampai di rumah Laras dan segera turun kemudian masuk ke dalam rumah. Neil mengikuti langkah mereka.
41. INT - RUMAH LARAS - PAGI
Laras masuk diikuti ketiga kawannya.
LARAS
Put, gue mandi dulu ya.
PUTRI
Oke
Putri menemani kedua pria tersebut duduk di ruang tamu. Suasana canggung di antara mereka dipecah oleh kedatangan Bi Sumi yang membawa minuman teh hangat.
Mereka bertiga mengangguk dan tersenyum.
Beberapa detik kemudian, Laras yang sudah mandi dan berganti pakaian memasuki ruang tamu.
LARAS
Gue perlu tahu tentang Eva, jenasahnya
NEIL
Aku sudah tanya detail kejadiannya, mereka bilang Eva mati terbakar. No, dugaan para penyidik dari kepolisian adalah dibakar. Kejadiannya di pinggiran kota.
PUTRI
Lo bener melintir tangannya? Sayang banget, gue nggak liat langsung.
Laras sedikit melotot kepada Putri. Lalu menghela nafas berat.
PUTRI (CONT'D)
Lho? dipelintir tangan, kan nggak mesti niat ngebunuh, kan?
NEIL
Kata-kata kamu barusan, kalo masuk di pengadilan, pasti disudutkan oleh pengacara korban, atau jaksa penuntut, karena memancing.
PUTRI
Mana bagian yang mancing?
NEIL
nge-bunuh
Putri merapatkan bibirnya.
BINTANG
Terus, kita harus gimana?
LARAS
Jenasah Eva?
NEIL
Di bagian forensik kepolisian
PUTRI
Tunggu deh, kejadiannya kapan sih?
NEIL
Sore jelang malam.
PUTRI
Yang nemuin jenasahnya Eva, siapa?
NEIL
Pemulung yang biasa tidur di sana, kalo malem
PUTRI
Lo kemana kemaren?
LARAS
Nggg ... ketemu temen.
PUTRI
Siapa?
NEIL
Aku.
BINTANG
Hah? Bentar-bentar, kalian ketemuan kemaren? Di.mana?
NEIL
Di apartmentku.
BINTANG
What?
PUTRI
Raras??
LARAS
Gue ketemu ibunya Neil juga di sana.
NEIL
That's right!
PUTRI
Kalo ada bukti dan saksinya, kenapa nggak bilang ke polisi?
BINTANG
Tul!
LARAS
(menggeleng)
Nggak bisa.
PUTRI
Kenapa?
LARAS
Siapa yang terakhir kontak sama Eva?
NEIL
(menggelengkan kepala)
LARAS
(lirih)
Esther? Adam?
(pandangannya menerawang)
Pilihannya cari mereka untuk diinterogasi, atau cari tahu tentang jenasah Eva dulu?
NEIL
Aku yang kedua.
PUTRI
Ras, lo belom jawab. Kenapa?
LARAS
(terdiam)
NEIL
Laras ada di apartmentku. Kami makan bersama, Mamaku juga ada.
PUTRI
Terus, masalahnya apa?
LARAS
(menggeleng)
NEIL
(menarik nafas, sedikit gugup)
Sebelumnya kami pergi ke sinagog.
PUTRI
Ke mana?
NEIL
Sinagog.
PUTRI
Ngapain?
NEIL
Just looking around.
Putri memicingkan mata.
Bintang yang sejak tadi memerhatikan, berseloroh
BINTANG
Sinagog itu rumah ibadah, ya?
LARAS
(melirik Bintang lalu menatapnya lekat)
PUTRI
Kayak masjid gitu?
NEIL
Ya ...
PUTRI
Untuk siapa? jamaahnya?
NEIL
(berdehem)
LARAS
Yahudi.
PUTRI
Hah?
BINTANG
Kan?!
PUTRI
Ras! Bilang sekali lagi, lo ke mana kemarin?
LARAS
Ke sinagog.
Putri menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Berulang. Namun nafasnya masih naik turun, emosinya memuncak
PUTRI
Jadi lo Yahudi?
(menoleh ke arah Neil)
NEIL
(tanpa suara, menaikkan alis dan mengendikkan kepalanya)
PUTRI
Bentar, Ras! Jadi, alibi lo adalah, lo bareng dia ke sinagog pas kejadian Eva terbunuh. Lo bisa jadi saksinya Laras. Nyokap lo juga.
(menunjuk ke arah Neil)
Selesai, kan?
LARAS
Nggak bisa gitu, Put.
PUTRI
Kenapa nggak bisa?
BINTANG
Lagian itu cctv di apartment lo, masak nggak ada gambar Larasnya? Pasti ada, kan?
Neil menghela nafas pelan. Menjadi gagap.
LARAS
Nggak bisa begitu!
PUTRI
Gue nggak mau ada urusan sama Yahudi. Tapi karena itu jalan satu-satunya ...
LARAS
Gue bilang nggak bisa, Put!
PUTRI
Iya, tapi kenapa?
LARAS
Pernyataan Trump?
PUTRI
(Menatap Laras dan membuka mulutnya, tidak mengerti)
LARAS
Kalo jadi banyak orang tahu tentang sinagog itu, mungkin akan ada demo, yang gede-gedein masalah rumah ibadah di apartment?
PUTRI
Itu baru kemungkinan, kan?
LARAS
I can't take the risk.
BINTANG
Tapi itu alibi kamu, Ras.
NEIL
Ya mereka benar, Ras.
Laras menggelengkan kepalanya.
LARAS
Gue nggak setuju. Gue nggak bersalah, pasti ada bukti lain, kan?
BINTANG
Kalo polisi nanya alibi kamu?
LARAS
Itu kalo
BINTANG
Jelas-jelas, Kepala polisinya mau kamu yang masuk ke sana, Ras. Bisa aja kan, dia paksain semua cara, biar nggak susah-susah nyari pelaku sebenarnya. Lagian nggak ngefek juga. Tempat dia nggak akan di demo, emang kita muslim ini segitunya?
(mengeryitkan dahi namun sedikit ragu)
PUTRI
Gue kali yang demo. Kalo lo sampe dibawa lagi sama polisi, nih orang bakal gue jadiin trending topik di twitter!
BINTANG
Bener, gue setuju sama Putri!
LARAS
Kalian mau bantu atau nggak?
PUTRI
Mau, asal dia jauh-jauh.
LARAS
Put!
PUTRI
Lo pilih dia atau gue?
LARAS
Put??
PUTRI
Ras?
Laras menggeleng-gelengkan kepalanya.
PUTRI (CONT'D)
Oke, gue yang pergi.
(pergi ke arah luar rumah)
BINTANG
Putri!
(mengejar Putri)
Laras terkejut lalu terdiam, ia menggoyang-goyangkan kaki yang menapak lantai dalam posisi duduknya.
NEIL
Maaf ya, Ras. Maaf karena teman-teman kamu nggak berkenan sama kehadiranku.
LARAS
Mereka bermaksud baik, cuma caranya aja kadang ekstrim
NEIL
Ya. Still, I'm so sorry.
Aku nggak berharap kamu mau nutupin alibi kamu kemarin, tapi terima kasih
LARAS
Aku nggak lakuin itu untuk kamu aja, Neil. Kupikir, Yahudi di Indonesai jadi lebih terjepit dengan keadaan, saat Trump bersuara kemarin. Kalo ditambah masalah lain lagi, keadaan untuk kalian pasti jadi lebih sulit
NEIL
Nggak ada yang mau berpikiran sampai sejauh itu, Ras. Thanks a lot.
LARAS
No need to. Sekarang kita gimana?
Neil menatap mantap ke arah Laras.
NEIL
Besok kita ketemu lagi. Sekarang kamu istirahat.
KEESOKKAN HARINYA
42. INT - RUMAH SAKIT - PAGI
Neil berjalan menyusuri lorong rumah sakit. Beberapa petugas dan pasien berlalu lalang, berpapasan dengan mereka.
Ketika tiba di depan sebuah pintu bertuliskan Dr. Anwar W, Sp. F
Neil mengetuk pintu.
Tok! Tok!
Suara terdengar dari dalam
DOKTER ANWAR
Masuk!
Neil membuka pintu, dokter Anwar tersenyum
DOKTER ANWAR (CONT'D)
Neil? The great handsome young man
NEIL
Still can't approaching you, Sir
(menjabat tangan dokter Anwar yang tertawa)
Laras masuk mengikuti langkah Neil.
NEIL
Kenalin ini Laras, Om, yang aku ceritain kemarin.
Laras menjabat tangan dokter Anwar.
DOKTER ANWAR
Ya, tentang hal itu, kita memang harus bicara langsung, Neil. Kalau sudah ditangani oleh dokter forensik di kepolisian, Om nggak bisa bantu sejauh itu. Kami, dokter terikat kode etik.
Mereka terdiam.
Dering telpon memecah keheningan di antara mereka.
DOKTER ANWAR (CONT'D)
Sebentar ya.
DOKTER ANWAR (CONT'D)
(mengangkat telpon)
Halo. Iya. (jeda) Sekarang di mana posisinya? (jeda agak lama) Oh, Oke. Saya segera ke sana
Dokter Anwar menutup telpon.
DOKTER ANWAR (CONT'D)
Doa kalian didengar, jenasah gadis itu akan diperiksa di sini. Permintaan Kakeknya.
Dokter Anwar hendak beranjak namun bicara lagi.
DOKTER ANWAR (CONT'D)
Sebetulnya agak aneh, untuk mayat yang ditemukan biasanya kami otopsi paling cepat 2x24 jam setelah ditemukan. Tapi ini, mayatnya cepat sekali ditemukan, diklaim oleh keluarga dan keluarga yang minta proses otopsi secepatnya sebelum dikremasi.
Laras dan Neil yang mendengar hal tersebut terpana kemudian saling pandang.
DOKTER ANWAR (CONT'D)
Oke, Om harus segera. Laras, senang kenal dengan kamu. Saya juga punya adik perempuan yang toleransinya tinggi seperti kamu. Dia dan saya keturunan Yahudi, tapi saya menjadi muslim. Dia juga seorang dokter. Sayang, usianya nggak panjang. Setelah dia tolong pasiennya dari abortus, dia kecelakaan. Meninggal.
LARAS
Maaf, Om. (jeda) Saya turut berduka cita.
DOKTER ANWAR
Nggak apa, kejadiannya sudah bertahun-tahun lalu.
(beranjak berdiri)
Oke. kelihatannya proses Visum et partum ini harus cepat. Kalau kalian mau lihat, ada ruangan khusus
NEIL
Bisa, Om?
DOKTER ANWAR
Bisa. Ikut saya
43. INT - LORONG RUMAH SAKIT - PAGI
Laras dan Neil mengikuti Dokter Anwar sampai di depan sebuah ruangan, dokter tersebut memersilahkan mereka masuk. Sedangkan dokter Anwar tidak masuk ruangan tersebut.
44. INT - RUANG PENGAWAS FORENSIK
Ada sebuah kaca besar yang menghadap ke arah ruang operasi. sisi lain ruangan adalah dinding putih.
Laras dan Neil maju mendekati kaca besar transparan tersebut.
Nampak di depan mereka sebuah mayat terbungkus pembungkus mayat berwarna kuning. Ada tiga orang yang sudah berada di ruangan tersebut. pakaian mereka lengkap tertutup. Mulai dari masker, sarung tangan dan jas juga kaca mata. Kemudian seseorang masuk ke dalam ruangan. Dokter Anwar. Ia memimpin jalannya otopsi, karena tiga orang lainnya bertindak sesuai arahannya yang terlihat sangat biasa menangani mayat.
CU Jam di ruangan berputar, bertembusan dengan otopsi yang dilakukan oleh dokter Anwar dan tiga rekannya.
Selama 5 jam mereka membedah dan mengeluarkan organ-organ dari tubuh mayat. Setelah selesai melakukan pemeriksaan, mereka mengembalikan semua organ ke dalam dan menjahitnya. Sedangkan orang yang bertugas mencatat ditunjukkan oleh dokter Anwar untuk membawa beberapa botol berisi sampel organ dalam dan cairan-cairan dari mayat.
45. INT - LORONG RUMAH SAKIT
Laras dan Neil keluar ruangan dan menemui dokter Anwar yang sudah melepas alat pelindung dirinya.
DOKTER ANWAR (CONT'D)
Kalian pulang sekarang, nanti hasilnya om beritahu.
NEIL
Terima kasih banyak, Om
LARAS
Terima kasih, Om
Dokter Anwar mengangguk perlahan dan tersenyum tipis. Dia pun berlalu meninggalkan Laras dan Neil.