Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
18. INT - KAFE - SIANG
Laras memasukkan jilbab ke dalam tasnya, menuju sebuah meja. Seorang pelayan wanita mendekati, menawarkan menu. Laras memesan sebotol air mineral dan sepotong roti.
Tepat setelah pelayan tersebut pergi, pelayan lain yang membawa pesanan melewati sisi Laras duduk. Laras menghentikan pelayan lain tersebut.
LARAS (CONT'D)
Mas, itu pesanan saya kan?
(mengambil air mineral lalu membukanya)
Pelayan tersebut bingung dan hendak mencegah Laras.
PELAYAN
Maaf, Mbak. Itu pesanan untuk meja nomor 7.
(menunjuk meja nomor 7 yang mana seorang pria berkacamata sedang menghadap laptop dengan serius)
Sang Pria berkacamata (27), berhidung mancung, berwajah western namun sekilas nampak juga berwajah timur tengah. Ia merasa tatapan ke arahnya sehingga melepaskan matanya dari laptop dan menatap ke arah Laras dan pelayan tersebut.
Laras yang tidak enak hati karena telah melakukan kesalahan, meminta pelayan untuk meletakkan semua pesanan ke mejanya dan membuat pesanan baru untuk pria berkacamata tersebut. Ia mengambil semua pesanan pria berkacamata, termasuk secangkir kopi hitam ke mejanya.
Laras juga melakukan gerakan minta maaf kepada pria berkacamata yang dibalas dengan dingin dengan tidak mengacuhkan gadis tersebut.
Laras merasa kecut dengan sikap pria berkacamata.
Sementara Laras masih merasa malu bercampur kesal, datang pria berpakaian rapi, Leo (29). Ia memakai kemeja dengan dua kancing atas terbuka dibalut jas,memerlihatkan tato di dekat lehernya.
Ia mengambil tempat duduk di bagian bar kafe, memesan secangkir kopi. Ia melayangkan pandangan ke arah lain dan menemukan sosok Laras kemudian tersenyum lebar.
LEO
Laras!
LARAS
(menoleh ke sumber suara)
Eh, Hai!
LEO
(berjalan mendekati Laras)
How are you?
LARAS
I'm good!
LEO
(mengambil tempat duduk di sisi Laras/ di depan Laras)
That's true. I can see the beauty of you as always.
LARAS
Still coaxing girl like a pro.
LEO
Only for you, Baby.
(berbisik)
Hey, I've been missing you, you know!
LARAS
I Don't
LEO
That's cruel! Nggak ada yang bisa gantiin kamu di hatiku
(muram)
LARAS
Well, nggak ada bukti kalo AKU ada di hati KAMU
LEO
Kalo ada buktinya, mau?
LARAS
Still considering.
LEO
I love the way you make me feel the edge, Baby.
LARAS
(Tersenyum menggeleng)
LEO
Sendirian?
LARAS
(mengendikkan bahu)
Seperti kelihatannya
LEO
Butuh ditemani, kelihatannya
LARAS
Gue mau menikmati kesendirian ini
LEO
Kalo kamu sama aku, sendiri nggak ada di kamus kamu lagi
LARAS
Really? kalimat yang sama sejak setahun lalu masih ada?
LEO
Hei, udah nggak ada orang seseru kamu yang mau wawancara aku. So yes, kalimat itu masih ada. Dan masih berefek, kan?
LARAS
Narsisme tingkat dewa
LEO
Better than anyone can do, Baby!
(membentangkan kedua tangannya)
By the way, lagi kesel sama siapa?
(mendekatkan diri ke arah Laras)
LARAS
Bukan siapa-siapa?
LEO
I know you. Bahkan aku lebih paham kamu, dibanding adikku yang nyebelin itu!
LARAS
Eva!
(melihat ke arah pintu)
LEO
Shitt.
(terkejut dan melihat ke arah pintu masuk)
LARAS
(tersenyum penuh kemenangan)
LEO
You!
Pesanan Leo datang dan diletakkan oleh pelayan di meja yang sama dengan Laras. Sementara pria berkacamata tadi terlihat mengangkat telpon dari seseorang.
Kemudian dering telpon juga berbunyi dari balik jas Leo. Ia mematikan sambungan telpon dan meminum kopinya seteguk. Raut wajahnya berubah namun dengan cepat ia kembali melihat Laras dan tersenyum.
LARAS
Seseorang butuh bantuan?
LEO
Nggak sedarurat urusan aku dan kamu
(memasukkan kembali ponsel ke dalam balik jas)
LARAS
Nyimpen obat?
(menunjuk botol serum kecil di balik jas Leo dengan pandangan)
(merendahkan suara tapi bersikap biasa)
Untuk jaga-jaga. Kita nggak pernah tau kapan butuh anti venom untuk bisa ular kan?
LARAS
Ular?
LEO
Ya. Aku belum pernah cerita? Gimana kalo aku ajak kamu lihat koleksi kesayanganku, daripada kita ngedate-nya di sini aja?
LARAS
Pardon me?
LEO
Do not Baby. Pardon me, I wanna ask you out, today, this time?
(bersiap pergi)
I'm serious.
LARAS
No. I can't Leo.
(menghela nafas kasar)
Gue baru aja melarikan diri dari kajian di masjid.
LEO
Whoa!
(bersemangat)
Aku tahu, mungkin kamu lebih cocok ikut misa bareng aku
LARAS
Atau mungkin gue cocok ikut pembacaan torah di sinagog?
LEO
Sh*ttt! You're the best, Baby! Kamu tahu kenapa aku suka kamu?
LARAS
Please! keep your cheesy-line for another girl, Leo
LEO
I won't stop until you become mine, you know
LARAS
(melambaikan tangan)
LEO
Rude!
LARAS
(tertawa tanpa suara)
Suara denting telpon berbunyi lagi, Leo mengecek kembali ponselnya.
LEO
Jadi, aku pergi tanpa gandengan?
LARAS
Jadilah truk maka lo bisa gandengan, Leo!
LEO
Kalo itu, trans-Jakarta juga bisa, Sayang.
(berdiri bersiap pergi dan berbisik kepada Laras yang tertawa kecil)
Oke. Kalo butuh teman kencan, kamu tahu nomor yang selalu aktif.
LARAS
Bye, Leo!
LEO
See you again, Baby!
Leo bergegas keluar dari kafe sedangkan Laras masih menatap ke luar jendela. Ia melihat langit mendung. Dengan segera Laras menyambar tasnya lalu menuju kasir membayar pesanannya termasuk pesanan pria berkacamata.
Laras segera keluar dari kafe, tidak menyadari pria berkacamata memerhatikan gerak-geriknya.
19. EXT - TEPI JALAN - SIANG MENDUNG
Laras mengusap ponselnya beberapa kali, mengetik sesuatu. Ia sedang berusaha memesan taksi online yang saat itu sulit didapat.
Sambil terus berusaha, tidak tersadar, Laras menghela nafas panjang.
Laras mengingat kejadian pertengkarannya dengan Putri.
FLASH BACK
SCENE 16
LARAS
Saran gue, cari guru yang bener, Put. Kalo lo diajarin untuk selalu melihat keburukan dan kekurangan, Lo bisa jadi antek kerusakan dunia. Allah itu ampunanNya luas, kasih sayangNya melebihi kemarahanNya. Nggak mesti juga orang yang lo vonis bakal masuk neraka, mereka masuk neraka.
PUTRI
Lo keterlaluan, Ras!
LARAS
Lo harus membuka pikiran Put. Jangan -
PUTRI
Gue berusaha sayang sama lo, karena gue tahu enaknya bisa tumbuh bersama nyokap. Tapi lo? Cuma sama bokap dan kakak cowok lo, kekurangan sosok lemah lembut seorang ibu karena -
LARAS
STOP right there!
PUTRI
Oh, lo aja yang boleh lanjut ngomong?
(melanjutkan bicara dengan nada rendah lalu meningggi)
Lo harus terima kalo nyokap lo udah nggak ada dan lo kekurangan kasih sayangnya. Mungkin nyokap lo belum sempet ajarin lo tentang jilbab, makanya -
LARAS
Gue bilang STOP, Putri! Lo nggak tahu apa-apa tentang nyokap gue! Nyokap gue nggak kekurangan buat ngajarin gue tentang kebaikan! And all you talking about is A BIG BULLSHITT!
BACK TO PRESENT
Laras masih memegang ponsel namun pandangannya kosong.
Mobil premiun SUV 4x4 berhenti di hadapan Laras. Gadis itu bingung. Kaca mobil tersebut perlahan terbuka, pria berkacamata di kafe (Neil) berada di balik kemudi.
NEIL
Need a ride?
LARAS
(menggeleng sopan)
Thanks
Gerimis mulai membasahi bumi. Laras kembali berusaha mencari taksi online tapi belum berhasil. Armada yang tersedia tidak ada yang menerima pesanan Laras.
NEIL
I won't bite
LARAS
(memertimbangkan sedangkan hujan semakin deras)
Show me your theet!
Neil tertawa, memerlihatkan deretan giginya yang rapi. Laras membuka pintu mobil dan segera duduk.
Laras mengibaskan pakaiannya yang basah agar tidak terlalu melekat ke kulitnya.
NEIL
The heater will help you a little
LARAS
Thanks.
NEIL
Not a big deal.
LARAS
I'm sorry about your order
NEIL
That's fine. By the way, where to?
LARAS
Oh, this way.
(menunjukkan jalan yang harus dilewati pria berkacamata)
Setelah melaju beberapa kilometer, mereka mulai berbincang mengenai hal lain.
NEIL
My name is Jathneil. You can call me Neil.
LARAS
Oh, Neil. My name is Laras
Mereka tidak berjabat tangan.
NEIL
So, college?
LARAS
Yes. (jeda) And what about you?
NEIL
Still working, and working.
LARAS
Even on Sunday like this?
NEIL
No time for holiday, I think.
LARAS
Do not want to, OR can not to?
NEIL
Yeah different things, I see.
LARAS
And different decision.
NEIL
Smarter than I thought!
(memutar stir tanda sedang berbelok)
Laras memasukkan ponselnya ke dalam tas dan menarik jilbab yang diberikan Putri keluar dari tas.
Laras termenung sebentar, kemudian ia tersadar dan menatap ke arah jalan. Hujan berhenti ketika mereka mulai sampai di sekitar rumah Laras.
LARAS
(melihat mini market)
This is my sign. Thanks a lot, Neil.
(memasukkan jilbab yang diberi Putri ke dalam tas kembali)
NEIL
(menepikan mobilnya)
You're welcome.
(melihat Laras membuka sabuk pengamannya)
NEIL (CONT'D)
You just joking about sinagog around
LARAS
(memandang Neil terkejut)
Oh, I'm sorry. I didn't mean to -
NEIL
Wanna see the real one? Well, maybe not the real, but this is the closest.
LARAS
Can I?
NEIL
Do you want to?
LARAS
You are ...
NEIL
A Jewish? Yes. (jeda) So do you want to?
LARAS
Of course. But (jeda) I barely knew you ...
NEIL
Right.
(mengeluarkan dompet dan mengambil sebuah kartu)
This is my card.
(menyerahkan kartu nama)
There's my phone number, my office address. Also you can seek me, on my social media. I'm not a murder OR a rapist.
LARAS
(tertawa dan menerima kartu nama dari Neil)
Okay. Soo, when I can go there?
NEIL
What about tomorrow?
LARAS
Sure. After I'm finish my class?
NEIL
Sounds good.
LARAS
Deal.
Mereka saling menjabat tangan. Laras turun dari mobil dan menuju rumahnya yang masih beberapa blok jauhnya.
20. INT - RUMAH LARAS - SORE
Laras masuk ke dalam rumah secara perlahan.
Sampai akhirnya berhasil masuk ke dalam kamarnya.
Sementara Putri di kamar sebelah Laras, segera membuka pintu karena mendengar suara pintu di sebelah kamarnya seperti terbuka/tertutup. Melihat pintu kamar Laras tertutup, Putri kembali masuk ke dalam kamarnya.