Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Dunia Paralel
Suka
Favorit
Bagikan
9. Seq 9

78. EXT. LAPANGAN FUTSAL - DAY

Di lapangan kita melihat Damar sedang bermain futsal. Musan duduk di kursi penonton yang tidak terlalu ramai, menonton futsal dengan tatapan kosong. Tak lama kemudian Winda datang lalu duduk di sebelahnya.

WINDA
Tika mana?
MUSAN
Tuh

Kita melihat Tika di barisan depan, tampak heboh dan berteriak mendukung Damar.

TIKA
(heboh)
Ayoo Maar! Lo pasti bisa! Damar Damar Damar!

Winda tampak tersenyum melihat tingkah Tika. Di lapangan futsal Damar sedang menggiring bola dengan gesit, melewati beberapa pemain, lalu mencetak gol dan selebrasi sambil menunjuk Tika.

TIKA
Gooooolllll!!!!

Penonton tepuk tangan, termasuk Winda. Namun, Musan musan tetap melamun (teringat pesan dari Vanya)

79. EXT. KAFETARIA - DAY

Musan, Winda, Tika, dan Damar duduk di kafetaria. Musan menatap layar ponselnya, (CU) pesan “Halo” yang dikirim Musan untuk Vanya belum mendapatkan balasan.

DAMAR
Gue keren banget ya?
TIKA
keren kalo nggak banyak omong
DAMAR
Sewot banget sih Tik, padahal pas di lapangan so sweet gitu
TIKA
Idih, habisnya buat apa ngegolin kalo ujung-ujungnya kalah
WINDA
Udah udah
TIKA
(menyindir Musan)
Ini lagi, dari tadi main hp mulu.

Musan meletakan ponselnya.

MUSAN
(bingung)
Kenapa kenapa?
DAMAR
Mikirin apa sih? Dari tadi gue perhatiin bengong mulu. Nggak bisa ujian ya?
MUSAN
Enggak kok, nggak papa

80. INT. APARTEMEN - KAMAR MUSAN - NIGHT

Musan berbaring di atas ranjang, melamun sambil menatap langit-langit.

VANYA (O.S.)
Gimana kabarmu?
MUSAN (O.S.)
Baik, kamu?
VANYA (O.S.)
Baik kok. 
(beat)
Minggu depan aku ke jogja. Bisa ketemu?

81. INT. APARTEMEN MUSAN - KORIDOR - NIGHT

Musan berjalan menuju kamar Bang Omar, dia berpapasan dengan cewek cantik (Lili) yang keluar dari kamar Bang Omar.

82. INT. APARTEMEN - KAMAR BANG OMAR - NIGHT

Bang Omar mengambil minuman di kulkas, sementara Musan berdiri agak menunduk menatap pengeras suara di meja yang memutar lagu Les Feuilles Mortes.

SFX : Les Feuilles Mortes

BANG OMAR
Udah ketemu?
MUSAN
Siapa?
BANG OMAR
Lili, masa ga papasan? dia pergi kau dateng.
MUSAN
Ohh... cakep sih.

Bang Omar menghampiri Musan sambil tertawa. Musan menoleh, lalu Bang Omar menyerahkan kaleng kopi ke Musan.

BANG OMAR
Bagus kan? 
MUSAN
(Membuka kaleng kopi)
Tumben amat dengerin begini
BANG OMAR
Si Lili pernah kuliah di Paris. Jadi ya belajar dikit-dikit lah.

Musan menatap Bang Omar heran.

BANG OMAR
(Percaya diri, berlagak, mengangkat kaleng kopi)
Café
(Menunjuk croissant di meja)
Croissant
(Menunjuk poster griezmann di dinding)
Griezmann

Musan tertawa

BANG OMAR
Je m'apelle Omar Syailendra.
(beat)
Artinya namaku Omar Syailendra, dia yang ngajarin kayak gitu.
MUSAN
(tertawa lirih)
Kali ini serius apa main-main?
BANG OMAR
(Tersinggung)
Loh, Aku ini serius terus, tapi kalau ujungnya nggak cocok mau apalagi?

83. INT. APARTEMEN - BALKON - NIGHT

Bang Omar dan Musan merokok sambil minum kopi di balkon.

BANG OMAR
(Menunjuk salah satu gedung)
Kau lihat hotel itu?
MUSAN
Kenapa?
BANG OMAR
Pokoknya kalau kau mau tidur sama cewek, jangan ke hotel itu!

Musan menatap Bang Omar heran.

BANG OMAR
Serius. Aku pernah sekali nginep di sana dan nyesel. Emang sih murah. Tapi AC-nya mati! air panas nggak nyala, kasurnya bau apek! Bikin nggak selera.
MUSAN
Dasar gila.

Bang Omar hanya tertawa, lalu lanjut merokok.

BANG OMAR
Jadi soal apa?

Musan terdiam sejank, menatap lanskap perkotaan

MUSAN
Semisal, ada cewek, udah lama nggak kontakan, terus tiba-tiba ngajak ketemu itu kenapa?
BANG OMAR
Macem-macem, tergantung orangnya. Siapa dulu nih?
MUSAN
Kan semisal
BANG OMAR
Temenmu?
MUSAN
Temenya temenku
BANG OMAR
Temenmu?
MUSAN
Temen SMA
BANG OMAR
Terus?
MUSAN
Dulu sempet deket sih.
(beat)
Nggak tau ah, susah jelasinnya
BANG OMAR
Kau masih suka sama dia?

Musan cuma diam menatap Bang Omar, Bang Omar mengisap rokoknya, mengehmbuskannya, lalu mematikannya.

BANG OMAR
Gini San, kita bikin simpel aja. Kau sama dia, sekarang cuma temen. Wajar dong kalo temen minta ketemu? 
MUSAN
Ya... iyasih, tapi-
BANG OMAR
Tapi emang balik lagi, kalau kau anggap dia cuma temen, yasudah, masalah selesai. Tapi kalau kau masih ada perasaan, pilihannya cuma dua, maju apa mundur. Persetan endingnya gimana intinya dua itu.

Bang Omar menepuk pundak Musan, lalu berjalan masuk.

84. INT. KAFE - NIGHT

Musan dan Vanya bertemu, duduk berhadap-hadapan di sebuah kafe. Kafe tampak sepi. Musan mengaduk minuman di depannya, tampak kikuk.

VANYA
Agak canggung ya?
MUSAN
Sori
VANYA
(tertawa lirih)
Nggak papa kok, santai aja.
(beat)
Gimana kuliahmu?
MUSAN
Baik... ya gitulah.
VANYA
Asik banget ya? kamu, Tika, Damar, kalian semua ngumpul di Jogja. 
MUSAN
(tersenyum)
Kamu sendiri gimana?
VANYA
Sama kok, gitu-gtu aja. Tapi serius, penampilanmu nggak banyak berubah ya San? 
MUSAN
Dari dulu emang bentukanku gini-gini aja

Vanya tertawa, lalu menghela nafasnya

VANYA
Lima tahun ya? Aku nggak nyangka bisa ketemu kamu lagi.

Musan cuma diam, Vanya tampak heran

VANYA
San?
MUSAN
Kamu sampe kapan di Jogja?
VANYA
Lusa
MUSAN
Besok ada acara?
VANYA
(menggeleng)
Kenapa?
MUSAN
(menelan ludah, gugup)
Mau jalan?

Mendengar tawaran Musan, Vanya tersenyum.

85. INT. APARTEMEN - KAMAR MUSAN - DAY

SFX: Isn’t It Obvious

Musan bersiap-siap untuk pergi dengan Vanya, dia berkaca di depan cermin kamar mandi, mencukur kumisnya, mencuci muka, lalu menata rambutnya. 

Musan mencoba beberapa pakaiannya di depan cermin lemari, lalu memakai parfum.

86. EXT. JALANAN KOTA - DAY

Musan dan Vanya menyusuri jalanan Jogja dengan sepeda motor. Mereka tampak berbincang, Musan menunjuk sesuatu, berlagak menjelaskannya, lalu sesekali tampak tertawa.

Lanskap berubah dari jalanan kota jogja, menjadi pedesaan dan hamparan sawah.

87. EXT. PANTAI - DAY

Kita melihat suasana pantai yang tenang dengan suara ombak. Musan dan Vanya berjalan menyusuri bibir pantai. Vanya menunduk, tampak memungut batu dan cangkang di pinggir pantai, sementara Musan menatapnya dengan penuh perhatian.

VANYA
Kamu sering ke sini?
MUSAN
Enggak sih, jauh soalnya. 

Musan dan Vanya duduk di bawah pohon dan menatap ke arah laut lepas. 

MUSAN
Rambutmu, kenapa potong pendek?
VANYA
(memegang rambutnya)
Oh ini? Sengaja aku pendekin, biar nggak ribet. Aneh ya?
MUSAN
Enggak.
VANYA
(menggoda)
Bagusan panjang apa pendek?
MUSAN

Dua-duanya

Vanya tersenyum simpul, lalu menghela nafas. Vanya mengeluarkan ponselnya, tampak ingin memotret panorma matahari terbenam.

MUSAN
Mau aku fotoin?
VANYA
Nggak usah, cuma buat pribadi kok. Btw aku nggak bilang siapa-siapa kalo lagi di Jogja, cuma ke kamu

Musan menatap Vanya, sementara Vanya tampakk fokus memotret panorama matahari terbenam.

88. EXT. KAFE BUKIT BINTANG - NIGHT

Musan dan Vanya makan sambil melihat lanskap kota jogja dari atas.

VANYA
Kamu udah ada pacar belom?

Musan yang sedang menyantap makanannya tampak kaget.

VANYA
Nggak usah kaget kali
(beat)
Ada nggak?
MUSAN
Nggak ada.
VANYA
Masa? bukanya di kampusmu banyak yang cakep 
MUSAN
Ya kalo yang cakep ada, tapi masa setiap ada yang cakep aku deketin, enggak dong.
VANYA
(tertawa)
Masa sih belum pernah, selama kuliah?

Musan menggeleng.

VANYA
Kok bisa?
MUSAN
Bisalah.
VANYA
Kenpa?
MUSAN
Ya emang nggak kepikiran aja
VANYA
(bercanda, menggoda)
Ih, jangan bilang kamu belum move on dari aku
MUSAN
Iya kali ya?
VANYA
(kaget)
Hah?

Musan cuma tertawa melihat reaksi Vanya.

MUSAN
Kamu sendiri gimana? Bukannya habis aku pindah dapet pacar?
VANYA
Kok tau?
MUSAN
Kan aku follow ig mu
VANYA
Ohhh stalking ya?
MUSAN
Kalo nggak mau diliat block aja.
VANYA
(tertawa)
Gengsimu masih ada ya?
(beat)
Udah putus sih, udah lama. Biasa, bilangnya bosen terus cari cewek lain. Tipikal pacaran anak SMA lah.
MUSAN
Berarti sekarang?
VANYA
(tersenyum, lalu menggeleng)
Sama lah kayak kamu.

89. EXT. JALANAN KOTA - NIGHT

Musan dan Vanya berboncengan menyusuri jalanan kota jogja pada mala hari. Mereka melewati jalan malioboro yang ramai 

VANYA
Rame banget
MUSAN
(Agak teriak)
Hah?
VANYA
(Agak teriak)
Ramee
MUSAN
Iyaa
VANYA
Orang-orang ngapain ke malioboro?
MUSAN
Biasa, foto-foto, pacaran, gandengan dari ujung ke ujung
VANYA
Kamu nggak mau kayak gitu?
MUSAN
Enggak, tanganku gampang keringetan.

90. EXT. ALUN-ALUN KIDUL - NIGHT

Musan dan Vanya duduk di pinggir alun-alun sambil melihat orang-orang yang memakai penutup mata dan berusaha melewati beringin kembar

MUSAN
Katanya kalo kamu bisa nglewatin beringin kembar sambil tutup mata keinginanmu bakal dikabulin
VANYA
Emang iya?
MUSAN
Mau nyobain?
VANYA
Ditutup matanya?

Musan mengangguk

VANYA
Gamau! ntar kamu tinggalin balik lagi

Musan tertawa, dikejauhan tampak pengamen sedang menyanyi.

VANYA
Emangnya kalo beneran bisa kamu mau minta apa?

Musan cuma menatap Vanya, lalu memalingkan mukanya.

MUSAN
Hmm... apa ya? Udah malem nih, balik yuk
VANYA
Ih kok nggak dijawab?
MUSAN
Udah lewat jam 12 lho, emangnya kamu nggak mau balik?
VANYA
Nggak mau
MUSAN
Kok nggak mau?
VANYA
Ya nggak mau
MUSAN
Terus?

91. INT. KAFE KECIL - NIGHT

Susana kafe sepi, jam di dinding menunjukan pukul satu malam. Musan dan Vanya duduk berdua. Musan menyeruput sedikit minumannya.

MUSAN
Tau tempat ini darimana?
VANYA
Tau dong, kamu pikir aku nggak pernah ke jogja?

Musan menganggukan kepala sambil mengedarkan pandangannya.

MUSAN
Kamu beneran nggak mau ketemu Damar sama Tika?
VANYA
Nggak ada waktu, besok siang udah balik. Makanya kamu nggak usah cerita ya kalo kita habis ketemu
MUSAN
Ohh...
VANYA
San, aku boleh tanya sesuatu nggak?
MUSAN
Apa?
VANYA
Waktu kita terakhir ketemu, kamu bilang udah nggak ada perasaan. Itu beneran?

Musan terdiam

VANYA
Selama ini aku ngerasa ada yang belum selesai diantara kita. Tapi kalo nggak mau jawab nggak papa kok
MUSAN
Kamu tahu soal orang tuaku pisah?
VANYA
(mengangguk)
Damar sempet bilang
MUSAN
Ya itu, Ayahku ngilang. Setengah tahun nggak ada kabar, sekalinya ngasih kabar cuma nambahin utang. Waktu liburan semester Ibuku bilang kalau dia pengen cerai terus pulang ke rumah eyang.

Vanya tampak mendengarkan dengan serius.

MUSAN (CONT'D)
Aku sadar kalau aku nggak bisa hidup kayak anak remaja pada umumnya. Aku selalu mikir kalau orang-orang pasti nganggep kelakuanku sama kayak ayahku.
VANYA
Aku nggak mikir gitu
MUSAN
Aku nggak mau jadi orang egois buat minta kamu nerima keadaan aku, jadi waktu itu aku mikir kalo kita lebih baik udahan.

Vanya dan Musan terdiam sejenak.

VANYA
Waktu itu kenapa nggak cerita?
MUSAN
Aku juga nggak tau
VANYA
Pasti berat ya? Sori, bahasannya malah jadi serius gini.
MUSAN
Udah lewat kok, nggak papa.

Musan dan Vanya sama-sama tersenyum

VANYA
Tapi kamu yakin itu alasannya? Bukan gara-gara cewek lain?
MUSAN
Hah? Siapa? Aku nggak ada deketin cewek lain kali.
VANYA
Ya nggak tau ya, aku sih cuma denger kamu deket sama Winda
MUSAN
Ya ampun Van, aku sama Winda cuma temen. Emang kebetulan aja aku kerja di tempat dia, nggak lebih.
VANYA
(tertawa)
Bercanda kok.
(beat)
Tapi kamu tetep nyebelin, ditelpon berkali-kali nggak diangkat, malah ngilang.
MUSAN
Iyaaa maaf.
VANYA
Udah ngilang lama, sekalinya muncul ngucapin selamat ualng tahun, maksudnya apa coba?
MUSAN
Iyaaa maaf, kok jadi tambah salah sih?

Vanya tertawa puas.

MUSAN
Eh bentar, seingetku aku pernah nyoba chat kamu lagi tapi kamu slow respon banget.
VANYA
Yaiyalah, aku jual mahal dong habis kamu tinggalin.
MUSAN
(mengacak-acak rambut Vanya)
malah nglunjak.
VANYA
(tertawa lirih)
San, tapi aku penasaran deh
MUSAN
Apa?
VANYA
Kalo waktu itu kita masih lanjut kira-kira apa ya yang berubah?

Musan terdiam mendengar perkataan Vanya.

92. EXT. DEPAN RUMAH KAKAK VANYA - NIGHT

Musan mengantarkan Vanya sampai ke depan rumah kakaknya. Vanya turun dari motor, lalu melepaskan helmnya.

VANYA
Makasih banyak ya
MUSAN
Aku juga makasih

Vanya mengeluarkan ponselnya, lalu tampak mengetik sesuatu.

MUSAN
Kakakmu udah bales belum?
VANYA
Belum sih, nggak diread juga
MUSAN
Coba telpon

Vanya menelpon kakaknya, tapi tidak diangkat.

VANYA
Udah, kamu duluan aja, besok kuliah kan? Dia paling lagi di kamar mandi, nggak bawa hp
MUSAN
Nggak ketiduran?
VANYA
(agak khawatir)
Bisa jadi ketiduran sih, udah ih aku bisa sendiri

Musan menghela nafasnya. Vanya mencoba menelpon kakaknya kembali sementara Musan melihat jam tangannya, sudah lewat pukul dua.

MUSAN
Temenmu yang lain? Tika?
VANYA
(menggeleng)
Udah malem nggak enak. Lagian kan cuma kamu yang tau aku lagi di Jogja
MUSAN
Yaudah deh naik
VANYA
Naik Kemana?

Musan memberi tanda agar Vanya naik ke motornya

VANYA
Mau kemana?
MUSAN
Pernah ke punthuk setumbu?
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar