Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
4. INT. SMA HARAPAN - KELAS - DAY
Kita melihat papan nama kelas X-IPA 1. Suasana kelas tampak tenang. Jam di dinding menunjukan pukul 8. Guru matematika (Bu Dewi) duduk di meja guru, sementara Vanya berdiri di depan kelas, tampak sibuk mengerjakan sesuatu di papan tulis.
Tak berselang lama terdengar suara ketukan di pintu, sedetik kemudian pintu terbuka dan tampak Musan berdiri di sana.
Vanya, Bu Dewi, dan semua murid di kelas menoleh ke arah Musan. Selama beberapa saat Musan dan Vanya saling menatap satu sama lain.
Musan berjalan menghampiri meja guru, melewati Vanya yang tampak heran melihatnya. Musan menyerahkan surat izin masuk kelas ke Bu Dewi
Musan menganguk lalu melihat ke seluruh penjuru kelas, kemudian dia berjalan dan duduk di kursi kosong yang terletak di tengah kelas. Suasana kelas kembali hening dan Vanya kembali mengerjakan soal di papan tulis. Setelah itu kita melihat Damar, teman sebangku Musan agak berbisik.
Damar menatap kaki Musan, semnetara Musan kembali memalingkan muka ke papan tulis.
Damar kembali menatap Musan, tersenyum simpul, lalu menginjak kaki Musan.
Damar tertawa lirih. Bu Dewi cuma menghela nafas. Sementara itu Vanya yang sudah selesai mengerjakan soal menghampiri Bu Dewi.
Bu Dewi menatap papan tulis, memperhatikan jawaban Vanya.
Bu Dewi dan Vanya menatap seisi kelas. Selama beberapa saat semua hanya diam, sampai kemudian Musan tiba-tiba mengangkat tangannya. Semua murid di kelas sontak menatap Musan heran.
Oke Musan, coba kamu maju kerjakan
Musan maju ke depan kelas. Tanpa mengucap sepatah kata, Musan menengadahkan tangannya, meminta spidol dari Vanya. Vanya menyerahkan spidol ke Musan. Setelah itu Musan mulai mengerjakan soal di papan tulis, menghapus beberapa tulisan Vanya, lalu menuliskan kembali jawaban yang benar.
Semua murid di kelas menatap Musan dengan tatapan heran, bingung, dan kagum. Setelah selesai mengerjakan Musan menghampiri Bu Dewi dan Vanya.
Musan dan Vanya kembali ke tempat duduk masing-masing.
Musan diam, tidak menanggapi.
Dari tempat duduknya, Vanya menatap Musan dengan tatapan kesal.
Tika, teman sebangku Vanya tampak heran.
Vanya cuma diam mendengar cibiran Tika. Dari tempat duduk Musan, Damar menyadari kalau Vanya sedari tadi menatap Musan. Karena itulah dia menepuk pundak Musan.
Damar memberi kode agar Musan melihat Vanya yang duduk tepat di seberangnya. Gara-gara itu, Musan dan Vanya saling bertatapan. Musan dengan tatapan bingung, sementara Vanya dengan tatapan kesal.
5. EXT. HALTE DEPAN SEKOLAH - DAY
Sepulang sekolah, Musan berjalan menuju halte. Di situ, dia melihat Vanya dan beberapa murid lainnya sedang menunggu Bis. Musan berdiri ikut menunggu bis tak jauh dari tempat Vanya, lalu memalingkan muka pura-pura tidak melihat.
Sementara itu, Vanya yang memyadari kehadiran Musan sekilas melirik ke arahnya.
6. INT. BIS - DAY
Musan berdiri di deretan belakang bis, menatap Vanya dari belakang yang duduk di kursi dekat jendela. Tak lama kemudian penumpang yang duduk di sebelah Vanya turun.
Bis berhenti sebentar, lalu lanjut berjalan. Vanya memandang keluar jendela. Musan menatap kursi kosong di sebelah Vanya, tapi dia memutuskan untuk tetap berdiri.
7. EXT. HALTE DEPAN PERUMAHAN - DAY
Dari seberang jalan kita melihat bis berhenti sebentar di halte. Setelah bis kembali berjalan, kita melihat Musan dan Vanya berdiri di depan Halte.
8. EXT. JALAN PERUMAHAN - DAY
Musan dan Vanya berjalan pulang menyusuri jalanan perumahan. Vanya berjalan di depan, sementara Musan mengikuti beberapa langkah di belakang. Setelah berjalan beberapa saat, Vanya berhenti. Musan ikut berhenti, lalu Vanya menoleh.
Vanya berpaling tanpa menanggapi, lalu lanjut berjalan. Namun, tak lama kemudian Vanya kembali berhenti. Melihat Vanya berhenti, Musan juga ikut berhenti. Setelah itu Vanya menoleh.
Tanpa mengucap sepatah kata, Musan berjalan mendahului Vanya, lalu Vanya juga lanjut berjalan beberapa langkah di belakang. Setibanya di perempatan, Musan tiba-tiba berhenti.
Selama beberapa saat Musan menatap Vanya, tampak ragu-ragu.
Musan lanjut berjalan meninggalkan Vanya
Vanya melihat sepatunya, lalu menyadari kalau tali sepatunya memang lepas. Setelah itu Vanya kembali menatap Musan, tapi Musan telah berjalan meninggalkannya.
9. EXT. RUMAH MUSAN - DEPAN - DAY
Musan membuka pintu tapi tidak bisa karena terkunci. Musan lalu mengetuk pintu rumahnya, sambil memanggil Ibunya.
Tak berselang lama, Mas Joko tetangga yang tinggal di sebelah rumahnya muncul
Mas Joko melempar kunci rumah ke arah Musan, Musan menangkap kunci yang dilempar Mas Joko.
Musan membuka kunci pintu rumah.