Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
81. EXT. DESA – MALAM KEDUA
PEMAIN ; WARGA
Suasana desa makin mencekam.
Lampu-lampu padam serentak.Anjing-anjing melolong ke arah pemakaman.Kabut tebal menyelimuti jalan.
KAMERA TRACKING mengikuti beberapa warga yang nekat mencari Kyai Mawardi untuk minta perlindungan. Tapi mereka justru menemukan jalan yang selalu kembali ke pemakaman, seolah desa terperangkap dalam lingkaran gaib.
CUT TO
82. INT. MASJID DESA – MALAM
PEMAIN ; KYAI MAWARDI, SANTRI
Kyai Mawardi mengumpulkan beberapa santri dan warga.
Seorang santri muda memberanikan diri bicara.
Kyai Mawardi menatap kitab tua di depannya.
Semua terdiam. Hanya suara angin malam yang menggema.
CUT TO
83. EXT. PEMAKAMAN – MALAM KETIGA (RITUAL PENENTU)
PEMAIN ; ARIF, KYAI MAWARDI, PAK DARMO
Arif berdiri di tengah kuburan, memimpin para mayat hidup yang bangkit lagi. Kali ini jumlahnya lebih banyak, mengelilinginya bagaikan pasukan.
Wajah Arif semakin mirip dengan Pak Darmo. Tangannya menggenggam cangkul berkarat, simbol penggali kubur.
Tiba-tiba, Kyai Mawardi dan para santri datang membawa obor. Mereka mulai membaca doa pembatal.
SUARA-SUARA GAIB langsung meraung, tanah bergetar, dan arwah-arwah mulai mengamuk.
CLIMAX – PERTEMPURAN GAIB
· Kuburan terbuka satu per satu, arwah berhamburan.
· Santri jatuh satu demi satu diterjang makhluk hitam.
· Kyai Mawardi melawan, meski darah keluar dari mulutnya, suaranya tetap lantang membaca doa pembatal.
Arif berusaha menghentikan mereka, tapi tubuhnya bergetar keras, seperti ditarik dua kekuatan: Pak Darmo dan doa pembatal.
CLOSE UP: Air mata Arif jatuh, wajahnya sesaat kembali normal.
Tubuh Arif menjerit, darah keluar dari telinganya.
CLIFFHANGER
Langit mendadak menyambar petir. Tanah kubur pecah, lubang besar terbuka, menyedot arwah dan tubuh Arif bersamaan.
Kyai Mawardi dan para santri hanya bisa teriak.
Tiba-tiba... sunyi.
Pemakaman kembali utuh, tapi Arif menghilang.
Hanya cangkul tua yang tertancap di tanah, berlumuran darah.
CUT TO
84. EXT. PEMAKAMAN – SUBUHPEMAIN ; KYAI MAWARDIKabut tipis masih menggantung. Azan subuh terdengar samar.
Kyai Mawardi dan beberapa santri tersisa berdiri lemah, wajah penuh kengerian. Pemakaman tampak sunyi, hanya cangkul tua berlumuran darah yang tertancap di tanah.
Kyai Mawardi jatuh berlutut, menunduk dalam doa. Kamera bergerak perlahan meninggalkan para santri dan fokus pada cangkul tua itu.
CLOSE UP – CANGKUL
Tiba-tiba tanah di sekitar cangkul bergetar sedikit, lalu berhenti. Seolah ada sesuatu yang masih hidup di bawah sana.
CUT TO
85. INT. KAMAR ARIF – PAGIPEMAIN ; ARIFKamera berpindah ke kamar Arif di rumahnya. Pintu kamar terbuka sedikit, tirai bergoyang tertiup angin.
Di atas meja, ada cermin retak. Bayangan Arif terlihat samar di dalamnya, menatap penonton dengan mata hitam pekat.
Bayangan itu tersenyum tipis.
CUT TO
86. EXT. DESA – SIANGPEMAIN ; KYAI MAWARDIWarga desa mulai beraktivitas seperti biasa. Anak-anak berlarian, pedagang membuka lapak, tapi suasana tetap muram.
Kamera menyorot ke wajah beberapa warga. Mereka terlihat lega, tapi di balik itu ada rasa takut yang tak hilang.
SHOT PENUTUP
Kamera naik ke udara, memperlihatkan seluruh desa dari atas.
Dari kejauhan, di antara pepohonan dekat pemakaman, terlihat siluet Arif berdiri diam, menatap ke arah desa. Tak jelas apakah ia masih hidup, atau hanya bayangan arwah.
Suara doa samar terdengar, semakin keras... lalu
FADE OUT.
BLACK SCREEN.
Suara sekop menancap tanah terdengar sekali lagi.