Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
DOA PENGGALI KUBUR
Suka
Favorit
Bagikan
9. ARIF PENGGANTI KKAKEK

81. EXT. DESA – MALAM KEDUA

PEMAIN ; WARGA

Suasana desa makin mencekam.

Lampu-lampu padam serentak.Anjing-anjing melolong ke arah pemakaman.Kabut tebal menyelimuti jalan. 

KAMERA TRACKING mengikuti beberapa warga yang nekat mencari Kyai Mawardi untuk minta perlindungan. Tapi mereka justru menemukan jalan yang selalu kembali ke pemakaman, seolah desa terperangkap dalam lingkaran gaib.


CUT TO

82. INT. MASJID DESA – MALAM

PEMAIN ; KYAI MAWARDI, SANTRI

Kyai Mawardi mengumpulkan beberapa santri dan warga.

 

KYAI MAWARDI
(tegas, meski lemah)
Arif bukan lagi dirinya. Doa terlarang itu mengikat tubuhnya. Jika dibiarkan, desa ini akan jadi tanah mati.

 

Seorang santri muda memberanikan diri bicara.


SANTRI
Lalu apa yang harus kita lakukan, Kyai?

 

Kyai Mawardi menatap kitab tua di depannya.


KYAI MAWARDI
Ada doa pembatal... tapi hanya bisa dibacakan di kuburan yang pertama kali digali Pak Darmo. Dan itu... akan memanggil seluruh arwah yang terikat di tanah ini.

 

Semua terdiam. Hanya suara angin malam yang menggema.


CUT TO


83. EXT. PEMAKAMAN – MALAM KETIGA (RITUAL PENENTU)

PEMAIN ; ARIF, KYAI MAWARDI, PAK DARMO

Arif berdiri di tengah kuburan, memimpin para mayat hidup yang bangkit lagi. Kali ini jumlahnya lebih banyak, mengelilinginya bagaikan pasukan.

 

Wajah Arif semakin mirip dengan Pak Darmo. Tangannya menggenggam cangkul berkarat, simbol penggali kubur.

 

ARIF (dua suara bersatu)
Malam ini... doa ini lengkap. Desa ini... milik kami!

 

Tiba-tiba, Kyai Mawardi dan para santri datang membawa obor. Mereka mulai membaca doa pembatal.

 

SUARA-SUARA GAIB langsung meraung, tanah bergetar, dan arwah-arwah mulai mengamuk.

 

CLIMAX – PERTEMPURAN GAIB

· Kuburan terbuka satu per satu, arwah berhamburan.

· Santri jatuh satu demi satu diterjang makhluk hitam.

· Kyai Mawardi melawan, meski darah keluar dari mulutnya, suaranya tetap lantang membaca doa pembatal.


Arif berusaha menghentikan mereka, tapi tubuhnya bergetar keras, seperti ditarik dua kekuatan: Pak Darmo dan doa pembatal.

 

CLOSE UP: Air mata Arif jatuh, wajahnya sesaat kembali normal.

 

ARIF
(menangis, melawan bisikan Pak Darmo)
Aku... bukan penerusmu!

 

Tubuh Arif menjerit, darah keluar dari telinganya.

 

BAYANGAN PAK DARMO (gaung besar)
Kau milikku!

 

CLIFFHANGER

Langit mendadak menyambar petir. Tanah kubur pecah, lubang besar terbuka, menyedot arwah dan tubuh Arif bersamaan.

Kyai Mawardi dan para santri hanya bisa teriak.

 

KYAI MAWARDI
Arif!!!

 

Tiba-tiba... sunyi.

Pemakaman kembali utuh, tapi Arif menghilang.

Hanya cangkul tua yang tertancap di tanah, berlumuran darah.


CUT TO


84. EXT. PEMAKAMAN – SUBUHPEMAIN ; KYAI MAWARDIKabut tipis masih menggantung. Azan subuh terdengar samar.

Kyai Mawardi dan beberapa santri tersisa berdiri lemah, wajah penuh kengerian. Pemakaman tampak sunyi, hanya cangkul tua berlumuran darah yang tertancap di tanah.

 

KYAI MAWARDI
(terisak, lirih)
Arif... semoga kau menemukan jalanmu...

 

Kyai Mawardi jatuh berlutut, menunduk dalam doa. Kamera bergerak perlahan meninggalkan para santri dan fokus pada cangkul tua itu.

 

CLOSE UP – CANGKUL

Tiba-tiba tanah di sekitar cangkul bergetar sedikit, lalu berhenti. Seolah ada sesuatu yang masih hidup di bawah sana.


CUT TO


85. INT. KAMAR ARIF – PAGIPEMAIN ; ARIFKamera berpindah ke kamar Arif di rumahnya. Pintu kamar terbuka sedikit, tirai bergoyang tertiup angin. 

Di atas meja, ada cermin retak. Bayangan Arif terlihat samar di dalamnya, menatap penonton dengan mata hitam pekat.

Bayangan itu tersenyum tipis.

 

CUT TO


86. EXT. DESA – SIANGPEMAIN ; KYAI MAWARDIWarga desa mulai beraktivitas seperti biasa. Anak-anak berlarian, pedagang membuka lapak, tapi suasana tetap muram.

Kamera menyorot ke wajah beberapa warga. Mereka terlihat lega, tapi di balik itu ada rasa takut yang tak hilang.


VO KYAI MAWARDI
(penuh misteri)
Kutukan tak pernah benar-benar hilang... hanya berpindah... menunggu waktu...

 

SHOT PENUTUP

Kamera naik ke udara, memperlihatkan seluruh desa dari atas.

Dari kejauhan, di antara pepohonan dekat pemakaman, terlihat siluet Arif berdiri diam, menatap ke arah desa. Tak jelas apakah ia masih hidup, atau hanya bayangan arwah.

Suara doa samar terdengar, semakin keras... lalu

 


FADE OUT.


BLACK SCREEN.

Suara sekop menancap tanah terdengar sekali lagi.

 

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)