Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
DOA PENGGALI KUBUR
Suka
Favorit
Bagikan
8. ARIF KERASUKAN

71. INT. KAMAR ARIF – MALAM

PEMAIN ; ARIF, IBU, AYAH, KYAI MAWARDI

Kamar Arif kini dipenuhi suasana tegang. Lampu temaram berayun-ayun seolah ada angin yang tidak kasatmata. Di sudut kamar, ayah dan ibu berpelukan, wajah mereka pucat ketakutan.

Kyai Mawardi duduk bersila di samping tubuh Arif yang meronta di lantai. Tangannya menekan dada Arif dengan mantap, sementara mulutnya melafalkan ayat-ayat suci dengan lantang.

 

KYAI MAWARDI
(dengan suara tegas)
Ayat kursi dibacakan penuh khusyuk.
 

Setiap kalimat keluar dari mulut Kyai, tubuh Arif bergetar hebat. Mulut Arif mengeluarkan busa, lalu tertawa panjang dengan suara berat, bukan suaranya sendiri.

 

ARIF / SUARA LAIN
(seram, bergema)
Hentikan, Kyai! Doa penggali kubur… sudah mengikat kami semua!


Tiba-tiba, coretan hitam di dinding kamar bergerak, seperti cacing merayap. Dari atas lemari, terdengar suara ketukan keras seperti tanah yang sedang digali.

 

IBU
(berteriak)
Astaghfirullah… Ya Allah…
 

Kyai Mawardi tetap tenang. Ia menuangkan air putih dari botol ke tangan, lalu memercikkannya ke wajah Arif.

 

KYAI MAWARDI
(dengan keras)
Jika engkau dari kalangan jin yang menyesatkan, keluarlah! Jangan kau sakiti anak ini!
 

Tubuh Arif langsung terangkat, melayang sedikit dari lantai. Matanya berputar, suaranya menggema menyeramkan.

 

ARIF / SUARA LAIN
(kesakitan)
Tidak… aku… bagian dari warisan Darmo! Kuburan-kuburan itu milikku…!

 

Kyai Mawardi mendekat, menempelkan telapak tangan ke kening Arif.

 

KYAI MAWARDI
(dengan keras, penuh wibawa)
Dengan nama Allah Yang Maha Perkasa, aku putuskan ikatan darah ini!
 

Arif menjerit histeris, lalu tiba-tiba mulutnya memuntahkan segumpal tanah basah bercampur darah. Ruangan dipenuhi bau busuk seperti mayat baru digali.

 

Ayah dan ibu langsung menangis, hampir pingsan.

Kyai Mawardi terengah, tapi tetap fokus. Ia menutup mata, membaca doa panjang dengan penuh kekuatan.

 

SUARA BISIKAN GAIB terdengar jelas di sekeliling ruangan, seperti puluhan orang berdoa dengan bahasa asing yang menakutkan.

 

Arif kemudian terkulai, tubuhnya lemas. Nafasnya teratur, matanya tertutup.

 

Kyai Mawardi mengusap wajahnya, lalu menoleh ke ayah dan ibu.

 

KYAI MAWARDI
(serius, tegas)
Ini belum selesai. Yang masuk ke dalam tubuh Arif hanyalah salah satu… masih ada yang lebih besar, yang telah dipanggil dengan mantra itu. Kita harus siap menghadapi teror berikutnya.

 

CLOSE UP wajah Arif yang masih pucat. Tiba-tiba, dari telinganya terdengar bisikan lirih:

 

SUARA GAIB
(faint, menyeramkan)
Kami menunggu… di kuburan berikutnya…

 

CUT TO BLACK.

 

72. EXT. PEMAKAMAN DESA – MALAM

PEMAIRN ; ARIF, KYAI MAWARDI

Langit gelap tanpa bulan. Kabut tipis merayap di antara nisan-nisan tua. Pohon beringin besar menjulang di tengah makam, akar-akarnya seperti tangan raksasa yang hendak meraih siapa pun yang lewat.

 

Kyai Mawardi berjalan pelan, membawa lentera minyak. Di belakangnya, Arif yang tampak pucat, masih lemah, mengikuti dengan ragu. Ayah dan ibu menunggu jauh di gerbang makam, tak berani masuk.

 

KYAI MAWARDI
(suara rendah, penuh wibawa)
Arif, malam ini kita harus memutus ikatan. Tempat ini menjadi saksi doa-doa yang menyimpang itu dibacakan. Jangan takut, pegang keyakinanmu.

 

Arif mengangguk, meski tubuhnya gemetar. Ia menggenggam tasbih yang diberikan Kyai.


CUT TO


73. INT. TENGAH PEMAKAMAN – MALAM

PEMAIN ; ARIF, KYAI MAWARDI

Mereka berhenti di depan sebuah kuburan tua, dengan batu nisan retak dan tanah yang tampak seperti sering terusik. Dari dalam tanah terdengar bunyi lirih seperti sesuatu yang bergerak.

ARIF
(suara bergetar)
Kyai… itu… tanahnya bergerak!

 

Kyai Mawardi segera berdiri tegak, membuka kitab kecil yang dibawanya, lalu mulai membaca doa keras-keras. Lentera bergetar, nyalanya hampir padam.

 

SUARA GAIB
(bisikan dari segala arah)
Hentikan… doa ini milik kami…

 

Tiba-tiba, dari tanah kuburan itu muncul tangan hitam berlumur tanah, meraih ke atas, disusul dengan wajah pucat yang matanya kosong.

 

Arif mundur, terpekik. Kyai Mawardi melangkah maju, mengangkat tangannya sambil terus melafalkan ayat-ayat suci.

 

KYAI MAWARDI
(dengan lantang)
Dengan izin Allah, aku kembalikan kalian ke tempat asal!

 

Makhluk itu meraung, tubuhnya terpecah menjadi asap hitam yang melayang-layang di udara. Angin kencang berputar di sekitar makam, membuat daun-daun beterbangan.

 

Arif tiba-tiba menjerit, memegangi dadanya. Dari dalam dirinya terdengar suara lain, bukan miliknya.

 

ARIF / SUARA LAIN
(kencang, menyeramkan)
Aku belum selesai! Warisan Darmo tidak akan terputus!

 

Tubuh Arif terlempar ke tanah, tepat di samping liang kubur yang terbuka. Wajahnya pucat, matanya kembali putih.

Kyai Mawardi menunduk, menekan tanah dengan tangannya, membaca doa semakin keras, berusaha menutup jalur gaib itu.

 

TANAH BERGETAR, suara seperti ratusan orang mengerang keluar dari perut bumi.

 

Arif menoleh ke Kyai dengan wajah bukan dirinya. Ia tersenyum miring.

 

ARIF / SUARA LAIN
(dingin)
Kyai… kau hanya membuka pintu lebih lebar. Yang menunggu… sudah datang.

 

Kamera bergerak perlahan ke arah belakang Kyai. Di balik kabut, terlihat puluhan sosok bayangan hitam berdiri di antara nisan, mengelilingi mereka.

 

CUT TO BLACK.

74. EXT. PEMAKAMAN DESA – MALAM

PEMAIN ; ARIF, IBU, AYAH, KYAI MAWARDI, PAK DARMO

Kabut makin tebal. Lentera Kyai Mawardi tiba-tiba padam. Suasana menjadi pekat, hanya tersisa cahaya redup bulan yang sesekali tersamar awan hitam.

 

WIDE SHOT:

Arif terkapar di tanah, tubuhnya bergetar hebat. Suara tawa rendah menggema dari mulutnya, bercampur dengan bisikan puluhan arwah yang kini tampak berkerumun di antara nisan.

 

SUDUT KAMERA LOW ANGLE:

Bayangan Pak Darmo muncul samar di belakang kerumunan arwah, wajahnya pucat, matanya kosong, namun bibirnya bergerak membaca mantra terlarang.

 

KYAI MAWARDI
(berdiri tegak, bersuara lantang)
Allahu Akbar! Darmo… hentikan! Doamu bukan doa, itu jerat iblis!

 

PAK DARMO / BAYANGAN
(senyum sinis, suara bergema)
Aku hanyalah perantara. Yang kau sebut iblis… sudah ada di sini sejak tanah ini digali. Arif adalah pewarisnya.

 

MEDIUM SHOT – ARIF

Mata Arif terbuka lebar. Irisnya kini hitam sepenuhnya. Ia bangkit perlahan, tubuhnya kaku, lalu mulai mengucapkan mantra yang sama, melanjutkan bacaan Pak Darmo.

 

SUARA GAIB
(bergema, bersahut-sahutan)
Buka… buka… buka…

 

GROUND SHAKE – Tanah kuburan berguncang. Nisan-nisan tua berjatuhan. Dari liang yang terbuka, muncul asap hitam pekat, lalu perlahan membentuk sosok raksasa hitam tanpa wajah.

 

Ibu dan Ayah di gerbang pemakaman berteriak histeris. Mereka mencoba mendekat, tapi angin kencang menghalangi, membuat tubuh mereka terhempas ke tanah.

 

CLOSE UP – KYAI MAWARDI

Wajahnya tegang, namun tetap khusyuk. Ia membuka kitab dan membaca ayat-ayat suci semakin keras. Suaranya mencoba melawan raungan gaib.

 

KYAI MAWARDI
(keras, penuh tenaga)
Ya Allah, lindungi anak ini dari tipu daya setan yang terkutuk!
 
ARIF
(tertawa, suaranya berganda)
Terlambat, Kyai! Darah penggali kubur sudah menjadi darahku.


Arif melangkah menuju liang kubur raksasa yang terbuka, seakan tubuhnya ditarik masuk. Bayangan Pak Darmo berdiri di sisi liang, tersenyum puas.

 

KYAI MAWARDI
(berteriak)
Arif! Lawan! Ingat namamu, ingat orang tuamu!
 

SLOW MOTION:

Air mata Arif jatuh, sesaat wajah aslinya muncul—penuh ketakutan. Namun tubuhnya tetap melangkah, bibirnya dipaksa terus melantunkan mantra.

 

VISUAL HORROR:

Sosok-sosok hitam kini melayang, menjerit tanpa suara, berusaha mendorong Arif masuk ke dalam liang yang gelap. Dari dalam liang, terdengar suara ribuan orang berdoa dalam bahasa asing.

 

KYAI MAWARDI
(putuskan, mengangkat tangannya tinggi-tinggi)
Dengan izin Allah, aku tutup semua pintu yang kau buka, Darmo!

 

Ia menancapkan tongkat kayu kecil bertuliskan ayat ke tanah. Cahaya putih menyembur keluar, menyilaukan.

 

MONTAGE:

·Sosok raksasa hitam meraung, tubuhnya terpecah jadi asap.

·Bayangan Pak Darmo menjerit, wajahnya terdistorsi lalu lenyap.

·Arif terhempas mundur, jatuh pingsan di pelukan Kyai.

·Semua arwah berteriak bersamaan lalu menghilang, meninggalkan hening mencekam.

 

WIDE SHOT – PEMAKAMAN

Kabut sirna. Hujan gerimis berhenti. Hanya terdengar suara jangkrik malam.

 

CLOSE UP – KYAI MAWARDI

Ia menatap nisan tua di depannya. Wajahnya berat, mata berkaca-kaca.

 

KYAI MAWARDI
(bisik lirih)
Tapi ikatan ini belum benar-benar putus… masih ada yang menunggu.

 

CAMERA PULL BACK – Menunjukkan pemakaman dari atas, sunyi… tapi di kejauhan, sosok samar Pak Darmo berdiri di bawah pohon beringin, menatap dengan senyum dingin.


CUT TO BLACK.


75. EXT. RUMAH ARIF – SUBUH

PEMAIN ; ARIF, AYAH, IBU, KYAI MAWARDI

Langit mulai terang. Burung berkicau, seolah malam mencekam di pemakaman hanyalah mimpi buruk.

 

Di teras rumah, Arif duduk berselimut, wajahnya pucat tapi tenang. Ayah dan Ibu tersenyum lega sambil menyuguhkan teh hangat. Kyai Mawardi bersandar di kursi, matanya sayu, terlihat kelelahan.

 

IBU
(tersenyum, menatap Arif)
Alhamdulillah… kau kembali, Nak.

 

Arif hanya mengangguk pelan. Ia menatap cangkir teh di tangannya. Tangannya sedikit bergetar.

 

KYAI MAWARDI
(hati-hati)
Jangan lengah. Malam tadi hanyalah awal. Apa yang diwariskan… bisa muncul lagi kapan saja.

 

Ayah menunduk. Ibu menitikkan air mata.

 

CLOSE UP – WAJAH ARIF

Ia tersenyum tipis. Namun sekilas, matanya memantulkan bayangan Pak Darmo.

 

MUSIK PELAN MENCEKAM.


CUT TO

 

76. INT. KAMAR ARIF – MALAM (BEKELIPATAN WAKTU)

PEMAIN ; ARIF

Kamera menyorot meja belajar Arif. Ada kitab sekolah… tapi di bawahnya terselip sobekan kertas berisi doa terlarang yang samar terbakar.

 

Kamera bergerak naik—Arif sedang tidur. Tapi bibirnya bergerak sendiri, berbisik pelan, suara bukan miliknya.

 

ARIF (TIDUR / BISIKAN)
mantra penggali kubur… buka… buka…

 

SFX: KETUKAN PELAN

Terdengar suara ketukan dari bawah rumah. “Dug… dug… dug…” seperti tanah sedang digali.

 

WIDE SHOT – LUAR RUMAH

Kamera menjauh dari rumah keluarga. Suasana tenang, lampu rumah remang. Tapi dari bawah tanah halaman rumah, muncul retakan kecil, seolah sesuatu sedang mencoba keluar.


CUT TO BLACK.

CREDITS ROLL dengan musik doa lirih yang berubah menjadi bisikan menyeramkan.

 

77. EXT. PEMAKAMAN DESA – MALAM BEBERAPA HARI KEMUDIAN

PEMAIN ; ARIF

Kabut kembali menyelimuti pemakaman. Suasana sepi, hanya suara burung hantu terdengar dari kejauhan.

 

WIDE SHOT:

Terlihat sosok seorang anak berjalan sendirian ke tengah pemakaman dengan membawa cangkul tua. Itu adalah ARIF. Wajahnya tenang, namun matanya kosong.

 

CLOSE UP – TANGAN ARIF

Ia menggenggam cangkul milik almarhum Pak Darmo. Gagangnya penuh ukiran aneh, seperti simbol ritual.

 

VOICE OVER (ARIF, SUARA DUA LAPIS – DIA & MAKHLUK DI DALAMNYA):
“Doa penggali kubur… bukan sekadar doa. Ini adalah ikatan darah… dan aku… adalah penerusnya.”
 


CUT TO


78. INT. TENGAH PEMAKAMAN – MALAM

PEMAIN ; ARIF

Arif berhenti di sebuah liang kubur yang masih basah, baru digali. Ia menancapkan cangkul ke tanah. Wajahnya tersenyum samar.

 

Ia mulai membaca doa lirih, tapi suaranya jelas bukan doa biasa. Kalimatnya terbalik, melengking, bercampur bisikan arwah.

 

SFX: Suara tanah bergeser, nisan-nisan di sekitarnya bergetar. Dari bawah tanah, terdengar rintihan orang-orang yang telah dikubur.

 

MEDIUM SHOT – WAJAH ARIF

Saat doa semakin keras, mata Arif berubah hitam sepenuhnya. Dari kegelapan, muncul bayangan Pak Darmo berdiri di belakangnya, menepuk pundaknya dengan bangga.

 

PAK DARMO / BAYANGAN
(tersenyum dingin)
Bagus, cucuku… teruskan. Biarkan doa ini abadi di setiap kuburan.
 
ARIF
(dengan tenang, tapi mengerikan)
Aku siap, Kek. Malam ini, semua arwah akan tunduk padaku.

 

WIDE SHOT – PEMAKAMAN

Puluhan bayangan hitam mulai bermunculan dari setiap nisan, mengelilingi Arif. Mereka menunduk, seperti memberi hormat.

Arif berdiri tegak di tengah mereka, suaranya menggelegar di antara kabut.


ARIF (BERSUARA GAIB)
Aku… penggali kubur berikutnya!
 

CLOSE UP – MATA ARIF

Sorot matanya penuh kegelapan, namun di dalamnya tampak api kecil menyala—tanda bahwa ia kini sepenuhnya mewarisi ritual terlarang itu.

 

SFX: Tanah bergetar hebat, kamera menyorot ke langit. Awan hitam berputar, membentuk pusaran di atas pemakaman.


CUT TO BLACK.


79. EXT. DESA – PAGI

PEMAIN ; KYAI MAWARDI, WARGA

Suasana desa kacau. Warga berlarian ketakutan, hewan ternak mati mendadak, sumur-sumur menghitam seperti berisi darah.

Orang-orang berbisik tentang "doa larangan" yang sudah dibangkitkan lagi.

 

WARGA 1
(ketakutan)
Semalam... aku lihat kuburan di belakang rumah terbuka... bayangan hitam berdiri di sana...
 
WARGA 2
(gemetar)
Itu... arwah yang tak pernah tenang. Semua gara-gara doa itu dibaca lagi...

 

Kyai Mawardi yang masih lemah dipapah oleh beberapa santri. Ia menatap ke arah pemakaman, muram.

 

KYAI MAWARDI
(lirih, penuh putus asa)
Kutukan Darmo... kini melekat pada Arif...

 

CUT TO


80. INT. RUMAH ARIF – SIANG

PEMAIN ; ARIF, PAK DARMO

Arif duduk di kamar, menatap cermin. Tapi bayangan di dalam cermin bukan dirinya, melainkan Pak Darmo dengan senyum menyeramkan.

 

BAYANGAN PAK DARMO (dari cermin)
(sinis, bergaung)
Aku titipkan warisan ini padamu. Kau sudah jadi aku.

 

Arif menutup telinga, menjerit. Tapi dari luar, warga hanya mendengar suara doa samar yang menggetarkan dinding rumah.

 


CUT TO


Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)