Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Penulis : Rana Kurniawan
ADEGAN 1 – PERSIAPAN PERNIKAHAN
INT. RUMAH NADIA – PAGI CERAH
Kamera memperlihatkan NADIA berdiri di depan cermin mengenakan kebaya putih sederhana.
Di sampingnya, ibunya membantu menata kerudung dengan senyum bangga.
Namun di matanya, ada sedikit keraguan yang sulit disembunyikan.
IBU NADIA
Kamu cantik banget hari ini, Nak.
Rana beruntung punya kamu.
NADIA
(senyum lembut)
Iya, Bu… semoga semua lancar.
Sementara itu…
INT. KAMAR RANA – PAGI
Rana duduk di tepi ranjang, mengenakan kemeja putih dan sarung.
Di meja, ada foto kecil Sarah yang sudah agak pudar.
Ia menatapnya lama, lalu perlahan meletakkannya ke dalam laci.
RANA (lirih)
Maaf, Sarah…
Bukan karena aku gak cinta lagi,
tapi karena aku harus belajar bahagia dengan cara lain.
ADEGAN 2 – SARAH MENGETAHUI BERITA
INT. SEKOLAH TEMPAT SARAH MENGAJAR – SIANG
Sarah sedang mengajar anak-anak, ketika teman gurunya, RIKA, datang membawa ponsel dengan wajah heboh.
RIKA
Sar… kamu tahu gak? Rana…
Rana nikah hari ini, sama perempuan Bali, katanya.
Sarah membeku.
Suara anak-anak yang tertawa di kelas terdengar jauh, seperti menghilang.
Ia hanya berdiri diam, menatap keluar jendela.
SARAH (monolog, dalam hati)
Akhirnya…
hari itu datang juga.
Ia menatap langit biru — senyum samar muncul di wajahnya, tapi air mata mengalir perlahan.
Ia menyembunyikan tangisnya di balik senyum, agar anak-anak tidak melihat.
ADEGAN 3 – DI DEPAN MASJID BALI
EXT. MASJID – SIANG TERANG
Suara gamelan Bali berpadu dengan lantunan doa.
Rana duduk di depan penghulu, didampingi beberapa keluarga.
Nadia di sampingnya, terlihat anggun dan bahagia.
PENGHULU
Saudara Rana bin Surya…
Apakah saudara bersedia menikah dengan Nadia binti Rahmat dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai?
Rana menarik napas panjang.
Suara hatinya terdengar dalam narasi.
RANA (VO)
Mungkin cinta pertama gak selalu jadi akhir yang bahagia…
Tapi Tuhan tahu, setiap luka juga butuh rumah baru untuk sembuh.
RANA
(suara tenang)
Saya bersedia.
Tangan Rana dan penghulu berjabat.
Tepuk tangan terdengar, doa mengalun.
Namun di antara keramaian itu, kamera fokus pada wajah Rana — tenang, tapi ada sedih yang tak bisa disembunyikan.
ADEGAN 4 – MALAM SETELAH AKAD
INT. PANTAI BALI – MALAM
Rana berjalan sendirian di tepi pantai, masih mengenakan pakaian pengantin.
Angin laut berhembus pelan, ombak memantulkan cahaya bulan.
Ia mengeluarkan sebuah surat dari sakunya — surat lama dari Sarah, yang dulu belum sempat ia buang.
Rana membaca dengan suara pelan.
“Kalau nanti kamu bahagia, jangan lupa doakan aku juga bahagia, meski bukan bersamamu.”
– Sarah
Rana tersenyum tipis, lalu melipat surat itu dan melepaskannya ke laut.
Kamera menyorot kertas itu terbawa arus, menghilang di antara ombak.
RANA (lirih)
Terima kasih, Sarah.
Akhirnya aku bisa tenang.
ADEGAN 5 – WAKTU BERLALU
EXT. SEKOLAH DESA – PAGI
Beberapa tahun kemudian.
Sarah masih mengajar anak-anak di sekolah kecil di pinggir kota.
Ia terlihat lebih damai, lebih dewasa.
Di tangannya, ada cincin kecil — bukan dari Rana, tapi tanda bahwa ia sudah menerima lamaran Dion, pria yang setia menunggunya.
DION
(tersenyum hangat)
Aku tahu kamu gak bisa lupain masa lalumu sepenuhnya.
Tapi aku janji, aku gak akan pernah berhenti buat jagain masa depanmu.
Sarah menatap Dion lama, lalu mengangguk dengan mata berkaca.
SARAH
Aku gak mau ngelupain masa lalu.
Aku cuma mau belajar berdamai dengannya.
ADEGAN 6 – PENUTUP
EXT. PANTAI – SENJA EMAS
Rana dan Nadia sedang berjalan di tepi pantai sambil menggandeng tangan anak kecil mereka.
Di sisi lain, di kota lain, Sarah dan Dion duduk di taman bermain, menatap langit jingga bersama.
Kamera menyorot langit senja — dua tempat berbeda, tapi warna langit yang sama.
Narasi terakhir mengalun dengan suara lembut.
NARATOR (VO – SUARA SARAH DAN RANA BERGANTIAN)
Kita gak harus punya akhir yang sama untuk bisa saling mendoakan.
Cinta bukan tentang siapa yang tetap di samping, tapi siapa yang tetap di hati tanpa menyakiti.
Dan akhirnya, cinta itu menemukan jalannya sendiri — bukan untuk bersama, tapi untuk berdamai.
Kamera menyorot ombak berdebur pelan, burung camar terbang melewati langit jingga.
Tulisan muncul di layar:
“CINTA TERLARANG – Tamat”
Cinta sejati tak selalu harus dimiliki, cukup diikhlaskan untuk tetap hidup di hati.
---
🎬 THE END