Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Cinta Terlarang
Suka
Favorit
Bagikan
3. Keputusan Besar
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Penulis : Rana Kurniawan


Adegan 1: Keputusan Besar


INT. RESTORAN “D’WARUNG KOTA” – MALAM

Restoran sudah tutup. Rana dan Sarah duduk berdua di salah satu meja. Di depan mereka ada dua gelas teh hangat.

Lampu remang menambah suasana hangat dan tenang.


SARAH

(tersenyum lembut)

Rana… udah hampir setahun ya, kita bareng. Gak kerasa.


RANA

Iya, aku juga gak nyangka bisa sejauh ini.

(diam sebentar, menatap mata Sarah)

Makanya, aku gak mau lama-lama, Sarah. Aku serius sama kamu. Aku mau nikah sama kamu.


Sarah terdiam, wajahnya campuran antara bahagia dan terkejut. Ia menatap Rana dengan mata berbinar.


SARAH

Kamu serius?

(tersenyum haru)

Kamu yakin mau hidup sama aku?


RANA

(teguh)

Yakin. Aku mau temani kamu, dalam suka dan duka.

(tersenyum tipis)

Kalau kamu mau… minggu depan aku datang ke rumah kamu, kenalan sama orang tuamu.


Sarah tersenyum sambil menunduk malu. Ada air mata haru di ujung matanya.

Mereka saling genggam tangan. Kamera perlahan bergerak mundur, memperlihatkan dua hati yang yakin ingin bersatu.



Adegan 2: Hari Pertemuan Pertama


EXT. RUMAH SARAH – SIANG

Rumah besar sederhana di pinggiran kota. Halaman luas dengan bunga-bunga di pinggir pagar.

Rana datang dengan kemeja rapi dan wajah gugup. Ia membawa bingkisan kecil.


SARAH

(tersenyum lembut, menyambut di depan pagar)

Kamu kelihatan tegang banget.


RANA

Iya… soalnya ini pertama kali aku ketemu orang tua calon istriku.


Sarah tertawa kecil dan memegang tangan Rana menenangkan.

Mereka masuk ke rumah.


INT. RUANG TAMU – SIANG

Orang tua Sarah sudah menunggu: PAK RIDWAN (50-an) dan BU LINA (40-an).

Keduanya tampak ramah tapi sedikit kaku. Rana menyalami mereka dengan sopan.


RANA

Assalamualaikum, Pak, Bu.

Saya Rana.


PAK RIDWAN

Waalaikumsalam. Silakan duduk, Nak Rana.

Sarah sering cerita tentang kamu.


BU LINA

(tersenyum halus)

Kamu kerja di restoran yang sama, ya?


RANA

Iya, Bu. Saya di dapur bantu masak juga.


Mereka berbincang hangat, meski ada momen-momen diam yang sedikit canggung.

Bu Lina sesekali menatap Rana agak lama, seperti mencoba mengingat sesuatu.



---


Adegan 3: Kunjungan Kedua dan Awal Kecurigaan


INT. RUMAH SARAH – PETANG

Beberapa hari kemudian, Rana datang lagi. Kali ini suasananya lebih santai.

Pak Ridwan menanyakan asal-usul Rana.


PAK RIDWAN

Rana, kamu aslinya dari mana?


RANA

Saya dari Kampung Sukamaju, daerah Lebak, Pak.


PAK RIDWAN

(o sedikit kaget)

Lebak?

(berusaha tersenyum)

Kebetulan, Ibu kamu siapa namanya?


RANA

Mamah saya namanya Siti Rahma, Pak. Bapak saya… (menunduk sebentar)

Sudah almarhum, namanya Hasanudin.


Sekejap wajah Bu Lina berubah. Senyumnya hilang. Ia memandang suaminya dengan tatapan tegang.

Pak Ridwan terlihat kaget dan menelan ludah pelan.


BU LINA

(dengan suara bergetar)

Hasanudin… dari Sukamaju?

(berbisik)

Itu… nama kakak saya…


Rana menatap bingung.


RANA

Iya, Bu. Mamah pernah bilang dulu Bapak punya saudara yang merantau dan lama gak pulang. Tapi Rana gak pernah kenal…


Suasana ruang tamu langsung berubah.

Bu Lina menutup mulutnya, air mata mulai keluar.

Ia berdiri, goyah, lalu pingsan di depan semua orang.



Adegan 4: Rumah Sakit dan Rahasia Besar


INT. RUMAH SAKIT – MALAM

Bu Lina terbaring di tempat tidur rumah sakit. Sarah menangis di sisi ibunya. Rana berdiri bingung di sudut ruangan.

Pak Ridwan menatap Rana dengan wajah serius.


PAK RIDWAN

(berbicara pelan, tegas)

Nak Rana… mulai malam ini, jangan dulu temui Sarah.

Saya mohon.


RANA

(tampak bingung dan cemas)

Kenapa, Pak? Saya salah apa? Saya cuma mau niat baik…


Pak Ridwan tidak menjawab. Ia menunduk, menahan sesuatu yang berat di dadanya.


SARAH

Ayah! Kenapa gak boleh? Rana gak salah apa-apa!


PAK RIDWAN

Cukup, Sarah!

(teriak, tapi suaranya bergetar)

Kamu gak tahu apa-apa.


Sarah terdiam, menangis. Rana menatap mereka semua, tak mengerti apa yang sedang terjadi.



Adegan 5: Malam yang Sunyi


EXT. DEPAN RUMAH SAKIT – MALAM

Rana duduk di kursi taman rumah sakit, sendirian.

Hujan gerimis turun perlahan.

Ia menatap lampu-lampu kota dari kejauhan, wajahnya hancur penuh tanda tanya.


RANA (monolog)

(berbisik)

Aku cuma mau nikah…

Kenapa semua jadi begini?

Apa salahku?


Kamera pelan-pelan menjauh, memperlihatkan Rana yang duduk sendirian di bawah hujan.

Musik sedih mulai masuk.

Fade out.

Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)