Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Penulis : Rana Kurniawan
ADEGAN 1 – RESTORAN BALI – MALAM ROMANTIS
INT. RESTORAN PINGGIR PANTAI – MALAM
Suasana hangat diterangi lilin. Angin laut berhembus lembut.
RANA duduk bersama NADIA, mengenakan kemeja putih sederhana.
Di meja mereka, lilin kecil berkelap-kelip, dan bunga mawar tergeletak di samping piring.
NADIA
(senyum bahagia)
Kamu yakin mau mulai semuanya dari sini?
RANA
(tenang, tapi matanya dalam)
Iya, Nad. Aku pengin serius sama kamu.
Aku capek nyimpen masa lalu terus.
Kamu pantas buat aku perjuangin.
Nadia tersenyum bahagia, menahan haru.
Ia menggenggam tangan Rana.
Namun kamera menyorot jari tangan Rana yang sempat gemetar…
Karena di pikirannya — masih ada wajah SARAH.
ADEGAN 2 – KANTOR SARAH – SIANG
INT. RUANG KERJA SARAH – SIANG
Sarah duduk di meja kerjanya di sebuah lembaga pendidikan.
Ia tampak lebih dewasa dan profesional, tapi sorot matanya masih menyimpan sepi.
DION, rekan kerja yang dulu menemaninya di kafe, menghampiri dengan setangkai bunga kecil.
DION
Kamu sibuk banget akhir-akhir ini. Aku pikir kamu udah gak mau diajak makan bareng lagi.
SARAH
(tersenyum sopan)
Maaf, Dion. Aku cuma lagi banyak pikiran.
DION
(menatap serius)
Sarah… aku gak mau ganggu masa lalu kamu. Tapi aku di sini, kalau kamu butuh seseorang buat mulai lagi.
Sarah terdiam. Ia tersenyum kecil — senyum yang sopan, tapi jauh dari bahagia.
SARAH (monolog)
Aku pengin mulai lagi… tapi gimana caranya kalau hati ini belum selesai dengan masa lalu?
ADEGAN 3 – MALAM TELEPON TAK TERJAWAB
INT. KAMAR SARAH – MALAM
Sarah menatap layar ponselnya.
Nama “Rana (Tidak Aktif)” masih tersimpan di kontak lama.
Tiba-tiba, notifikasi muncul — Nomor baru menghubungi: “Nomor tak dikenal.”
Sarah ragu, lalu menjawab.
SARAH
Halo?
Tak ada suara. Hanya deru angin, lalu sambungan terputus.
Sarah menatap ponsel itu dengan napas tercekat.
Air matanya menetes tanpa ia sadari.
SARAH (lirih)
Ran… itu kamu, ya?
ADEGAN 4 – PAGI BERITA TAKDIR
INT. WARUNG MAKAN – PAGI
Rana sedang sarapan bersama Nadia.
Tiba-tiba, TV di warung menayangkan liputan pendidikan di Jakarta.
Wajah Sarah muncul di layar — sedang diwawancara karena keberhasilan mengajar anak-anak jalanan.
Rana terpaku. Sendoknya berhenti di udara.
NADIA
(heran)
Kenapa, Ran?
RANA
(gugup menatap layar)
Itu… dia.
Kamera menyorot wajah Rana — campuran antara rindu dan perih.
Nadia menatap layar, lalu menunduk. Ia tahu siapa yang dimaksud.
Hening menyelimuti meja.
Hanya suara TV dan detak jam yang terdengar.
ADEGAN 5 – JAKARTA, BEBERAPA HARI KEMUDIAN
EXT. ACARA SOSIAL – SIANG TERANG
Sarah menghadiri acara sosial di taman kota. Ia sedang berbicara di depan anak-anak dan wartawan.
Tiba-tiba, dari kejauhan, Rana muncul di antara kerumunan — tak sengaja, dengan pakaian sederhana dan wajah terkejut.
Keduanya saling menatap. Dunia seakan berhenti.
Sarah terdiam di tengah pidatonya.
Mata mereka bertemu — sejenak, tapi dalam.
SARAH (dalam hati)
Itu benar dia…
Aku gak mimpi, kan?
RANA (dalam hati)
Aku cuma mau lihat dari jauh.
Tapi kenapa dada ini sesak begini?
Air mata menetes di sudut mata Sarah.
Rana melangkah mundur, tak sanggup menatap lebih lama.
Ia berbalik dan pergi di antara kerumunan.
ADEGAN 6 – HUJAN SENJA
EXT. JALAN KOTA – SENJA HUJAN
Sarah mengejar Rana di tengah hujan.
Orang-orang berlalu-lalang, mobil lewat cepat, suara klakson menggema.
Sarah berlari tanpa payung, suaranya parau.
SARAH
RANA!
(tangis tertahan)
RANA!!
Rana berhenti di trotoar. Ia menoleh pelan.
Tatapan mereka bertemu lagi — di antara hujan dan kenangan.
SARAH (menangis)
Kenapa kamu gak pernah kabarin aku?
Kamu tahu seberapa susah aku ngelupain kamu?
RANA
(suara serak)
Karena aku takut, Sarah.
Takut kalau aku datang lagi, aku bakal hancurin hidup kamu.
SARAH
Hidupku justru hancur karena kamu pergi.
Rana menunduk. Air matanya bercampur air hujan.
Ia mendekat, mengusap pipi Sarah dengan lembut.
RANA (pelan)
Kita gak bisa, Sarah.
Cinta kita masih salah, meski rasanya benar.
Mereka saling menatap lama — lalu Rana melangkah mundur.
Sarah berdiri diam, menangis di bawah hujan.
ADEGAN PENUTUP BAB
NARASI SARAH (VO)
Kadang Tuhan mempertemukan kita lagi,
bukan untuk bersama,
tapi untuk memastikan bahwa luka itu sudah sembuh…
atau masih menganga.
Kamera menyorot langit mendung, lalu menurun ke arah jalan basah.
Jejak kaki Rana perlahan hilang di genangan air.