Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
Penulis : Rana Kurniawan
Adegan 1: Kepergian dari Kampung
EXT. KAMPUNG – PAGI
Suasana pagi di kampung terlihat damai. Matahari baru muncul di ufuk timur. Burung-burung berkicau, suara ayam berkokok, dan embun masih menempel di dedaunan.
RANA (25), pemuda sederhana, berwajah teduh dan berperawakan kurus, sedang berpamitan dengan ibunya di depan rumah kayu sederhana.
IBU RANA
(khusyuk sambil menahan air mata)
Rana, hati-hati di Jakarta ya, Nak. Jangan lupa salat, jangan gampang percaya sama orang.
RANA
(tersenyum lembut)
Iya, Mah. Rana berangkat bukan buat senang-senang, tapi buat bantu Mamah juga. Doain Rana bisa sukses di sana.
Ibu Rana mengangguk. Ia menyentuh bahu Rana dengan lembut, lalu memeluk anaknya dengan erat. Suasana haru menyelimuti keduanya.
Rana menenteng tas ransel lusuhnya, naik ke bus yang menunggu di pinggir jalan desa.
Bus perlahan berjalan, meninggalkan debu dan pandangan panjang sang ibu yang melambaikan tangan dengan mata berkaca-kaca.
Adegan 2: Tiba di Jakarta
EXT. TERMINAL JAKARTA – SIANG
Kamera menyorot keramaian terminal: klakson kendaraan, pedagang asongan berteriak, dan orang-orang berdesakan.
Rana turun dari bus, terlihat kikuk namun bersemangat. Ia menatap tinggi-tinggi gedung-gedung di kejauhan.
RANA (monolog)
(berbicara dalam hati)
Akhirnya sampai juga… Jakarta. Semoga ini awal yang baik.
Rana berjalan menyusuri trotoar, mencari alamat tempat kerjanya. Kamera mengikuti langkahnya dari belakang — menggambarkan rasa asing, harapan, dan semangat anak kampung yang ingin mengubah nasib.
Adegan 3: Restoran Sederhana
INT. RESTORAN “D’WARUNG KOTA” – SORE
Restoran tidak besar, tapi ramai. Aroma masakan khas Indonesia memenuhi ruangan.
Rana diterima bekerja oleh PAK HADI (40-an), pemilik restoran, yang terlihat ramah tapi tegas.
PAK HADI
Kamu baru ya?
Kerja di sini rajin, jangan main HP. Kalau pelanggan marah, kamu yang tanggung.
RANA
Siap, Pak. Rana janji bakal kerja sungguh-sungguh.
Pak Hadi menepuk bahu Rana, lalu menunjuk ke arah seorang gadis muda yang sedang membersihkan meja.
PAK HADI
Itu, Sarah. Dia udah lama kerja di sini. Nanti dia yang ajarin kamu.
Kamera beralih ke SARAH (23), berwajah manis, berambut hitam panjang, mengenakan celemek coklat muda.
Mereka beradu pandang sejenak — canggung tapi ada rasa penasaran di antara keduanya.
SARAH
(tersenyum sopan)
Kamu anak baru ya? Namanya siapa?
RANA
Iya… Rana.
(tersenyum kikuk)
Aku yang disuruh bantu kamu katanya.
SARAH
Oke, ikut aku aja. Aku ajarin cara layani pelanggan.
(jeda)
Tapi jangan salah kasih pesanan, bisa dimarahin Pak Hadi tuh.
Rana mengangguk sambil tersenyum.
Mereka mulai bekerja bersama. Sesekali saling pandang diam-diam — tanpa sadar, benih cinta kecil mulai tumbuh di antara tumpukan piring dan suara pelanggan.
Adegan 4: Malam Pertama di Kosan
INT. KAMAR KOS RANA – MALAM
Kamar kecil dengan dinding kusam dan lampu redup. Rana berbaring di kasur tipis sambil menatap langit-langit.
Di meja kecil, ada foto ibunya dan segelas air putih.
RANA (monolog)
(semi berbisik)
Hari pertama… capek, tapi senang.
Sarah orangnya baik. Entah kenapa, kalau dia senyum… hati ini tenang.
Kamera menyorot wajah Rana yang tersenyum samar, lalu pelan-pelan fad
e out — menandakan awal kisah cinta yang akan membawa mereka ke takdir yang tak terduga.