Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CUT TO
Sc 45. INT. RUMAH BEN. MALAM
Ben mengusap piring putih polos dan menatanya ke dengan tenang, kemudian ia berjalan mendekati jendela dan mengintip ke arah luar (Establishing shot bagian belakang, senyum wajah terpantul di kaca jendela). Ika dan suaminya sudah tiba di depan rumah Ben (long shot).
CUT TO
Sc 46. INT. RUANG TAMU. MALAM
Ika dan suami memasuki rumah Ben.
IKA
Wah! Rumahmu indah. Sama seperti karya diorama yang anda buat.
BEN
Silakan masuk.
Ben membawa mereka ke ruang makan dan mempersilakan untuk duduk di meja makan yang sudah dipersiapkan.
CUT TO
Sc 47. INT. RUANG DAPUR. MALAM
SUAMI IKA
Anda tidak perlu sampai menyiapkan segini banyak untuk menyambut kami.
BEN
Tidak. Ini bahkan belum apa-apa. Silakan diminum.
IKA
Oh ya, di rumah sebesar ini apakah kau sendirian? Bagaimana dengan keluarga?
Ben berhenti memotong daging yang ada di piringnya.
Suasana hening...
SUAMI IKA
Aah rasanya tidak cukup buruk ya kan? Saya juga pecinta keheningan (suami tertawa kecil).
BEN
Saya cukup terkesima dengan pasangan muda yang sangat sukses dan berani melampaui batas seperti kalian. Bagaimana jika saya memainkan sedikit piano.
Suami dan Ika mulai minum dan makan.
Ben beranjak dari kursinya dan mulai memainkan piano dari Mozart yang berjudul Lacrimosa.
Beberapa saat kemudian suami dan Ika menjadi gemetar dan lemas.
IKA
Apa yang terjadi?
Ben masih memainkan pianonya semakin kencang.
1 menit kemudian, Ben berdiri mendekati mereka yang sudah tergeletak di lantai namun masih dalam keadaan sadar.
BEN
Seorang pemilik rumah sakit yang kaya raya, namun di balik itu ada praktik aborsi yang kalian jalankan secara tertutup. Bukankah lucu ketika anda melihat diorama milik saya, lalu anda menjadi sangat tertarik?
IKA
Aborsi itu adalah pilihan mereka. Rumah sakit dan bisnis itu adalah bisnis keluarga. Sedangkan kami hanya meneruskannya saja.
BEN
Lalu? Ketika kekuasaan itu ada di tanganmu, kau tetap membiarkan bisnis biadab itu terus berjalan?
IKA
Saya rasa itu bukan sepenuhnya kesalahan kami!
BEN
Kalau begitu, sama seperti kalian membunuh bayi-bayi itu dengan larutan garam dengan dosis tinggi hingga membuat kulit mereka terbakar dan mati, mari kita lakukan hal yang sama.
Ben berdiri kemudian menyeret pisau di atas piring (tertawa). Lalu Ben mengambil suntikan yang sudah diisi larutan garam dan menyuntikkan ke tubuh mereka berulang ulang kali dengan kedua tangannya.
Di tengah teriakan mereka, Ben kembali memaikan pianonya sambil tertawa.
CUT TO
Sc 48. EXT. GERBANG RUMAH BEN. FAJAR
Ben memasuki rumah perlahan-lahan. Kemudian langkahnya terhenti. Ben menoleh ke ruangan atas rumahnya, lalu kembali melangkah masuk. Pintu tertutup
CUT TO
Sc 49. INT. KAMAR MANDI. PAGI
Ben masuk ke dalam air yang penuh di bathup (tanpa mengeluarkan gelembung dari hidung), kemudian beberapa saat kedua matanya terbuka.
CUT TO
Sc 50. INT. RESTORAN PIZZA. SIANG
Siaran berita di televisi
Berita duka datang dari pasangan pemilik rumah sakit ternama ditemukan tewas. Keduanya ditemukan di sungai dalam keadaan mobil terbalik. Sementara ini polisi menemukan beberapa dokumen riwayat aborsi yang berada di dalam koper plastik milik keduanya. Hingga saat ini polisi masih menyelidiki kasus dengan mengumpulkan bukti-bukti yang ada.
LAURA
Itu kayaknya orang yang kemarin ada di pameran deh. Gile gak nyangka gue ternyata kaya dari hasil lapak aborsi!
TIO
Miris sih. Makin banyak yang buang bayi eh ini malah nyediain lapak aborsi. Padahal yang bertahun-tahun pengen punya anak aja banyak yang belum dikasih sama yang Kuasa, ini yang dikasih malah semakin bejat aja! Pantes lah kalau mereka mati.
Laura mendadak termenung karena teringat bahwa orang itu (Ika) sebelumnya bersama Ben.
Tiba-tiba seorang pembeli, wanita(27 tahun) yang sedang berbaris untuk memesan pizza langsung menangis saat melihat siaran berita di televisi.
PEMBELI
(Menangis)
SUAMINYA
Sabar, Mah.
PEMBELI
Tapi, Pah kita saja sudah usaha bertahun-tahun belum ada hasil. Lebih baik kami yang besarkan dari pada dibunuh gitu.
Suaminya lantas memeluk sang istri.
Laura dan Tio kemudian saling bertatapan memberi kode.
TIO
Ra! Tisu noh tisu, kasih! (berbisik dari kejauhan).
Laura mengangguk dan segera memberinya tisu.
CUT TO
Sc 51. INT. KAMAR BEN. SORE
Ben tertidur di kamarnya. Ia kembali bermimpi ke masa lalunya.
Flashback
Sc 52. INT. TANGGA RUMAH BEN. SORE
John (7 tahun) sedang dimarahi Ibu Rayya. Ia terus memukuli John yang kedapatan pulang terlambat. Ibu Rayya amat murka dan terus memukulinya tiba-tiba bel rumah berbunyi. Ibu Rayya mengintip ke luar. Terlihat Ibu Gina berada di halaman depan. Namun Ibu Rayya tak mengidahkan kedatangan Ibu Gina. Ibu Rayya hendak kembali memukuli John, namun John menangkis tangan Ibunya lalu mendorongnya hingga terjatuh dari tangga. John melihat darah mengalir keluar dari tubuh Ibunya.
Sc 53. INT. KAMAR BEN. SORE
Ben terbangun dari mimpinya. Saat ia membuka mata, ia melihat Ibu Rayya malayang tepat di atas dirinya. Rambut Ibu Rayya mengenai wajah Ben. Darah pun menetes membasahi mata pipi dan bibirnya. Ben tak mampu bergerak.
CUT TO
Sc 54. INT. KAMAR BEN. SORE
Ben terbangun dan membuka kedua matanya, dengan napas terengah-engah. Suara napasnya memekik tak beraturan. Ia ketakutan.
CUT TO