Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
BLACK BOX
Suka
Favorit
Bagikan
6. #6

Sc 27. EXT. RUANG GANTI KOSTUM. MALAM

OWNER

Kamu masih berani minta bayaran? Kamu saja sudah merusak brosur-brosur saya!

LAURA

Tapi kan saya...

OWNER

Tapi apa?! Saya bisa aja lho minta ganti rugi sama kamu karena sudah merusak brosur saya. Mau sengaja kek, mau enggak yang jelas brosur saya rusak! Sekarang masih mau minta upah?!!!

Laura tertunduk diam mendengar teriakan yang dilontakan padanya.

CUT TO

Sc 28. EXT. TEPI JALAN. MALAM

Laura berjalan seorang diri di tengah keramaian. Tiupan angin membuat rambutnya beterbangan. Ia melihat sekeliling, orang-orang tampak bahagia, kecuali dirinya. Laura menatap gadis yang tengah memeluk ibunya. Mereka terlihat bersenda gurau sambil berjalan menikmati malam. Terlihat hangat di pandangan Laura. Laura kembali tertunduk. Ia berhenti sejenak. Telapak tangan kanannya memegang erat lengan kirinya. Air matanya pun menetes jatuh ke tengah, di antara langkah kakinya.

LAURA

Ibu.

Laura menggigit bibirnya. Mencoba untuk menahan tangis yang sedang dibendungnya.

Hujan turun dengan derasnya. Hujan yang menuntunnya kembali ke memori saat Laura kecil bersama ibunya.

FLASH BACK

Sc 29. EXT. DEPAN RUMAH LAURA. SORE

Warung Ibu Gina terlihat sepi. Ibu Gina sedang termenung. Laura kecil memegang jari-jari sang ibu, mengajaknya untuk berlari kecil di bawah air hujan. Mereka tertawa riang gembira.

DISSOLVE TO

Sc 30. EXT. DEPAN RUMAH LAURA

Rumah Laura dipenuhi kobaran api. Beberapa tetangga berlarian mengambil air untuk memadamkan api. Laura menangis berusaha menerobos masuk, tetapi ditahan oleh warga (suara warga yang berlarian). Kobaran api semakin membesar.

Bola mata Laura dipenuhi api yang kian membesar (BIG CLOSE UP)

Sc 31. INT. KAMAR LAURA. PAGI

Mata Laura terbuka lebar dengan napas yang tak beraturan. Tangan kanan Laura menjambak rambutnya. Keringat membasahi dahinya.

CUT TO

Sc 32. EXT. JALANAN. SIANG

Laura berjalan menyusuri beberapa restoran untuk melamar pekerjaan. Sudah 4 ruko terpampang jelas tidak ada lowongan pekerjaan. Meski begitu, Laura tetap berusaha.

Kaki Laura terhenti di sebuah restoran yang menjual pizza. Di hadapan jendela kaca restoran tersebut, Laura menata rambutnya dan bergegas masuk.

LAURA

Permisi, apakah tempat ini ada lowongan pekerjaan untuk saya?

CREW

Silakan masuk ke dalam ruangan yang di sana ya untuk interview.

Laura membuka pintu tersebut lalu menutupnya.

Pintu terbuka. Laura ke luar dengan berpakaian seragam lengkap sebagai pengantar pesanan di restoran pizza tersebut (Laura memegang topinya).

CUT TO

Sc 33. EXT. PERUMAHAN. SORE

Laura mengantar pizza ke beberapa rumah.

LAURA

Oke, ini adalah pizza yang terakhir. Alamatnyaaaaa... eh tunggu-tunggu, keknya gue tahu ini rumah di mana. Aahh! Rumah yang seram itu! Kalau gue protes lagi, takutnya malah dipecat lagi nanti. Apa gue terima saja ya perlakuannya kemarin yang udah bikin gue kena suspend? Ah! (mata Laura terpejam sejenak) Yaudahlah lupain aja!

Laura melaju lagi. Melewati banyak pepohonan yang tinggi untuk mencapai rumah Ben.

CUT TO

Sc 34. EXT. DEPAN RUMAH BEN. SORE

BIG CLOSE UP

Jam tangan Laura menunjukkan pukul 5 sore.

Laura memencet bel rumah Ben. Ia melihat sekeliling halaman depan rumah. Saat ia menoleh ke atas, terlihat seorang wanita tua mengintip hanya sebagian wajahnya saja. Laura mengerutkan dahinya. Ia melihat sesuatu yang tak asing pada wanita itu. Laura segera mengambil foto yang ia simpan di saku celananya. Laura mengangkat foto tersebut sampai setinggi wanita yang ia lihat dari kejauhan itu. Tiba-tiba Ben datang mengenakan topeng di mata kanannya.

BEN

Bukankah tidak sopan berlaku seperti itu saat berada di rumah orang lain?

LAURA

Oh maaf saya gak bermaksud. Saya hanyaaa... hanyaa... teringat sesuatu.

BEN

Apapun itu silakan. (Ben mengangkat tangan kanannya sebagai isyarat untuk mengusir) Saya sudah bayar.

Laura bergegas meningalkan rumah itu lagi.

CUT TO

Sc 35. INT. RUANG MAKAN BEN. MALAM

Ben duduk di meja makannya seorang diri. Tampak begitu kosong karena meja makan yang panjang. Dihadapan Ben terdapat dua buah lilin yang menyala.

Ben hendak menyantap pizza ke mulutnya. Tiba-tiba ia terhenti dan meletakkan pizza itu kembali. Ben beranjak dari kursinya sembari membawa kotak pizza yang masih utuh itu ke kamar Ibu Gina.

CUT TO

Sc 36. INT. RESTORAN PIZZA. MALAM

TIO

Jadi ibu lo ilang, Ra? Dan sekarang lo masih cari? Kenapa gak lapor polisi?

LAURA

Udah, tapi ya sampai sekarang gak ada hasilnya.

TIO

Dan lo hidup sendiri sejak umur 7 tahun setelah hilangnya nyokap?

LAURA

Nggak, gue sempat di adopsi. Tapi orang tua angkat gue mengalami kecelakaan pesawat 7 tahun yang lalu. Sejak itu gue mulai hidup sendiri dan ya kerja kayak gini biar bisa tetap hidup.

TIO

Tapi gue salut sama lo, Ra. Anak-anak sekarang kebanyakan bergantung sama orang tuanya. Minta uang dan fasilitas yang instan tanpa mau keluar keringat.

LAURA

Kerja begini emang gak bisa bikin kita jadi kaya, seenggaknya pekerjaan ini bisa bikin kita tetap hidup.

TIO

Makan yang banyak, Ra. Pura-pura kuat juga butuh tenaga.

Tio tertawa kecil menatap Laura.

Tiba-tiba ponsel Laura berbunyi. Laura membuka pesan e-mail yang masuk. Rupanya undangan reschedule pameran seni diorama akan dilaksanakan akhir pekan ini. Laura melompat kegirangan karena hal yang dinanti pun akan tiba.

CUT TO

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar