Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SC. 96 INT. SUNRISE MALL - HARI PAMERAN BUKU;PAGI
CAST : All Cast Penerbit Bharata x Durga Publishing, Para Kritikus Sastra
ESTABLISH : SUASANA SUNRISE MALL SUDAH RAMAI. PARA PENGUNJUNG MALL YANG BERBELANJA DI SANA JUGA MAMPIR MENGUNJUNGI PAMERAN BUKU. ADA JUGA PENGUNJUNG YANG KHUSUS DATANG UNTUK MEMBELI BUKU DI PAMERAN ITU.
CUT TO
SC. 97 INT. HALL LANTAI 1 SUNRISE MALL - PAGI
CAST : All Cast Penerbit Bharata x Durga Publishing, Para Kritikus Sastra
Para staf penerbit buku sibuk dengan tugas masing-masing.
Para kritikus sastra sudah berkeliling menyambangi stan-stan penerbit untuk melihat secara langsung proses jual beli sekaligus menemui para penulis.
Jumlah stan dan penerbit yang ikut acara itu adalah 10 penerbit baik mayor maupun indie.
Band pendukung acara memainkan lagu-lagu yang membakar semangat para pengunjung.
CUT TO
SC. 98 INT. STAN PENERBIT BHARATA - PAGI
CAST: All staf Penerbit Bharata
Mereka menunggu kedatangan Bismahanta. Bismahanta terlambat karena terjebak macet.
DEWABRATA
Mana nih editor kita, sebentar lagi kritikus itu akan mampir ke stan kita untuk membahas karya-karya kita
MAHARANI
Dia masih kejebak macet Dewa, mungkin sepuluh menit lagi nyampek
Kemal, Zulfi, dan tim divisinya sibuk melayani pembeli dan mengabadikan momen bahagia itu.
Kemal menghampiri Dewabrata dan melaporkan hasil penjualan sementara.
KEMAL
Pak Boss, lihat laporan ini, penjualan buku-buku kita sudah lumayan loh, dan yang paling banyak terjual tentunya novel Amba, karya Pak Boss
DEWABRATA
(menepuk kedua pundak Kemal)
Kalian memang luar biasa, aku bangga punya tim seperti kalian semua yang totalitas dalam bekerja
ZULFI
(menghampiri Dewabrata dan menunjukkan instagram perusahaan)
Kamu juga harus lihat ini Dewa, orang-orang yang sudah membeli buku kita langsung mengunggah fotonya ke instagram dan menandai instagram kita, isi caption mereka semuanya puas dengan buku yang sudah mereka beli dan baca
Beberapa menit kemudian, Bismahanta datang dengan tergopoh-gopoh. Ia memakai dress yang dibelikan Dewabrata, ia juga memakai make-up tipis-tipis di wajahnya.
SARASWATI
Hei, itu Bismahanta sudah datang!
Beberapa staf sampai tidak mengenali Bismahanta.
DEWABRATA
Amba...
Bismahanta langsung berdiri di hadapan Dewabrata. Dewabrata tersadar dari lamunannya.
BISMAHANTA
Maaf saya telah Pak (tersenyum malu)
DEWABRATA
Anggun, cantik, apa kamu beneran Bismahanta yang kita kenal?
BISMAHANTA
Ya iyalah Pak, masak orang lain
MAHARANI
Maklumlah Han, kamu hari ini kelihatan beda banget dengan dress ini
BISMAHANTA
Sebenarnya aku nggak PeDe pake ini Kak, gara-gara ada yang nyuruh aku makai ini, jadi aku pakai deh, apa aku ganti baju kayak biasanya aja?
Dewabrata menarik lengan Bismahanta dan mencegahnya untuk mengganti baju.
DEWABRATA
Biarkan saja (mendekati Bismahanta dan berbisik) aku suka
Bismahanta berusaha mengontrol perasaannya yang campur aduk. Ia langsung duduk di samping Zulfi yang sedang melihat-lihat isi kameranya. Saat itu pula, Bismahanta dan Zulfi membahas persiapan balas dendam ke Dewabrata.
Tiba-tiba Durga datang bersama Megan menyambangi stan Penerbit Bharata.
DURGA
Aku dengar, penjualan buku kalian lumayan juga, selamat ya, setidaknya kalian tidak kehilangan seluruh pembaca kalian karena berpindah ke terbitan-terbitan kami
DEWABRATA
Kamu siap-siap saja Durga untuk menjalankan akibat dari kekalahan kamu di tantangan ini
DURGA
Jangan senang dulu, Dewa, buku yang laris belum tentu kualitasnya bagus, kita lihat saja siapa yang menang penghargaan nanti, itulah pemenangnya
Durga meninggalkan stan Penerbit Bharata tepat ketika dua orang kritikus mampir ke stan itu.
Dewabrata memanggil Bismahanta, Maharani, dan Saraswati untuk menemaninya berbincang-bincang dengan dua kritikus itu.
ANWAR (KRITIKUS 1)
Jadi Anda penulis dari Novel berjudul Amba ini?
DEWABRATA
Iya betul Pak, salam kenal dari saya
MAHARANI
(menambah penjelasan)
Pak Dewa selain penulis, beliau juga pimpinan redaksi dan pemilik Penerbit Bharata
ANWAR (KRITIKUS 1)
Wow, that's great!
DEWABRATA
Dan ini para editor kami, Pak, berkat mereka, buku-buku ini bisa layak untuk diterbitkan
HISYAM (KRITIKUS 2)
(membuka novel Amba)
Kebetulan, sebelum acara hari ini, saya sudah membaca novel Amba ini dan saya sangat tertarik dengan ceritanya yang hampir sama dengan cerita Amba dan Bisma dalam kisah Mahabharata
ANWAR (KRITIKUS 1)
Saya juga tertarik dengan novel ini. Konflik demi konflik yang ada di dalamnya seperti berjalan secara alami tanpa dibuat-buat, penulisan ceritanya juga tidak membosankan
HISYAM (KRITIKUS 2)
Betul sekali Pak Anwar, selain itu, ending dari cerita ini juga tak terduga dengan kemunculan Srikandi, di sini emosi kita dibuat memuncak lalu digantungkan begitu saja
Dewabrata terperanjat mendengar penjelasan Hisyam.
DEWABRATA
Mohon maaf Pak, bisa diulangi lagi penjelasan Bapak? maksudnya kemunculan Srikandi di ending?
HISYAM (KRITIKUS 2)
Iya, kita menyangka Srikandi tidak akan muncul dalam cerita ini, tapi kemudian dia muncul di akhir seperti sosok pahlawan bagi Amba dan cerita langsung selesai di situ tanpa ada kejelasan nasib akhir para tokohnya
DEWABRATA
Sepertinya ada kesalahan, Pak
DEWABRATA (VO)
Aku yakin tidak pernah menuliskan tokoh Srikandi, apalagi memberikan ending cerita yang menggantung
MAHARANI
Terima kasih Pak atas kritikannya, kami sangat menantikan hasil penilaian dari para kritikus untuk karya kami
Dua kritikus itu kemudian pergi dari stan Penerbit Bharata ke stan penerbit lainnya.
Maharani mengajak Dewabrata dan Bismahanta pergi sebentar dari stan.
CUT TO
SC. 99 INT. DERETAN KURSI PENONTON DI DEPAN PANGGUNG - MENJELANG SIANG
CAST: Maharani, Dewabrata, Bismahanta
Maharani duduk di kursi, sementara Dewabrata dan Bismahanta tetap berdiri.
MAHARANI
Kalian berdua, ada yang bisa beri penjelasan buat aku?
DEWABRATA
Han, kamu apakan novelku? Kenapa isinya bisa berubah drastis seperti itu?
BISMAHANTA
Pak Dewa, inilah kekuatan seorang editor, dia bisa membuat naskah itu menjadi semakin berkualitas atau biasa saja
DEWABRATA
Tapi tidak dengan cara mengubah isi cerita sedrastis itu kan?
BISMAHANTA
Buktinya para kritikus itu memberikan kritikan yang positif untuk novel bapak, berarti itu bukan masalah kan?
DEWABRATA
Bukan masalah katamu? (suaranya meninggi) Novel itu sangat berarti buat aku, novel itu adalah ketulusanku dan juga permintaan maafku, tapi kamu malah menghancurkan novel itu
Maharani menengahi perdebatan Bismahanta dan Dewabrata.
MAHARANI
Sebentar-sebentar, jadi Hanta mengubah isi novel ini tanpa sepengetahuan Dewa, tapi justru karena isi ceritanya yang berubah, maka novel ini banyak peminatnya (berpikir sejenak) apa benar seperti itu?
DEWABRATA
(menatap lekat-lekat Bismahanta sambil memegang kedua pundaknya)
Hanta, apa maksudmu mengubah isi novelku? Aku yakin bukan untuk memperbaiki kualitas novelnya kan? Pasti ada niat lain di balik ini semua, dengan mengubah isi novelku kamu berharap akan bisa menjatuhkannya di mata para kritikus, tapi yang terjadi ternyata para kritikus justru memuji-muji novelku
Bismahanta berusaha melepaskan genggaman tangan Dewabrata.
MAHARANI
(menatap penuh curiga)
Hanta, apa semua ini karena kamu ingin balas dendam? Seperti katamu ketika wawancara kerja dulu?
DEWABRATA
(Dewabrata melepaskan genggaman tangannya)
Balas dendam?
Tiba-tiba terdengar ucapan pembawa acara dari atas panggung bahwa penerima penghargaan akan segera diumumkan.
CUT TO
SC. 100 INT. DEPAN PANGGUNG SUNRISE MALL - PENGUMUMAN PENERIMA PENGHARGAAN; SIANG MENJELANG SORE
CAST : All Cast Penerbit Bharata x Durga Publishing, Para kritikus, para penonton
Hampir semua staf penerbitan ada di sana. Mereka menyaksikan pengumuman penerima penghargaan "Literasi Award".
PEMBAWA ACARA
Akhirnya kita sampai pada acara yang kita nanti, yaitu pengumuman penerima penghargaan "Literasi Award", semuanya sudah siap mendengar hasil pengumumannya?
Para penonton merespon dengan jawaban siap disertai tepuk tangan gemuruh.
Dewabrata duduk di dekat Megan dan Durga di belakang deretan para kritikus. Mereka saling menatap dengan tajam.
Bismahanta berdiri di samping Dewabrata bersama Maharani, Zulfi, Saraswati, dan Kemal.
Zulfi mendekati Bismahanta dan menanyakan kesiapan rencananya.
ZULFI
(berbisik lirih)
Kamu sudah siap, Han?
BISMAHANTA
Sudah Kak Zul, pisau lipatnya sudah ada di dalam kain yang balutkan pada luka tangan kiriku ini, tapi sepertinya nanti Dewabrata tidak akan mau pulang bersamaku, kami habis berdebat
ZULFI
Ya ampun Han, kok masih sempet debat sih, ya udah kalo gitu nanti biar aku yang mengajak Dewa ke pintu keluar paling sepi di sebelah utara sana, kamu tunggu saja di sana
Pembawa acara mulai menyebutkan nilai yang diraih oleh penulis beserta kritikan-kritikannya lalu menyebutkan nama penulisnya.
PEMBAWA ACARA
Penerima penghargaan "Literasi Award" adalah Dewabrata dengan judul karya AMBA, beri tepuk tangan yang meriah. Selamat kepada Dewabrata, silakan naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan ini.
Dewabrata mengepalkan tangannya di depan Durga dan Megan.
DEWABRATA
Yes! Prediksiku benar kan? Persiapkan apa yang harus kalian lakukan karena kalah dari tantangan ini!
Durga dan Megan langsung meninggalkan tempat saat itu juga.
Dewabrata naik ke atas panggung. Ia menerima piala penghargaan "Literasi Award". Ia mengucapkan terima kasih kepada timnya karena sudah bekerja dengan baik hingga ia bisa mendapatkan penghargaan itu.
Para kameraman mengabadikan momen itu dengan kamera masing-masing.
Dari atas panggung, Dewabrata mencari sosok Bismahanta yang sudah menghilang.
DEWABRATA (VO)
Ke mana kamu, Bismahanta!
CUT TO
SC. 101 INT. PINTU KELUAR SEBELAH UTARA SUNRISE MALL - SORE MENJELANG MALAM
CAST: Bismahanta
Acara penghargaan selesai pada pukul 18.00 WIB.
Bismahanta sudah menunggu Zulfi Dewabrata di pintu keluar sebelah utara. Pintu keluar di situ tergolong sepi, hanya satu dua orang lalu lalang.
Bismahanta mencoba menelepon Zulfi tapi tidak terjawab.
CUT TO
SC. 102 INT. SISI LAIN PINTU KELUAR SUNRISE MALL - MALAM
CAST: Dewabrata, Zulfi, Bismahanta, Durga dan dua bodyquardnya
Zulfi dan Dewabrata berusaha kabur dari sekapan dua bodyquard Durga.
Durga datang dan menyuruh dua bodyquardnya melepaskan Zulfi dan Dewabrata sebentar.
DURGA
Lepaskan mereka sebentar, aku ingin bicara dengan mereka
DEWABRATA
Dasar pengecut! Licik! Terima aja kenyataan kalau kalian kalah dari tantangan kami, tidak perlu penculikan kayak begini
DURGA
Orang yang susah diatur memang harus diberi pelajaran, aku akan melepaskan kalian dengan syarat kalian batalkan tantangan ini
DEWABRATA
Tidak akan!
Begitu ada kesempatan kabur, Dewabrata dan Zulfi memilih untuk lari dari tempat itu. Dua bodyguard Durga langsung mengejarnya.
Zulfi berhasil kabur dari kejaran itu sementara Dewabrata masih dikejar oleh dua bodyguard Durga menuju Parkiran dekat pintu keluar sebelah utara.
CUT TO
SC. 103 INT. PARKIRAN SEBELAH UTARA SUNRISE MALL - MALAM
CAST: Bismahanta, Dewabrata, Dua bodyguard Durga
Bismahanta berjalan dari pintu keluar menuju parkiran. Terlihat raut wajah putus asa dari wajahnya.
Ketika berjalan, Bismahanta mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat. Bismahanta bersembunyi di balik mobil yang terparkir.
Tiba-tiba Dewabrata jatuh tersungkur di dekat Bismahanta. Dua bodyguarad mendekati Dewabrata.
Bismahanta menahan dirinya untuk tidak bersuara dan tetap bersembunyi.
BISMAHANTA (VO)
Kenapa Dewabrata malah dihajar sama bodyguardnya Durga, gara-gara mereka sampai sekarang aku belum bisa membunuh Dewabrata
Dewabrata kembali bangkit sejurus kemudian ia mendapat pukulan dari bodyguard Durga,
BISMAHANTA (VO)
(masih menyaksikan di balik mobil)
Dewabrata ayo lawan, bertarunglah, kamu itu pendekar, kenapa kamu pasrah begitu, kamu harus selamat agar aku bisa membunuhmu
Tidak tahan melihat Dewabrata dipukuli terus oleh kedua bodyguard Durga, Bismahanta keluar dari persembunyiannya sambil membawa dua buah sapu lantai.
BISMAHANTA
Hei sudah cukup, ternyata kalian lagi yang bikin onar di sini!
Dua bodyguard Durga berhenti memukuli Dewabrata.
BODYGUARD 1
Jangan ikut campur!
Bismahanta mendekati kedua bodyguard itu dan memasang badan untuk melindungi Dewabrata.
BISMAHANTA
(mendekati dua bodyguard dengan tatapan tajam)
Pendekar itu tidak mencari musuh, tapi dia tidak mundur saat ada musuh. Bertarunglah seperti seorang pendekar, Dewabrata! (melemparkan satu sapu ke Dewabrata)
Dewabrata menerima sapu itu. Setelah memberikan sapu ke Dewabrata, Bismahanta langsung menyerang dua bodyguard itu dengan sapu yang ia bawa.
Bismahanta melawan kedua bodyguard itu dengan keahliannya memainkan tongkat sebagai salah satu jurus ilmu bela diri.
Dewabrata terperanjat melihat keahlian bela diri Bismahanta. Ia berdiri menjaga jarak dari pertarungan Bismahanta dan Dua Bodyguard itu sambil memegang sapu pemberian Hanta.
DEWABRATA (VO)
Jurus bela diri memakai tongkat seperti itu hanya diajarkan di Padepokan Silat Macan Putih, dan Hanta terlihat sangat menguasai jurus itu meskipun bukan tongkat sungguhan yang ia gunakan, apakah Hanta juga belajar ilmu bela diri di sana? Siapa sebenarnya Hanta itu?
Dewabrata masih ragu untuk melawan mereka. Dewabrata membuang sapu itu lalu menarik lengan Bismahanta dan mengajaknya berlari.
Kedua bodyguard itu masih tetap mengejar. Dewabrata dan Bismahanta bersembunyi di balik tembok.
BODYGUARD 2
Jangan sembunyi kalian, keluarlah! Kami tidak akan berhenti sampai berhasil membunuh Dewabrata, itulah perintah dari Boss kami
CLOSE UP: Wajah Dewabrata babak belur, Bismahanta mendapat sebuah luka PELIPIS DAN BIBIRNYA. Dewabrata dan bismahanta mendengarkan ucapan bodyguard itu dari balik tembok.
BISMAHANTA
Kenapa Pak Dewa malah mengajak kabur, sebenarnya aku bisa loh menghadapi mereka
DEWABRATA
Tidak perlu Han, keselamatanmu lebih penting
BISMAHANTA
Sampai kapan kita akan bersembunyi? Mereka tidak akan pergi sebelum membunuh bapak
Sejenak hening.
BISMAHANTA
Tunggu dulu, mereka bilang akan membunuh bapak?
Bismahanta melepaskan kain pembungkus tangan kirinya lalu mengeluarkan sebuah pisau lipat dari balik kain pembungkus itu.
BISMAHANTA
(mengacungkan pisau lipat ke wajah Dewabrata)
Aku juga bisa membunuh bapak
DEWABRATA
(menahan tangan Bismahanta)
Kamu mau membunuhku? Apa kamu benar-benar ingin balas dendam kepadaku seperti kata Maharani?
BISMAHANTA
(menjawab singkat)
Iya
Bismahanta langsung menggoreskan pisau itu pada tangan kirinya. Darah mengucur dari tangan kirinya, sayatan itu bertambah menjadi tujuh.
Bismahanta melumurkan darahnya pada pisau itu lalu keluar dari persembunyiannya.
Dewabrata berusaha menghentikan Bisamahanta, tetapi hanya kuncir rambut Bismahanta yang berhasil ia raih, rambut Bismahanta pun terurai.
BISMAHANTA
Hei, Kenapa kalian masih di sini?
Dua bodyguard Durga membalikkan badan ke arah suara.
BISMAHANTA
Kalian mau membunuh Dewabrata kan? Lihat! Aku sudah membunuhnya (menunjukkan pisau yang berlumur darah)
Tangan kiri Bismahanta terus mengeluarkan darah.
Dua bodyguard itu ragu untuk menyerang Bismahanta karena mereka tidak membawa senjata sedangkan Bismahanta membawa pisau.
BISMAHANTA
Pergi kalian dari sini! Atau kalian mau kubunuh juga (mendekati Dua Bodyguard itu sambil mengacungkan pisaunya)
Dua bodyguard itu hendak merebut pisau itu dari Bismahanta, namun tiba-tiba Durga datang bersama Megan.
DURGA
Sudah cukup, Frans, Roy, kita pergi saja, sisanya serahkan pada wanita itu, dia juga punya kebencian yang sama pada Dewabrata
Dua bodyguard itu pergi bersama Durga dan Megan.
Bismahanta terduduk lemas.
Maharani, Saraswati, Zulfi dan Kemal berlari ke arah Bismahanta.
SARASWATI
Hanta! Kamu kenapa? Tanganmu berdarah dan pisau ini untuk apa?
MAHARANI
Dewabrata! Di mana dia?
Dewabrata keluar sempoyongan dari persembunyiannya.
MAHARANI
Ya Tuhan, kamu juga kenapa babak belur seperti ini Dewa
Maharani menuntun Dewabrata berjalan menuju Bismahanta.
Dewabrata terkejut melihat Bismahanta dengan rambut yang terurai.
DEWABRATA
(memegang pundak Bismahanta dan mengguncang-guncangnya)
Amba? Kamu Amba kan?
Zulfi melepaskan tangan Dewabrata dari pundak Bismahanta.
ZULFI
Cukup Dewa, dia bukan Amba
Bismahanta tak menghiraukan perkataan orang-orang, ia berdiri sempoyongan kemudian berjalan ke pintu keluar dengan tatapan kosong, ia membiarkan rambutnya terurai dan dilihat banyak orang.
DEWABRATA
Zulfi, kamu ingat Amba kan? Ternyata Bismahanta adalah Amba, dia masih hidup, dia datang kembali memberi kesempatan padaku untuk meminta maaf padanya, aku harus mengejarnya
Zulfi dan Kemal memegang lengan Dewabrata, mencegahnya untuk mengejar Bismahanta.
Maharani memarahi Dewabrata.
MAHARANI
Lo ngomong apa Wa! Ngelantur aja, ayo sekarang kita pulang!
DEWABRATA
Enggak Ran, Gue harus mengejar Amba
MAHARANI
Lihat keadaan Lo sekarang! Kita bisa menemui dia besok
DEWABRATA
(menunjuk Zulfi)
Zul, tolong hentikan Amba buat Gue, jangan biarkan dia pergi lagi Zul
Dewabrata terlihat seperti orang yang depresi dan mengalami trauma berat.
Zulfi pergi mengejar Bismahanta.
Maharani, Saraswati, dan Kemal menenangkan Dewabrata dan membopongnya menuju mobilnya.
Dewabrata masih terus memanggil nama Amba.
FADE OUT