Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SC. 75 INT. APARTEMEN - MALAM
CAST : Bismahanta, Dewabrata
Dewabrata mencari apartemen Bismahanta untuk meminta penjelasan atas kejadian tadi siang.
Bismahanta sedang berada di luar apartemen.
Dewabrata menemukan apartemen Bismahanta.
DEWABRATA
(berdiri di depan ruangan Bismahanta)
Hanta, buka pintunya! (sambil menelepon Bismahanta)
Beberapa menit kemudian, Bismahanta muncul di hadapan Dewabrata. Ia baru saja keluar untuk membeli kebutuhan dapur.
BISMAHANTA
Ada apa?
DEWABRATA
Beri aku penjelasan!
BISMAHANTA
Mau sambil jalan-jalan di taman?
Bismahanta meletakkan belanjaannya di dalam apartemen lalu keluar lagi dan berjalan mendahului Dewabrata menuju taman apartemen.
CUT TO
SC. 76 EXT. TAMAN APARTEMEN - MALAM
CAST : Bismahanta, Dewabrata
Bismahanta berjalan di depan Dewabrata. Bismahanta mengenakan jaket berwarna pink, celana hitam, dan rambut dikuncir kuda seperti biasa.
Dewabrata mengikuti Bismahanta di belakang. Dewabrata memakai hoodie dan celana olahraga berwarna hitam.
BISMAHANTA
(menghentikan langkahnya)
Kenapa berjalan di belakang saya, katanya mau denger penjelasan saya?
DEWABRATA
Aku harus jaga jarak, siapa tahu kamu punya niat jahat
Bismahanta terkekeh mendengar jawaban Dewabrata.
DEWABRATA
(berdiri di samping Bismahanta)
Jangan tertawa seolah tidak terjadi apa-apa di antara kita, jelaskan kenapa kamu membenciku? (memegang tangan kiri Bismahanta)
Dengan refleks, Bismahanta meninjukan tangan kanannya ke perut Dewabrata. Dewabrata mengaduh sambil memegang perutnya.
DEWABRATA
Aduh, kamu benar-benar membenci saya ya?
Dewabrata pun refleks membalas pukulan Bismahanta dan Bismahanta berhasil menghindar.
BISMAHANTA
Sorry, refleks Pak Dewa (sambil menghindar)
Pukulan Dewabrata meleset mengenai rambut Bismahanta dan membuat kuncir rambutnya terlepas.
Rambut Bismahanta terurai. Dengan cepat Bismahanta memalingkan muka dan menjongkok membelakangi Dewabrata. Ia kemudian mengambil kuncirnya yang terjatuh.
BISMAHANTA
Ternyata benar, kamu memang jago bela diri (ucapnya lirih)
DEWABRATA
(melangkah mendekati Bismahanta dari depan)
Kamu bicara apa, Han?
Bismahanta mencegah Dewabrata melangkah ke hadapannya.
BISMAHANTA
Stop di situ saja Pak, ini (memberikan kuncir rambutnya) tolong kuncir rambut saya, karena saya tidak bisa melakukannya sendiri.
Dewabrata menuruti kemauan Bismahanta, ia menguncir rambutnya.
BISMAHANTA (VO)
Jangan sampai Dewabrata melihatku dari depan ketika rambutku terurai, dia pasti langsung mengira aku adalah Amba.
Bismahanta menunduk sampai Dewabrata selesai menguncir rambutnya.
DEWABRATA
Selesai
BISMAHANTA
(berdiri sambil membalikkan badan)
Terima kasih
DEWABRATA
Lucu kamu Han, kenapa selalu menguncir rambutmu kalau kamu sendiri tidak bisa menguncirnya?
BISMAHANTA
Saya tidak suka mengurai rambutku ketika di luar, meskipun itu akan merepotkan orang lain karena minta bantuan untuk menguncirnya, kalau di apartemen, saya minta tolong tetangga kamar yang perempuan.
Selesai menguncir rambut Bismahanta, Dewabrata duduk di kursi taman. Bismahanta masih berdiri.
DEWABRATA
Sekarang jelaskan, kenapa kamu membenciku, dan sejak kapan?
BISMAHANTA
Saya sudah membenci Bapak bahkan sejak kita belum bertemu. Saya membenci Pak Dewa karena Bapak sudah menyakiti hati seorang wanita.
DEWABRATA
Menyakiti hati seorang wanita? Siapa Han?
BISMAHANTA
Saya sudah menjelaskan alasan kebencian saya, cukup nikmati saja alurnya tanpa perlu membantah.
DEWABRATA
Bagaimana cara menikmati kebencian seseorang, Han?
Bismahanta tidak menjawab pertanyaan Dewabrata, ia pun tidak memberitahu Dewabrata bahwa perempuan yang ia sakiti adalah Amba.
Bismahanta pergi begitu saja dari taman dan kembali ke apartemennya.
DEWABRATA
(menatap kepergian Bismahanta)
Hanta terlihat lebih feminim ketika memakai jaket warna pink, sayang, aku tidak bisa melihat wajahnya saat rambutnya terurai tadi (tersenyum tipis)
FADE OUT
SC. 77 INT. RUANGAN REDAKSI PENERBIT BHARATA - PAGI
CAST : Bismahanta, Maharani, Saraswati, Dewabrata
Tidak seperti biasanya, Bismahanta kali ini datang lebih awal. Maharani, Saraswati, dan Dewabrata belum ada di ruang redaksi.
Bismahanta merasa kesepian, ia menyalakan musik dari HP nya dengan cukup keras. Ia memutar lagu-lagu Band Ungu.
BISMAHANTA
(sambil membuka tirai jendela ruangan yang masih tertutup)
Sepi sekali pagi ini, Kak Rani dan Mbak Saras biasanya sudah datang duluan, sekarang beluma datang, apa hari ini kantor libur?
Bismahanta merapikan mejanya yang cukup berantakan sambil bernyanyi.
Maharani dan Saraswati masuk bersamaan dengan ekspresi jutek.
BISMAHANTA
Selamat pagi Kakak (tersenyum manis)
MAHARANI DAN SARASWATI
(menjawab dengan malas)
Pagi
Setelah sapaan itu, tak ada lagi percakapan dari mereka di ruang tersebut hingga jam makan siang tiba.
Bismahanta tidak tahan dengan situasi itu.
BISMAHANTA
(berdiri di hadapan Maharani dan Saraswati dengan wajah menunduk)
Aku minta maaf, semua ini salahku, dari awal, sejak aku menerima naskah Megan, itu sudah jadi kesalahanku
Dewabrata tiba-tiba masuk ke ruang redaksi.
Maharani dan Saraswati menyadari kedatangan Dewabrata, tetapi Dewabrata menyuruh mereka untuk tak menghiraukannya.
Dewabrata memerhatikan Bismahanta dari belakang secara diam-diam.
BISMAHANTA
(masih menunduk)
Kesalahanku juga karena kemarin ketika live streaming aku tidak bisa mengontrol kata-kata Megan, sehingga penerbitan kita kena imbasnya, dan aku juga kena
MAHARANI
Kamu sebenarnya tahu kan kalau Megan akan bicara seperti itu, tapi kamu biarkan saja, maksudnya apa? (tidak bisa menahan emosinya lagi)
SARASWATI
Sabar Kak Ran, kita bicarakan ini baik-baik.
MAHARANI
Kamu juga tahu kan Han, ancaman Durga kepada Pak Dewa dan penerbitan kita, kalau kita tidak bisa menjual 3000 eksemplar, maka ...
BISMAHANTA
(menyela ucapan Maharani)
... Megan akan pindah ke penerbit Durga Publising kan?
Sejenak hening.
BISMAHANTA
Kak Rani, Megan sudah memilih penerbit lain, terjual atau tidaknya buku itu sebanyak 3000 eksemplar atau bahkan lebih, dia akan tetap pindah ke penerbit itu. Buat apa kita pertahankan orang yang tidak setia?
SARASWATI
Tapi Megan punya pengaruh besar bagi penerbitan ini, buku dia paling laris di antara buku-buku yang lain, mau kita lepas gitu aja? (mengangkat bahunya dan kedua tangannya)
BISMAHANTA
Ya berarti itu bukan rejeki kita, sekuat apapun kita menggenggam, yang bukan milik kita maka dia akan pergi
Dewabrata angkat bicara. Bismahanta terkejut melihat Dewabrata sudah ada di ruangan itu.
DEWABRATA
(melangkah mendekati Bismahanta)
Jadi, maksud kamu, kita lepasin Megan gitu, kita ikhlasin dia? (menatap Bismahanta lekat)
Bismahanta mengangguk.
DEWABRATA
Lalu sebagai gantinya? Apa yang bisa dilakukan? untuk memulihkan nama penerbitan kita yang sudah tercoreng dan pastinya namamu juga sebagai editor
Bismahanta mengambil buku di mejanya lalu menunjukkannya kepada Dewabrata, Maharani, dan Saraswati.
BISMAHANTA
Menulislah lagi, Pak Dewa, sapa lagi para pembaca Anda yang merindukan karya-karya Anda dan saya akan jadi editornya
Dewabrata, Maharani, dan Saraswati tertegun melihat buku karya Dewabrata yang pertama kali ia tulis berjudul "Senja di Kamal Muara"
DEWABRATA
Dari mana kamu bisa tahu karya pertama saya itu dan memiliki bukunya, padahal sudah tujuh tahun yang lalu buku itu terbit
BISMAHANTA
The power of social media, Pak, semenjak saya mendengar bahwa Pak Dewa juga seorang penulis, saya mulai browsing di internet tentang karya Bapak, ternyata saya nemu buku ini lalu membelinya secara online
MAHARANI
Kurasa Hanta ada benarnya juga, kamu harus nulis lagi Dewa, kamu terbitkan sendiri bukumu di penerbitan yang kamu dirikan sendiri, sepertinya itu bisa menarik simpati para pembaca kita
Bismahanta dan Dewabrata saling memandang dengan pandangan penuh tanda tanya.
CUT TO
SC. 78 EXT. JALAN MENUJU BHARATA COFFEE SHOP - MALAM
CAST : Bismahanta, Zulfi
Sepulang kerja, Bismahanta tidak langsung pulang ke apartemen. Dia memilih untuk ngopi sejenak di Bharata Coffee Shop.
Di depan pintu keluar Bismahanta bertemu Zulfi.
ZULFI
Hanta, Mau kuantar pulang?
BISMAHANTA
Nggak usah Kak Zul, aku masih mau ngopi di sebelah dulu
ZULFI
Oh OK
Zulfi turun dari sepeda motornya.
ZULFI
Untuk masalah kemarin, apa sebenarnya kamu sudah tahu?
BISMAHANTA
Soal Megan?
Zulfi mengangguk lalu menyandar di sepeda motornya.
BISMAHANTA
Ya, aku sudah tahu dan mendengar rencana itu langsung dari Megan dan Durga
ZULFI
(berdiri tegap menatap Bismahanta)
Jadi, kamu memang tidak berniat mencegahnya? Demi balas dendam?
BISMAHANTA
(menganggukkan kepala)
Peluang, kan?
ZULFI
(menghembuskan napas dalam-dalam)
Han, berapa kali aku bilang, jangan asal balas dendam, kita perlu rencana yang matang, sekarang kamu kena imbasnya juga kan (suaranya meninggi)
BISMAHANTA
Terus kapan kita akan buat rencana itu Kak? Bukannya sejak awal kita sudah buat rencana balas dendam, dengan masuknya aku ke perusahaan ini? Lalu apa lagi?
ZULFI
Kamu benar Han, kamu masuk ke perusahaan ini merupakan bagian dari rencana balas dendam, tapi ingat, kamu balas dendamnya hanya kepada Dewabrata, bukan pada penerbitan atau rekan-rekan kerja kita kan? Jangan sampai mereka juga kena imbasnya
BISMAHANTA
(membuka lengan kirinya yang memiliki beberapa luka)
Luka ini sudah kering, tapi dendam Amba belum terbalaskan
Zulfi dan Bismahanta belum selesai bicara, Maharani dan Saraswati datang menyapa dari belakang.
MAHARANI
Kalian belum pulang?
BISMAHANTA
Belum Kak, aku mau mampir ke sebelah dulu
MAHARANI
Wah kebetulan, Gue sama Saras juga mau ke sebelah, barengan yuk
BISMAHANTA
Ayo Kak
ZULFI
Ya udah kalo gitu Gue duluan ya (menaiki motornya)
Zulfi melaju meninggalkan kantor Penerbit Bharata sedangkan Bismahanta, Maharani dan Saraswati berjalan ke Bharata Coffee Shop yang berjarak 50 meter dari kantor Penerbit Bharata.
CUT TO
SC. 79 INT. BHARATA COFFEE SHOP - MALAM
CAST : Bismahanta, Maharani, Saraswati, Dewabrata
Jumat malam memang malam yang paling dinanti.
Para pengunjung Bharata Coffee Shop sangat ramai. Para pengunjung terdiri dari berbagai macam kalangan, mayoritas para pekerja kantoran, ada juga beberapa pengemudi ojek online.
Ketika sudah di dalam coffee shop, mereka bertemu Dewabrata yang sedang asik di depan laptopnya.
Bismahanta bersembunyi di belakang Maharani dan Saraswati yang menyapa Dewabrata terlebih dahulu.
SARASWATI
Eh, ada Pak Boss di sini
DEWABRATA
Hei! kalian juga di sini rupanya
Bismahanta masih bersembunyi di belakang Maharani dan Saraswati, ia berusaha melarikan diri.
BISMAHANTA (VO)
Jangan sampai Pak Dewa melihatku, aku harus segera pergi dari sini.
Belum sempat Bismahanta pergi, Dewabrata keburu melihatnya.
DEWABRATA
Hanta, coba ke sini sebentar!
BISMAHANTA (VO)
Kenapa dia bisa melihatku????
Bismahanta membalikkan badan tidak jadi pergi.
BISMAHANTA
Eh, Pak Dewa, ada keperluan apa di sini Pak?
MAHARANI
Ya terserah dia dong mau ngapain di sini, di coffee shopnya sendiri
BISMAHANTA
Oh iya coffee shop ini kan punya Pak Dewa (menggaruk kepalanya)
Bismahanta, Maharani, dan Saraswati duduk melingkar mengapit Dewabrata.
Dewabrata menunjukkan draf novel terbarunya yang sudah ia tulis beberapa minggu lalu di laptopnya.
BISMAHANTA
Meeting dadakan ini ceritanya?
Tidak ada yang menghiraukan ucapan Bismahanta, mereka fokus melihat draf novel Dewabrata.
Bismahanta tidak ikut melihat draf novel tersebut, ia sibuk menikmati mochachino favoritnya.
MAHARANI
Dari drafnya saja udah bikin baper ceritanya, jadi penasaran gimana versi fullnya, apalagi ini cerita tentang perempuan yang ditulis oleh penulis laki-laki
SARASWATI
(menoleh ke Bismahanta)
Han, coba kamu baca draf novel ini, pasti kamu langsung semangat buat ngeditnya
BISMAHANTA
Kalau sudah jadi kirim aja filenya ke saya Pak Dewa, akan segera diedit
DEWABRATA
Kamu nggak penasaran sama judul dan isi ceritanya Han?
BISMAHANTA
Memang sudah dikasi judul, Pak? (kemudian meminum mochachinonya lagi)
DEWABRATA
Sudah dong, dan judulnya adalah "AMBA"
Bismahanta tersedak setelah mendengar nama Amba.
MAHARANI
Kamu kenapa Han? (mengambilkan tisu untuk Bismahanta)
BISMAHANTA
Nggak papa Kak, hanya tersedak
Dewabrata masih belum mengalihkan pandangannya dari Bismahanta.
Saraswati ternyata memperhatikan tatapan Dewabrata yang tidak berpaling dari Bismahanta.
SARASWATi (VO)
(sambil meminum kopi)
Kenapa aku baru sadar kalau Pak Dewa dari tadi tidak mengalihkan pandangannya sedikit pun dari Hanta, hmm ada apa nih?
Bismahanta masih terbatuk-batuk. Dewabrata mengajaknya pulang bersama.
DEWABRATA
(mematikan laptopnya)
Ayo aku antar pulang saja, Han
SARASWATI
Hah? antar pulang?
Semua menatap Saraswati.
DEWABRATA
Kenapa emangnya? Aku dan Hanta kan satu apartemen jadi satu arah kan pulangnya
SARASWATI
Maksudnya, kenapa kok tiba-tiba Pak Dewa mau mengantar Hanta? Apa kalian sudah jadian? (bicara hati-hati)
Suasana jadi hening, Bismahanta dan Dewabrata saling tatap dengan tatapan bingung.
MAHARANI
(menepuk pundak Saraswati)
Ya nggak mungkinlah mereka jadian, Sar, Lo tahu sendiri kan, Boss kita ini punya janji kalo dia gak bakal menikah, dia kan udah didaulat jadi jomblowan seumur hidup
Tiba-tiba kepala Bismahanta terasa pening, ia seperti sedang melihat ingatan seseorang.
DEWABRATA
Kamu kenapa, Han?
BISMAHANTA
Nggak tahu, tiba-tiba, rasanya seperti dejavu
DEWABRATA
(mengambil tas laptopnya)
Ya udah pulang yuk (menggandeng tangan Bismahanta)
CUT TO
SC. 80 JALAN MENUJU APARTEMEN - HAMPIR TENGAH MALAM
CAST: Bismahanta dan Dewabrata
Mereka berdua berjalan menuju apartemen yang berjarak 500 meter dari Bharata Coffee Shop
DEWABRATA
Masih pusing?
Bismahanta menggelengkan kepala.
DEWABRATA
Kamu kenapa Han? sejak aku menyebut judul karyaku, kamu jadi aneh
BISMAHANTA
Aneh gimana?
DEWABRATA
Ya aneh aja sikapmu, apa judul karyaku itu mengingatkanmu pada suatu hal?
BISMAHANTA
Nggak ada, jangan-jangan judul itu ada hubungannya dengan kehidupan nyata Bapak ya?
DEWABRATA
Kalau di luar kantor jangan panggil Bapak dong, umur kita juga nggak jauh beda kan
BISMAHANTA
Tahu dari mana tentang umur saya?
DEWABRATA
Hanta, Hanta, aku ini Boss kamu, jadi dengan mudah aku bisa tahu informasi tentang kamu dan juga staf-staf yang lain
BISMAHANTA
Termasuk tempat asal saya , Bapak juga tahu?
DEWABRATA
Kamu asli dari Surabaya kan? terus merantau ke Jakarta
BISMAHANTA
(mengelus dadanya)
Untung saja dia tidak tahu kalau asal usulku secara lengkap
CUT TO
SC. 81 EXT. GANG SEMPIT MENUJUR APARTEMEN - TENGAH MALAM
Mereka melewati gang sempit sebelum sampai ke apartemen.
DEWABRATA
(mendekat ke Bismahanta)
Kamu tiap hari lewat sini, Han? Nggak takut sendirian lewat gang sempit kayak gini malam-malam.
BISMAHANTA
Udah biasa Pak, hayoo Bapak takut ya?
DEWABRATA
Em, ngapain aku takut, kan ada kamu, jagoanku, bodyguardku (menggandeng tangan kiri Bismahanta)
Bismahanta sontak memukul Dewabrata karena memegang tangan kirinya. Dewabrata mengaduh.
DEWABRATA
Tuh kan lagi-lagi (memegang perutnya yang kesakitan)
BISMAHANTA
Maaf Pak, refleks!
CUT TO
SC. 82 EXT. DI DEPAN APARTEMEN - LEWAT TENGAH MALAM
Bismahanta dan Dewabrata sudah sampai di depan apartemen. Sebelum pergi Dewabrata bicara serius kepada Bismahanta.
DEWABRATA
Soal pertanyaanmu tadi, Han, kamu benar, judul karyaku bahkan isi ceritanya, ada hubungannya dengan kehidupanku, dan kamu yang telah mengingatkan aku akan hal itu
BISMAHANTA
Saya ? (menatap Dewabrata bingung)
DEWABRATA
Iya, kamu telah mengingatkanku pada seseorang di masa laluku
Mendengar penjelasan Dewabrata, Bismahanta langsung masuk ke dalam apartemen tanpa sepatah kata pun.
FADE OUT
SC. 83 INT. APARTEMEN BISMAHANTA- DINI HARI
CAST: Bismahanta
Sebelum tidur, Bismahanta memandangi foto dirinya dan foto Amba yang masih remaja.
BISMAHANTA
Kenapa semua orang yang mengenal Amba di masa lalu, juga menganggapku Amba? Apa kami begitu mirip?
Bismahanta tidur dengan gelisah setelah mendengar penjelasan Dewabrata. Kemudian ia bermimpi tentang Amba.
DISSOLVE TO
SC. 84 EXT. PINGGIR PANTAI KAMAL MUARA - SIANG
CAST: Bismahanta, Amba
Bismahanta sedang duduk di atas sebuah perahu yang tengah bersandar.
Amba datang dari belakang dengan khas rambut terurai panjang. Ia menyapa Bismahanta.
AMBAHai Bismahanta saudaraku
BISMAHANTA
(menoleh ke arah Amba)
Hai Amba
AMBA
Sedang apa di sini?
BISMAHANTA
Sedang memandangi langit yang biru, ombak yang berderu, dan hati yang rindu (tersenyum pada Amba)
AMBA
Lama tak jumpa saudaraku (memeluk Bismahanta)
BISMAHANTA
Pelukanmu hangat sekali Amba
AMBA
Sehangat matahari yang bersinar cerah hari ini
Bismahanta dan Amba duduk bersama.
AMBA
Kenapa kamu mau kembali ke sini, Hanta?
BISMAHANTA
Untuk membalaskan dendammu kan?
AMBA
Maaf sudah melibatkanmu dalam masalah ini, Hanta
BISMAHANTA
Tidak perlu minta maaf Amba, sepertinya aku memang terlahir untuk membalaskan dendam orang-orang
AMBA
Dan sudah saatnya kamu membalaskan dendamku, Hanta, balaskan dendamku pada Dewabrata(menatap Bismahanta tajam)
CUT BACK TO
SC. 85 INT. APARTEMEN BISMHANTA- SUBUH
CAST : Bismahanta
Bismahanta terbangun dari tidurnya setelah ia memimpikan Amba. Ia mengambil air putih yang ada di meja samping tempat tidurnya kemudian meminumnya.
BISMAHANTA
(menyeka keringatnya)
Amba, kau sudah datang di mimpiku, berarti sudah saatnya balas dendam yang sesungguhnya.
Bismahanta beranjak dari tempat duduknya lalu menghadap ke cermin. Ia mengurai rambutnya. Setelah itu mengambil cutter yang ada di meja dekat cermin.
BISMAHANTA
Meskipun menjadi bias orang lain itu sama dengan mati secara perlahan, tetap akan kubalaskan dendammu ini, Amba
Bismahanta kembali menggoreskan luka di tangan kirinya sebagai pengingat akan dendam yang harus ia balaskan. Kini luka itu bertambah menjadi enam sayatan.
FADE OUT