Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SC. 45 INT. RUMAH JOGLO PAK BHARATA JOGJA - MALAM
CAST : Dewabrata, Pak Bharata
Pak Bharata dan Dewabrata sedang duduk di teras rumah joglonya ditemani dua cangkir kopi.
PAK BHARATA
(setelah menyeruput secangkir kopi hitam)
Sudah waktunya kamu balik ke Jakarta, Dewa
DEWABRATA
Tapi Dewa masih ingin merawat Bapak di sini (menatap Pak Bharata dengan hangat)
PAK BHARATA
Kasihan teman-temanmu yang ada di penerbitan, hampir setahun kamu tinggalkan mereka
DEWABRATA
(tersenyum kecil sambil membayangkan wajah teman-temannya)
Iya Pak, hampir setahun mereka bekerja sendiri tanpa Dewa
Dewabrata meminum kopinya sampai habis lalu meletakkannya.
DEWABRATA
(dengan penuh semangat)
Oh ya Pak, Bapak tahu ndak, kemarin pas Dewa mau pulang ke Jogja, pas di terminal, Dewa bertemu dengan perempuan yang unik sekali Pak
PAK BHARATA
Perempuan yang unik? kenapa kamu tidak ceritakan ini ke Bapak? (menatap heran)
DEWABRATA
Dewa selalu lupa saat ingin bercerita kepada Bapak (menggaruk-garuk kepalanya)
PAK BHARATA
Baiklah ceritakan sekarang ke Bapak! (sangat antusias)
DEWABRATA
Pokoknya dia itu unik Pak, penampilannya serba hitam, pakai kacamata hitam, rambut kuncir kuda, dan yang paling membuat Dewa kagum terheran-heran, dia bisa bela diri, Pak
PAK BHARATA
Bela diri? (wajah berubah masam)
DEWABRATA
Mengapa wajah Bapak berubah masam seperti itu, apa ada yang salah dengan perkataan Dewa?
PAK BHARATA
(menundukkan kepala)
Tidak Dewa, hanya saja, sudah lama Bapak tidak mendengar kata-kata itu
DEWABRATA
(memeluk dari belakang)
Sudah enam tahun lalu ya, Pak, Dewa sudah tidak pernah menyinggung tentang bela diri, maafkan Dewa, Pak (menyesal)
PAK BHARATA
Mengapa kamu harus minta maaf, Dewa? Ini semua salah Bapak yang selalu membela kakakmu padahal jelas-jelas dia bersalah
DEWABRATA
Bapak jangan merasa bersalah seperti itu, semua yang terjadi sudah kehendak Yang Maha Kuasa
Pak Bharata menghela napas panjang. Kemudian mengalihkan topik pembicaraan.
PAK BHARATA
Lalu, siapa nama perempuan itu dan di mana dia tinggal?
DEWABRATA
Dia tak mau berkenalan dengan orang asing, tapi meskipun begitu, dia sudah menyelamatkanku dari pencopet Pak. Dia jagoanku! (mengangkat kedua jempolnya ke dirinya sendiri)
PAK BHARATA
(raut wajah tidak percaya)
Menyelamatkanmu dari pencopet? Seorang perempuan?
DEWABRATA
Iya, Pak, perempuan itu menyelamatkan Dewa dari pencopet
PAK BHARATA
Aduh Dewa, Dewa, seharusnya kamu yang melindungi dia, bukan sebaliknya
DEWABRATA
(menggaruk kepala dan tertawa kecil)
Mungkin lain kali, Pak, itu pun kalau Dewa bertemu dia lagi
DISSLOVE TO
SC. 46 INT. HALL LANTAI 1 KANTOR PENERBIT BHARATA - PAGI
CAST : Bismahanta, Maharani, Saraswati, Kemal, Zulfi, dan staf lainnya.
Para staf Penerbit Bharata sedang mempersiapkan acara peluncuran buku yang diadakan di hall lantai 1 kantor Penerbit Bharata.
Bismahanta dan Saraswati menemani para penulis yang sedang menandatangai buku terbaru mereka.
Kemal dan Zulfi sibuk mempersiapkan konten yang akan mereka buat dalam peluncuran buku itu.
Maharani sibuk ke sana ke mari mengecek persiapan berbagai divisi.
Di tengah kesibukan, tiba-tiba Dewabrata menelepon Maharani.
MAHARANI
Halo Dew, eh kapan Lo balik ke Jakarta, ini pekerjaan udah numpuk banget tau!
DEWABRATA (OS)
Iya Ran, Gue tahu, maaf ya udah banyak ngerepotin Lo, besok Gue balik kok
MAHARANI
Besok? Akhirnya, berarti Lo bakal dateng ke acara peluncuran buku juga kan besok?
DEWABRATA (OS)
Gue gak janji Ran, tapi Gue usahain deh
MAHARANI
Nah gitu dong Pak Boss!
DEWABRATA (OS)
OK, Gue tutup dulu teleponnya, see you soon
Tepat ketika Maharani menutup telepon Dewabrata, Bismahanta datang menemuinya.
BISMAHANTA
(memasang muka melas)
Kak Rani, besok aku tidak ikut naik ke panggung ya
MAHARANI
(memasukkan Hp ke saku kemejanya)
Kenapa Han? Kamu kan editornya, jadi sewajarnya editor mendampingi penulisnya dalam peluncuran bukunya
BISMAHANTA
Aku nyimak dari kursi penonton aja, biar Mbak Saras saja yang naik ke panggung
MAHARANI
(menepuk bahu Bismahanta sambil berlalu)
Ya udah bisa diatur, santai aja
Bismahanta merasa lega karena tidak perlu jadi pusat perhatian banyak orang besok.
CLOSE UP : Maharani mengingat sesuatu dan kembali menghampiri Bismahanta
MAHARANI
Eh, Han, barusan Pak Dewa nelpon, katanya besok dia mau balik ke Jakarta
BISMAHANTA (VO)
Pak Dewa? Dewabrata ya? Akhirnya Tuhan, dia datang juga, tapi kenapa aku jadi deg-degan gini
MAHARANI
(membangunkan Bismahanta dari lamunannya)
Hei, kenapa bengong Han?
BISMAHANTA
Oh iya Kak, barusan ngomong apa?
MAHARANI
Besok Pak Dewa akan balik ke Jakarta, dia juga bakal dateng ke acara peluncuran buku besok. Jadi kita harus menyiapkan acara kita semaksimal mungkin.
BISMAHANTA
Siap Laksanakan! (mengambil sikap hormat)
MAHARANI
(memegang kedua pundak Bismahanta dan menatap tajam)
Han, acara peluncuran buku besok sekaligus sebagai acara penyambutan kembalinya Bos kita, jadi kita harus lakukan yang terbaik (mata berkaca-kaca)
Bismahanta mengangguk.
Maharani meninggalkan Bismahanta dan kembali ke pekerjaannya.
Bismahanta mengambil cutter yang ada di meja.
BISMAHANTA (VO)
(membuka lengan kirinya yang tertutup kemeja hitamnya)
Lakukan yang terbaik ya? OK Hanta, ini waktu yang tepat untuk membalaskan dendam Amba
Bismahanta menggoreskan cutter itu pada lengan tangan kirinya yang juga memiliki goresan yang sama sebagai simbol balas dendam.
Zulfi dan Kemal yang kebetulan sedang melakukan setting tempat, mengetahui lengan tangan Bismahanta terluka.
Kemal buru-buru mengambil kotak P3K.
Zulfi membersihkan darah itu dengan tisu.
Bismahanta merebut tisu itu dari Zulfi.
BISMAHANTA
(membersihkan darahnya dengan tisu)
Jangan khawatir Kak Zul, ini caraku untuk menandai bahwa saat balas dendamku telah tiba
ZULFI
Tapi kenapa harus menyakiti dirimu sendiri seperti ini?
BISMAHANTA
Ini sudah lama kulakukan, lihatlah (menunjukkan empat goresan lainnya) goresan luka pertama ini untuk membalaskan dendam kakek, yang kedua nenek,dan dua lagi dendam pelatih dan teman silatku sewaktu di Surabaya
CLOSE UP: Kemal datang dari lantai dua sambil membawa tisu
KEMAL
(memberikan obat merah)
Kenapa bisa tangan Lo bisa terluka gini, Han?
BISMAHANTA
Ini tadi gak sengaja kegores cutter
KEMAL
Makanya hati-hati! (mengambil perban dan membalukannya) Semangat kerja boleh, tapi jangan sampai menyakiti diri sendiri
CLOSE UP : Zulfi tersenyum meledek pada Kemal.
ZULFI
Lo khawatir banget kayaknya Bang, Gue curiga nih
KEMAL
(membereskan kotak P3K)
Siapapun yang melihat kejadian ini pasti khawatir lah (menutupi rasa gugupnya)
Kemal pergi meninggalkan Bismahanta dan diikuti oleh Zulfi di belakangnya.
ZULFI (OS)
(setengah berlari mengejar Kemal)
Tapi kekhawatiran Lo beda Bang
CLOSE UP : Bismahanta mengusap perbannya sambil tersenyum.
DISSLOVE TO
SC. 47 EXT. TERAS RUMAH BISMAHANTA - JAM 10 MALAM
CAST: Bismahanta, Abiyasa, Zulfi, para pesilat muda
Sepulang dari kantor, Bismahanta melatih para pesilat muda yang sedang berlatih untuk persiapan kejuaraan silat tingkat DKI Jakarta.
Zulfi datang menyambangi Bismahanta dan Abiyasa.
ZULFI
(memarkir sepeda motornya di halaman rumah)
Assalamualaikum
BISMAHANTA
Waalaikum salam Kak Zul, silakan masuk Kak, di dalam ada Kak Abi
ZULFI
Aku di teras sini sajalah
BISMAHANTA
Oh ok, (memanggil Abiyasa) Kak Abi ada Kak Zul
Bismahanta melanjutkan latihannya bersama para pesilat.
Zulfi duduk di kursi yang ada di teras rumah sambil melihat latihan para pesilat di hadapannya.
Abiyasa keluar dari dalam rumah. Abiyasa dan Zulfi berjabat tangan.
ABIYASA
(membuka stoples kue kering)
Gimana rasanya kerja di Penerbit eBharata?
ZULFI
Lumayan seru sih, timnya juga asik-asik
ABIYASA
Kalo Hanta, gimana dia di kantor itu?
ZULFI
Dia cukup menikmati pekerjaannya, karena memang dia suka dunia kepenulisan. Dan sepertinya dia mulai lupa kalau dia bekerja di sana untuk balas dendam (terkekeh)
ABIYASA
(tatapan serius)
Zul, apa bener itu kalau Hanta udah lupa sama tujuannya?
ZULFI
Emm itu, (menggaruk kepalanya)
Bismahanta hendak masuk ke rumah dan mendengar percakapan mereka.
BISMAHANTA
Siapa yang lupa sama tujuannya?
Abiyasa dan Zulfi tidak menjawab.
BISMAHANTA
Kalau aku sih nggak bakal lupa sama tujuanku, sudah kucatat di sini (membuka lengan tangan kirinya yang tertutup kaos hitam)
Abiyasa terkejut melihat luka di lengan Bismahanta.
ABIYASA
(memegang lengan Bismahanta)
Han, kenapa lenganmu terluka? Dan sejak kapan goresan luka lainnya ini ada di lenganmu?
BISMAHANTA
Sejak aku balas dendam untuk kakek, aku mulai menggores luka di tangan ini sebagai pengingatku bahwa aku harus balas dendam.
Bismahanta melepaskan genggaman tangan Abiyasa.
BISMAHANTA
Dan biasanya aku berhasil membalaskan dendam itu sebelum luka ini mengering (menutup kembali lengannya)
Abiyasa dan Zulfi tertegun melihat sikap Bismahanta.
ABIYASA
Kamu tidak perlu menyakiti dirimu sendiri Han, ada Kakak dan Zulfi yang akan selalu jadi pengingatmu
BISMAHANTA
Kalian santai saja, aku sudah terbiasa dengan semua ini. Oh ya besok Dewabrata akan kembali ke Jakarta dan kemungkinan dia juga akan menghadiri acara peluncuran buku
ZULFI
Besok dia akan datang?
BISMAHANTA
Kata Kak Rani begitu. Berarti besok waktuku untuk balas dendam. Aku harus bisa membunuhnya, atau paling tidak, aku harus bisa melukainya (mengepalkan tangannya)
FADE OUT
SC. 48 INT. KANTOR PENERBIT BHARATA; RUANG REDAKSI - JAM 07.OO PAGI
CAST : Bismahanta, Maharani, Saraswati
Bismahanta datang ke ruang redaksi. Di sana sudah ada Maharani dan Saraswati.
MAHARANI
Selalu telat! (muka cuek)
BISMAHANTA
Maaf Kak Rani, habisnya macet banget tadi, padahal aku udah berangkat lebih awal (meletakkan ranselnya di atas meja)
SARASWATI
(sedang mengeprint beberapa lembar laporan)
Maklum lah Ran, rumahnya kan jauh di pucuk sana
MAHARANI
Kan aku udah kasi saran dari dulu, tinggal aja di apartemen dekat sini (beranjak dari meja kerjanya)
BISMAHANTA
(sambil mengeluarkan notebook dan id-card dari tasnya)
Terima kasih sarannya Kak Rani
Maharani meninggalkan ruang redaksi.
Bismahanta menengok ruang pimpinan redaksi. Dia melihat sebuah tas ransel di atas meja dan sebuah jas hitam di kursinya.
BISMAHANTA
(mendekati ruang pimpinan redaksi)
Mbak Saras, di ruang pimpinan redaksi ada tas ransel dan jas hitam, milik siapa?
SARASWATI
Oh itu milik Pak Dewa
BISMAHANTA
Jadi dia sudah datang? Bukannya hari ini dia baru mau balik ke Jakarta? Cepet amat
SARASWATI
Pak Dewa sudah datang sejak tadi malam, jadi hari ini bisa datang ke acara penting ini
Bismahanta tertegun di depan ruang pimpinan redaksi.
Maharani masuk kembali ke ruang redaksi untuk menjemput Bismahanta dan Saraswati.
MAHARANI
Hanta, Saras, kenapa masih di sini? Para penulis kita sudah datang. Pak Dewa juga sudah ada di lokasi. Cepat turun ke hall! (menutup kembali pintu ruang redaksi)
Bismahanta dan Saraswati bergegas keluar menuju hall lantai 1.
CUT TO
SC. 49 INT. HALL LANTAI 1 KANTOR PENERBIT BHARATA - JAM 08.00 PAGI
Saraswati naik ke atas panggung dan melakukan briefing kepada MC dan penulis pertama yang akan maju.
Maharani duduk di kursi paling depan bersama jajaran dewan redaksi lainnya.
Kemal, Zulfi, dan tim sudah stand by di balik kamera masing-masing.
Dewabrata terlihat sedang berbincang-bincang dengan pihak sponsor di pinggir panggung.
Bismahanta duduk di bangku penonton bersama para penulisnya. Ia memeriksa beberapa buku yang sudah terbit dan sudah ditandatangi penulisnya.
CUT TO
SC. 50 INT. HALL LANTAI 1 KANTOR PENERBIT BHARATA- JAM 08.30
CAST: Bismahanta, Dewabrata
Beberapa menit lagi, acara peluncuran buku segera di mulai.
ESTABLIHS : Keramaian Hall lantai 1 kantor Penerbit Bharata
Bismahanta berkeliling mencari id-cardnya yang terjatuh. Bismahanta hendak menaiki tangga ke lantai 2 menuju ruangannya. Saat itu Dewabrata turun dari tangga sambil mengenakan jasnya yang tertinggal di ruangan pimpinan redaksi.
Dewabrata menatap tajam Bismahanta sedangkan Bismahanta tak memperhatikannya.
Melihat pakaian hitam dan putih, kacamata hitam yang digunakan Bismahanta, dan juga rambut kuncir kudanya, Dewabrata mengingat sesuatu.
Dewabrata tiba-tiba menarik tangan kiri Bismahanta yang terluka. Spontan, Bismahanta melepaskan tangannya sehingga mengenai wajahDewabrata.
DEWABRATA
Aduh, sakit tau! (memegang wajahnya)
BISMAHANTA
Jangan sembarangan pegang-pegang tangan orang, itu akibatnya!
DEWABRATA
Maaf-maaf! (mengatupkan kedua tangannya) Oh ya sepertinya kita pernah bertemu ya? Tapi di mana ya?
BISMAHANTA
Permisi Pak, saya sedang ada urusan
DEWABRATA
Eh tunggu, kamu tidak mengenal siapa saya?
Bismahanta menggeleng. Ia terus menaiki tangga. Dewabrata mengikutinya.
DEWABRATA
Jadi kamu pasti baru ya di sini? Kenalan dulu dong biar enak manggilnya (mengulurkan tangannya)
BISMAHANTA
Saya tidak memberi salam kepada orang asing
Bismahanta tak menerima jabat tangan Dewabrata. Ia terus berjalan menuju ruangan redaksi.
DEWABRATA
(berteriak dari tangga)
Hei, jagoan! Akhirnya kita berjumpa lagi! Apa kamu mencari ini? (menunjukkan id-card Bismahanta)
Bismahanta terkejut mendengar teriakan Dewabrata dan menghentikan langkahnya. Bismahanta membuka kacamata hitamnya lalu menghampiri Dewabrata.
BISMAHANTA (vO)
Barusan dia memanggilku jagoan? Sepertinya dulu pernah ada orang yang manggil aku jagoan (berpikir keras) ahh iya orang yang kecopetan waktu itu terminal, apa mungkin itu dia? Bodo amatlah
DEWABRATA
Id-card ini ...
Dewabrata belum selesai bicara, Bismahanta langsung mengambil id-card itu.
DEWABRATA
Oh jadi namamu Bismahanta (tersenyum nakal)
BISMAHANTA
Jangan sok akrab meskipun kita pernah bertemu (melangkah pergi menuruni tangga)
DEWABRATA
Ayolah jagoan, sekarang kita sudah jadi rekan kerja, kita harus akrab dan saling kenal
BISMAHANTA
Stop panggil aku jagoan! Aku bukan jagoan! (tersenyum tipis lalu pergi mendahului Dewabrata)
CLOSE UP: DewABRATA MENGGELENGKAN KEPALA SAMBIL TERSENYUM
CUT TO