Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bismahanta
Suka
Favorit
Bagikan
4. Ketentuan Takdir #4

SC. 31 INT. RUMAH AMBA - PAGI SETELAH PERTANDINGAN SABUNG

CAST : Amba, Abiyasa, Pak Bagas, Bu Lestari

Amba mengurung dirinya di kamar. Keluarga khawatir penyakit kelainan jantung Amba akan kambuh lagi.

BU LESTARI

Amba, buka pintunya, Sayang! (bernada lembut)

Tidak ada jawaban dari Amba.

ABIYASA

Dek, tolong buka pintunya, kamu belum makan sejak tadi malam

Beberapa menit mereka menunggu. Amba belum membukakan pintu. Abiyasa langsung mendobrak pintu kamar Amba. Amba sudah tidak sadarkan diri di atas kasurnya. Abiyasa memanggil ayahnya. Abiyasa membopong Amba lalu membawanya ke rumah sakit. Bu Lestari menemukan sebuah kertas bertuliskan nama Dewabrata dan alamat rumahnya yang dicoret-coret dengan spidol merah

CUT TO

SC. 32 INT. RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT - PAGI

CAST : Amba, Abiyasa, Pak Bagas, Bu Lestari, Dokter Maria

Abiyasa menatap adiknya yang terbaring di rumah sakit dengan penuh rasa iba.

ABIYASA

Amba, kamu harus kuat, kamu harus bangun (menggenggam tangan Amba)

CLOSE UP: Amba masih menutup matanya dengan erat.

Dokter Maria memasuki ruangan Amba. Pak Bagas dan Bu Lestari menyambutnya. Di belakang Dokter Maria ada Bang Gilang dan Bang Indra yang datang menjenguk. Mereka semua menyimak penjelasan Dokter Maria.

DOKTER MARIA

Sudah setahun ini kondisi Amba semakin membaik, tapi hari ini dia harus dirawat di rumah sakit ini (berjalan mendekati tempat tidur Amba)

PAK BAGAS

Dia baru saja mengalami suatu hal yang tidak terduga, Dok, mungkin itulah yang membuat jantungnya tidak stabil lagi.

Bang Gilang dan Bang Indra mengambil posisi berdiri di tepi tempat tidur Amba.

ABIYASA (VO)

Semua gara-gara Dewabrata!

BANG GILANG

Kamu harus dapat akibatnya, Dewabrata!

Dokter Maria melanjutkan penjelasannya.

DOKTER MARIA

Dalam waktu dekat ini, Amba harus mendapatkan donor jantung

BU LESTARI

Donor jantung, Dok? Di mana kami akan mendapatkannya?

DOKTER MARIA

Kita sama-sama berusaha mencari pendonor jantung untuk Amba, semoga kita segera menemukannya

PAK BAGAS

Apakah ada cara lain, Dok? Selain donor jantung?

DOKTER MARIA

Itulah langkah terbaik yang bisa kita ambil, karena kondisi Amba saat ini benar-benar memburuk. Saya permisi dulu.

Dokter Maria meninggalkan ruangan Amba.

BANG INDRA

Ya Allah, Amba, cobaanmu berat sekali (mengusap kepala Amba)

BANG GILANG

Sabar ya, Abi, kita akan segera dapatkan donor jantung itu (menepuk pundak Abiyasa)

Amba masih belum sadarkan diri. Keluarga Amba pulang sebentar ke rumah untuk mengambil keperluan-keperluan Amba. Di rumah sakit hanya ada Abiyasa, Bang Gilang, dan Bang Indra.

CLOSE UP : Abiyasa tertidur di tepi tempat tidur Amba. Bang Gilang dan Bang Indra berjaga di depan ruangan.

Beberapa saat kemudian Amba terbangun dari tidurnya dan langsung berdiri. Ia pergi dari ruangannya.

CUT TO

SC. 33 EXT. DEPAN RUANG RAWAT INAP - MENJELANG SIANG

Abiyasa masih tertidur di dalam ruangan. Bang Gilang dan Bang Indra terkejut melihat Amba berjalan keluar ruangannya dengan membawa infus yang melekat di tangannya.

BANG GILANG

Amba, kamu sudah siuman? Kamu mau ke mana?

Bang Indra masuk ke dalam membangunkan Abiyasa. Abiyasa terbangun dan keluar menemui Amba.

ABIYASA

Amba, mau ke mana kamu?

Amba tak menghiraukan Abiyasa. Ia melepas infus di tangannya dan membuangnya begitu saja. Ia terus berjalan menuju halaman depan rumah sakit.

Ketika ditanya tujuannya, Amba hanya menjawab satu kata.

AMBA

Dewabrata (tatapan kosong)

Amba membawa gunting rumah sakit yang ia temukan di meja resepsionis. Ia terus berjalan menuju rumah Dewabrata yang berjarak satu kilometer dari rumah sakit itu. Abiyasa, Bang Gilang, dan Bang Indra mengikutinya dari belakang.

CUT TO

SC. 34 INT. RUMAH DEWABRATA/PAK BHARATA - SIANG

CAST : Amba, Dewabrata, Abiyasa, Wisnu, Pak Bharata, Bang Gilang, Bang Indra

Dewabrata, Wisnu, dan Pak Bharata sedang memperdebatkan masalah kegagalan Dewabrata untuk membawa Amba kepada Wisnu.

WISNU

Sesuai perjanjian, karena kamu gagal membawa Amba untukku, maka kamu dan bapak harus pergi dari rumah ini.

DEWABRATA

Tunggu dulu, Kak, aku bisa jelaskan semuanya.

WISNU

Kegagalan apapun alasannya tetap kegagalan

PAK BHARATA

Wisnu, adikmu sudah berusaha mencarikan calon istri untukmu sampai ia rela mengorbankan nyawanya dalam pertandingan sabung, tolong hargai itu.

DEWABRATA

Kak, aku tahu aku gagal, tapi apa tidak ada jalan lain selain mengusir kami dari sini, aku tidak mau keluarga kita berpisah.

WISNU

(berpikir keras sambil mondar-mandir)

Sebentar aku pikirkan cara lain

Sejenak suasana hening. Beberapa saat kemudian, Wisnu mengutarakan ide konyolnya.

WISNU

Ada cara lain ...

DEWABRATA

(mendekati Wisnu dengan penuh harap)

Cara apa itu, Kak?

WISNU

Jika kamu ingin tetap tinggal di sini bersama Bapak, maka kamu harus berjanji tidak akan menikah seumur hidup, dengan begitu aku tidak perlu khawatir akan kehilangan warisan ibu

DEWABRATA

(menatap lekat-lekat wajah)

Wisnu dengan tatapan penuh tanda tanya) Kakak mau aku melakukan itu?

WISNU

Iya, tentu saja, ini semua gara-gara kegagalanmu dan ketidakberdayaanmu!

DEWABRATA

(melihat raut kesedihan di wajah Pak Bharata)

Baiklah! Demi menebus kesalahan dan ketidakberdayaanku, aku bersumpah untuk Bapak bahwa aku tidak akan menikah seumur hidup!

Amba tiba-tiba muncul di hadapan Dewabrata dan hal itu sangat mengejutkan bagi Dewabrata.

DEWABRATA

Amba .... (mendekati Amba)

Amba mendekati Dewabrata dan berusaha membunuhnya dengan gunting yang ia bawa. Semua orang yang ada di sana mencoba menghalanginya. Namun, gunting itu tiba-tiba menancap di dada Amba. Sebelum kehilangan kesadarannya, Amba mengambil sumpah serapah untuk Dewabrata.

AMBA

Dewabrata! Kamu harus menerima pelajaran dari perbuatanmu kepadaku. Aku bersumpah akan membalaskan dendamku padamu, bahkan setelah aku mati! Aku akan jadi alasan kematianmu, Dewabrata!

FLASH BACK CUT TO 

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar