Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SC. 31 INT. RUMAH AMBA - PAGI SETELAH PERTANDINGAN SABUNG
CAST : Amba, Abiyasa, Pak Bagas, Bu Lestari
Amba mengurung dirinya di kamar. Keluarga khawatir penyakit kelainan jantung Amba akan kambuh lagi.
BU LESTARI
Amba, buka pintunya, Sayang! (bernada lembut)
Tidak ada jawaban dari Amba.
ABIYASA
Dek, tolong buka pintunya, kamu belum makan sejak tadi malam
Beberapa menit mereka menunggu. Amba belum membukakan pintu. Abiyasa langsung mendobrak pintu kamar Amba. Amba sudah tidak sadarkan diri di atas kasurnya. Abiyasa memanggil ayahnya. Abiyasa membopong Amba lalu membawanya ke rumah sakit. Bu Lestari menemukan sebuah kertas bertuliskan nama Dewabrata dan alamat rumahnya yang dicoret-coret dengan spidol merah
CUT TO
SC. 32 INT. RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT - PAGI
CAST : Amba, Abiyasa, Pak Bagas, Bu Lestari, Dokter Maria
Abiyasa menatap adiknya yang terbaring di rumah sakit dengan penuh rasa iba.
ABIYASA
Amba, kamu harus kuat, kamu harus bangun (menggenggam tangan Amba)
CLOSE UP: Amba masih menutup matanya dengan erat.
Dokter Maria memasuki ruangan Amba. Pak Bagas dan Bu Lestari menyambutnya. Di belakang Dokter Maria ada Bang Gilang dan Bang Indra yang datang menjenguk. Mereka semua menyimak penjelasan Dokter Maria.
DOKTER MARIA
Sudah setahun ini kondisi Amba semakin membaik, tapi hari ini dia harus dirawat di rumah sakit ini (berjalan mendekati tempat tidur Amba)
PAK BAGAS
Dia baru saja mengalami suatu hal yang tidak terduga, Dok, mungkin itulah yang membuat jantungnya tidak stabil lagi.
Bang Gilang dan Bang Indra mengambil posisi berdiri di tepi tempat tidur Amba.
ABIYASA (VO)
Semua gara-gara Dewabrata!
BANG GILANG
Kamu harus dapat akibatnya, Dewabrata!
Dokter Maria melanjutkan penjelasannya.
DOKTER MARIA
Dalam waktu dekat ini, Amba harus mendapatkan donor jantung
BU LESTARI
Donor jantung, Dok? Di mana kami akan mendapatkannya?
DOKTER MARIA
Kita sama-sama berusaha mencari pendonor jantung untuk Amba, semoga kita segera menemukannya
PAK BAGAS
Apakah ada cara lain, Dok? Selain donor jantung?
DOKTER MARIA
Itulah langkah terbaik yang bisa kita ambil, karena kondisi Amba saat ini benar-benar memburuk. Saya permisi dulu.
Dokter Maria meninggalkan ruangan Amba.
BANG INDRA
Ya Allah, Amba, cobaanmu berat sekali (mengusap kepala Amba)
BANG GILANG
Sabar ya, Abi, kita akan segera dapatkan donor jantung itu (menepuk pundak Abiyasa)
Amba masih belum sadarkan diri. Keluarga Amba pulang sebentar ke rumah untuk mengambil keperluan-keperluan Amba. Di rumah sakit hanya ada Abiyasa, Bang Gilang, dan Bang Indra.
CLOSE UP : Abiyasa tertidur di tepi tempat tidur Amba. Bang Gilang dan Bang Indra berjaga di depan ruangan.
Beberapa saat kemudian Amba terbangun dari tidurnya dan langsung berdiri. Ia pergi dari ruangannya.
CUT TO
SC. 33 EXT. DEPAN RUANG RAWAT INAP - MENJELANG SIANG
Abiyasa masih tertidur di dalam ruangan. Bang Gilang dan Bang Indra terkejut melihat Amba berjalan keluar ruangannya dengan membawa infus yang melekat di tangannya.
BANG GILANG
Amba, kamu sudah siuman? Kamu mau ke mana?
Bang Indra masuk ke dalam membangunkan Abiyasa. Abiyasa terbangun dan keluar menemui Amba.
ABIYASA
Amba, mau ke mana kamu?
Amba tak menghiraukan Abiyasa. Ia melepas infus di tangannya dan membuangnya begitu saja. Ia terus berjalan menuju halaman depan rumah sakit.
Ketika ditanya tujuannya, Amba hanya menjawab satu kata.
AMBA
Dewabrata (tatapan kosong)
Amba membawa gunting rumah sakit yang ia temukan di meja resepsionis. Ia terus berjalan menuju rumah Dewabrata yang berjarak satu kilometer dari rumah sakit itu. Abiyasa, Bang Gilang, dan Bang Indra mengikutinya dari belakang.
CUT TO
SC. 34 INT. RUMAH DEWABRATA/PAK BHARATA - SIANG
CAST : Amba, Dewabrata, Abiyasa, Wisnu, Pak Bharata, Bang Gilang, Bang Indra
Dewabrata, Wisnu, dan Pak Bharata sedang memperdebatkan masalah kegagalan Dewabrata untuk membawa Amba kepada Wisnu.
WISNU
Sesuai perjanjian, karena kamu gagal membawa Amba untukku, maka kamu dan bapak harus pergi dari rumah ini.
DEWABRATA
Tunggu dulu, Kak, aku bisa jelaskan semuanya.
WISNU
Kegagalan apapun alasannya tetap kegagalan
PAK BHARATA
Wisnu, adikmu sudah berusaha mencarikan calon istri untukmu sampai ia rela mengorbankan nyawanya dalam pertandingan sabung, tolong hargai itu.
DEWABRATA
Kak, aku tahu aku gagal, tapi apa tidak ada jalan lain selain mengusir kami dari sini, aku tidak mau keluarga kita berpisah.
WISNU
(berpikir keras sambil mondar-mandir)
Sebentar aku pikirkan cara lain
Sejenak suasana hening. Beberapa saat kemudian, Wisnu mengutarakan ide konyolnya.
WISNU
Ada cara lain ...
DEWABRATA
(mendekati Wisnu dengan penuh harap)
Cara apa itu, Kak?
WISNU
Jika kamu ingin tetap tinggal di sini bersama Bapak, maka kamu harus berjanji tidak akan menikah seumur hidup, dengan begitu aku tidak perlu khawatir akan kehilangan warisan ibu
DEWABRATA
(menatap lekat-lekat wajah)
Wisnu dengan tatapan penuh tanda tanya) Kakak mau aku melakukan itu?
WISNU
Iya, tentu saja, ini semua gara-gara kegagalanmu dan ketidakberdayaanmu!
DEWABRATA
(melihat raut kesedihan di wajah Pak Bharata)
Baiklah! Demi menebus kesalahan dan ketidakberdayaanku, aku bersumpah untuk Bapak bahwa aku tidak akan menikah seumur hidup!
Amba tiba-tiba muncul di hadapan Dewabrata dan hal itu sangat mengejutkan bagi Dewabrata.
DEWABRATA
Amba .... (mendekati Amba)
Amba mendekati Dewabrata dan berusaha membunuhnya dengan gunting yang ia bawa. Semua orang yang ada di sana mencoba menghalanginya. Namun, gunting itu tiba-tiba menancap di dada Amba. Sebelum kehilangan kesadarannya, Amba mengambil sumpah serapah untuk Dewabrata.
AMBA
Dewabrata! Kamu harus menerima pelajaran dari perbuatanmu kepadaku. Aku bersumpah akan membalaskan dendamku padamu, bahkan setelah aku mati! Aku akan jadi alasan kematianmu, Dewabrata!
FLASH BACK CUT TO