Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SC. 58 INT. RUMAH BISMAHANTA - PAGI
CAST : Bismahanta, Abiyasa, Zulfi
Abiyasa keluar dari kamar Bismahanta membawa salinan baskom berisi air dan kompresan yang sudah terpakai.
Abiyasa duduk di kursi lalu mengambil HP-nya dan menelepon Zulfi yang sedang bekerja di kantor.
ABIYASA
Halo Zulfi
SC. 59 INT. RUANGAN DIVISI MARKETING & KOMUNIKASI PENERBIT BHARATA - PAGI
Zulfi sedang mengedit konten terbaru tentang peluncuran buku di ruangannya. Suara telepon Abiyasa ia loudspeaker.
ZULFI
Iya Kak Abi ada apa?
INTERCUT - PERCAKAPAN TELEPON
ABIYASA
Hari ini Hanta lagi sakit, dia nggak bisa ke kantor
Zulfi membetulkan posisi duduknya. Ia mendengarkan dengan serius. Teman-teman satu ruangan ikut menyimak.
ZULFI
Hanta sakit apa, Kak Abi?
ABIYASA
Dia demam sejak kemarin pulang dari acara peluncuran buku
ZULFI
Ya Tuhan, Hanta, makanya dari tadi dia nggak kelihatan di kantor
ABIYASA
Ya udah Zul, makasih ya, Gue tutup teleponnya
ZULFI
Sama-sama Kak, semoga Hanta cepet sembuh
CUT TO
SC. 60 INT. RUANGAN DIVISI MARKETING & KOMUNIKASI PENERBIT BHARATA - PAGI
CAST: Zulfi, Kemal, Dewabrata, staf lainnya
Zulfi meletakkan HP-nya di meja.
Kemal yang sedari tadi menyimak percakapan Zulfi dan Abiyasa di telepon, kemudian bertanya.
KEMAL
Kamu kenal Bismahanta, senior editor kita yang baru itu?
Zulfi menggangguk. Kemal mendekatkan kursinya ke kursi Zulfi.
KEMAL
Kok bisa? Memang hubungan kalian apa? Teman, atau tetangga, atau jangan-jangan saudara? (penasaran)
ZULFI
Dia temen Gue, Bang
KEMAL
Berarti Pak Boss juga kenal dong ya, secara Lo kan temennya Pak Boss, temen Lo otomatis juga temennya Pak Boss
Zulfi menggeleng.
ZULFI
Nggak gitu konsepnya, Bang. Mereka itu baru ketemu kemarin, kalo Gue sama Pak Boss emang temen dari dulu, karena kita pernah satu perguruan silat
Kemal menyimak penjelasan Zulfi dengan antusias.
Tiba-tiba Dewabrata masuk.
DEWABRATA
Hai semua, selamat pagi! (sapanya ramah)
Dewabrata menghampiri meja Zulfi.
DEWABRATA
Hai Zul, sori baru sempet nyapa (tersenyum pada Zulfi sambil menjabat tangannya)
ZULFI
Udah lama ya (membalas senyum Dewabrata)
KEMAL
Eh ada reunian nih ceritanya, OK silakan (menggeser kursinya kembali ke mejanya)
Dewabrata dan Zulfi melanjutkan obrolannya. Dalam obrolan itu, Zulfi juga menyampaikan bahwa Bismahanta sedang sakit.
CUT TO
SC. 61 INT. RUMAH BISMAHANTA - PAGI
CAST: Abiyasa, Pak Bagas, Bismahanta, Bu Lestari
Bismahanta keluar dari kamarnya.
Keluarganya berkumpul di ruang tamu.
ABIYASA
Han, kok udah bangun, udah enakan badannya?
BISMAHANTA
Udah mendingan Kak
Bismahanta duduk di dekat Bu Lestari, memeluknya.
BU LESTARI
Badan kamu masih panas, istirahat aja Han
Bismahanta tak merespon, ia memejamkan mata sambil mendengarkan ucapan keluarganya.
PAK BAGAS
Sepertinya kamu harus cari tempat tinggal di sekitar kantormu, Han, supaya tidak jauh-jauh, lagipula pekerjaanmu ini sering sampai malam kan, pikirkan juga kesehatan dan keselamatanmu
BU LESTARI
Ibu juga setuju sama ayahmu, kita perlu carikan kontrakan, kosan, atau apartemen juga boleh yang penting dekat dengan kantormu, Han
ABIYASA
Paling dekat dari kantornya Hanta ya apartemen, tapi kalau apartemen lebih mahal biayanya (tertunduk murung)
Bismahanta bangkit lalu angkat bicara.
BISMAHANTA
Hanta juga berniat tinggal di apartemen dekat kantor, tinggal nunggu izin dari Ibu dan ayah, untuk masalah biaya tidak perlu khawatir
BU LESTARI DAN PAK BAGAS
Kami setuju
ABIYASA
Kalau begitu kalau keadaanmu sudah membaik, kamu langsung pindahan ke apartemen itu, kita telepon Zulfi juga untuk minta bantuannya
CUT TO
SC. 62 INT. RUANGAN REDAKSI PENERBIT BHARATA - SIANG
CAST : Dewabrata, Maharani, dan Saraswati
Dewabrata terburu-buru masuk ke ruang redaksi.
Maharani sedang sibuk mengerjakan laporan.
Saraswati sedang menelepon seorang penulis.
Dewabrata langsung memasuki ruangan pimpinan redaksi yang terpisah dengan ruangan para editor oleh sekat kaca tetapi masih dalam satu ruangan redaksi.
Maharani melihat keresahan di wajah Dewabrata, Ia menghampiri Dewabrata di ruangannya.
MAHARANI
Lo kenapa, Wa?
DEWABRATA
Gue kepikiran Durga, kemarin dia ke sini dan ngancam Gue (menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya)
MAHARANI
Ngancam apa? Berani banget dia, udah kemarin datang ke peluncuran buku telat (ekspresi kesal)
DEWABRATA
Dia ngancam, kalau kita tidak bisa menjual buku terbaru dari penulis baru kita, Megan, sebanyak 3000 eksemplar hingga acara pameran buku satu bulan lagi, maka dia akan mengambil alih buku Megan untuk diterbitkan di penerbitannya
MAHARANI
Dasar, licik sekali, mentang-mentang penerbitannya dia lebih senior daripada kita, seenaknya aja mengambil penulis kita (mengepalkan tangannya dan memukulkannya ke meja)
DEWABRATA
Sebenarnya Gue ingin bahas ini sama Bismahanta juga, sebagai editor bukunya Megan, kita harus melibatkan dia dalam rencana ini, tapi hari ini dia nggak masuk, lagi sakit
MAHARANI
Oh pantesan, dari tadi Gue nggak ngeliat tu bocah, pasti gara-gara kehujanan kemarin, rumahnya jauh pula
DEWABRATA
Memang di mana rumahnya?
MAHARANI
Di daerah pinggir pantai Kamal Muara sana
DEWABRATA
Kamal muara? (terkejut)
MAHARANI
Iya, kenapa emangnya, Lo tahu daerah itu?
DEWABRATA
Dulu, aku pernah tinggal di sana (menunduk lesu)
Maharani menggangguk paham tanpa bertanya lagi.
Tatapan Dewabrata menjadi kosong. Nama daerah itu telah membawanya ke sebuah masa penuh luka dan duka.
DISSOLVE TO
SC. 63 INT. APARTEMEN BISMAHANTA - MALAM
CAST : Abiyasa, Bismahanta, Pak Bagas, Bu Lestari, Zulfi
Malam ini Bismahanta langsung pindah ke apartemen dekat kantor Penerbit Bharata setelah keadaannya sudah membaik.
Keluarganya dan Zulfi mengantar Bismahanta pindah di apartemen itu. Mereka membantu Bismahanta menata barang-barangnya. Kebetulan apartemen itu sama dengan apartemen Dewabrata, hanya saja beda lantai.
BU LESTARI
Jaga diri baik-baik ya Han, setiap weekend pulanglah ke rumah (memeluk Bismahanta)
BISMAHANTA
Siap Bu, lagipula Hanta juga harus melatih murid-murid Hanta di sana
Abiyasa memanggil Zulfi dan membicarakan sesuatu.
ABIYASA
Zul, Gue titip Hanta ya, kalau ada apa-apa kabarin Gue
ZULFI
Kak Abi tenang saja, rumah Gue deket sini kok, jadi bisa mantau Bismahanta juga
ABIYASA
Makasih banyak Zul, maaf selalu ngerepotin Elo
Zulfi menggelengkan kepala.
Beberapa menit kemudian, Keluarga Bismahanta beserta Zulfi pamit dari apartemennya.
CUT TO
SC. 64 INT. LANTAI 1 APARTEMEN - PAGI
Dua lift yang berjejer di lantai satu apartemen sama-sama terbuka.
Dari kedua lift itu keluarlah Bismahanta dan Dewabrata. Mereka terkejut.
Bismahanta langsung memalingkan muka dan berjalan meninggalkan Dewabrata.
BISMAHANTA (VO)
Aduh sial kenapa harus ketemu Dewabrata di sini? Itu berarti dia tinggal di sini dong (menepuk kepalanya)
CUT TO
SC. 65 EXT. HALAMAN DEPAN APARTEMEN - PAGI
Dewabrata mengejar Bismahanta hingga ke halaman depan apartemen.
DEWABRATA
Hei, Bisma! Kamu juga tinggal di sini? (setengah berteriak)
Bismahanta terus berjalan keluar apartemen.
Dewabrata menghadangnya.
DEWABRATA
Hei, Bisma! Kamu tinggal di apartemen ini juga?
BISMAHANTA
Panggil Hanta saja
DEWABRATA
OK Hanta, Bismahanta, sama aja lah
BISMAHANTA
Iya saya tinggal di sini, baru pindah
DEWABRATA
(mengepalkan tangannya)
Yes, jagoanku ternyata tinggal di sini juga, kamu bisa jadi bodyguard saya juga dong, mau kan?
BISMAHANTA
Pak Dewabrata, saya bukan jagoan Anda dan saya tidak mau jadi bodyguard Anda
DEWABRATA
Kenapa tidak mau, kamu kan jago bela diri, kamu bisa melindungi saya dari pencopet itu dan juga dari bahaya-bahaya lainnya
Bismahanta melangkah pergi meninggalkan Dewabrata.
BISMAHANTA (VO)
Lagi pula akulah orang yang akan berbuat jahat pada Anda Pak Dewabrata, kusarankan jangan terlalu baik padaku (melangkah pergi tanpa menoleh ke Dewabrata)
Tanpa menghiraukan Dewabrata, Bismahanta terus berjalan meninggalkan apartemen.
DEWABRATA
Bismahanta! Ayo berangkat bareng ke kantor! (berteriak kepada Bismahanta yang sudah berjalan sejauh lima langkah)
Bismahanta tidak menjawab bahkan menoleh pun tidak. Dia memberi isyarat penolakan dari tangannya.
BISMAHANTA (VO)
Ternyata ada bagusnya juga aku tinggal di apartemen ini, akan lebih mudah membalaskan dendam pada dirinya
Freeze Bismahanta tersenyum penuh misteri.
CUT TO
SC. 66 INT. KANTOR PENERBIT BHARATA - PAGI
CAST : Dewabrata dan para staf
Dewabrata tiba di kantor. Ia menyapa semua stafnya dengan ramah. Para staf membalas senyumnya dengan ramah pula.
Dewabrata langsung menuju ruang redaksi.
CUT TO
SC. 66 INT. RUANG REDAKSI PENERBIT BHARATA - PAGI
CAST : Dewabrata, Saraswati, Maharani
Dewabrata masuk ruangan.
Saraswati sedang membaca naskah terbaru.
Maharani sedang mengetik beberapa laporan di komputer.
DEWABRATA
Pagi semua
SARASWATI DAN MAHARANI
Selamat pagi
DEWABRATA
(memeriksa meja Bismahanta)
Bismahanta belum datang?
MAHARANI
Dia sudah datang, tapi langsung meeting sama Megan dan divisi marketing komunikasi
DEWABRATA
Meeting? Sepagi ini? Di mana?
MAHARANI
Di gedung sebelah, Bharata Coffee Shop, nggak ada waktu lagi, aku sudah menceritakan rencana kita kepada Hanta, jadi dia langsung meeting hari ini juga sekalian promosi buku lewat live streaming bareng pembaca
DEWABRATA
(melihat kekhawatiran Maharani)
Lo khawatir sama ancamannya Durga?
MAHARANI
Nggak kok, tapi ancaman itu ngga boleh dianggap sepele juga
DEWABRATA
(menepuk bahu Maharani)
Jangan terlalu khawatir dengan ancaman Durga Ran, kita lakukan semampu kita, penulis kita bukan Megan saja
MAHARANI
Tapi, untuk penerbit junior seperti kita, butuh suatu karya yang bisa dijadikan ikon, yang membuat penerbit kita dikenal banyak orang, ikon itu ada pada karya-karya Megan, kita tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan itu
Setelah mendengar penjelasan Maharani, Dewabrata masuk ke ruangannya kemudian meletakkan tas dan jasnya dan langsung menyalakan komputernya.
CUT TO
SC. 67 INT. BHARATA COFFEE SHOP - PAGI
CAST : Bismahanta, Megan, Zulfi, Kemal
Bismahanta membawa buku kedua Megan berjudul PUKUL 00.00 yang baru diterbitkan beberapa hari lalu.
Kemal menunjukkan laporan penjualan buku tersebut beserta desain sampul buku terbaru.
Zulfi menyiapkan peralatan untuk shooting video promosi terbaru.
KEMAL
(menjelaskan dengan penuh semangat)
Megan, laporan penjualan bukumu selama satu minggu ini, mulai dari pre-order sampai sekarang disebar ke toko-toko buku, hampir mencapai 1000 eksemplar. Jadi, kurang 2000 eksemplar lagi untuk mencapai target kita
Megan mendengarkan penjelasan Kemal dengan malas.
BISMAHANTA
Menurutku, selain kita promosi buku, kita juga harus sering update quotes dari buku ini lewat medsos kita dan medsos penulisnya.
Zulfi selesai menyetting alat shootingnya.
ZULFI
Promosi lewat konten video atau live streaming juga akan sangat membantu karena kita bisa memberikan testimoni secara real kepada para pembaca
Megan mulai menunjukkan ketidaktertarikannya terhadap rencana ini.
MEGAN
Dari tadi kalian bicara tentang promosi lewat ini lah, promosi dengan cara itulah, tapi kalian sama sekali tidak membahas tentang keuntungan yang akan aku dapat, berapa royalty yang akan aku terima
Kemal dan Zulfi tidak menyangka Megan akan membahas tentang royalty.
Bismahanta mengetahui maksud Megan, ia lalu mengajaknya ke toilet.
BISMAHANTA
(menarik tangan Megan)
Megan, ikut aku ke toilet sebentar
Megan mengikuti Bismahanta dengan malas.
CUT TO
SC. 68 INT. TOILET - PAGI MENJELANG SIANG
BISMAHANTA
(menatap Megan tajam)
Langsung saja, kamu tertarik dengan royalty yang ditawarkan Durga kan?
MEGAN
Kok kamu bisa tahu?
BISMAHANTA
Aku ada di belakang kalian, pas kalian ngobrol tentang royalty itu
INTERCUT
SC. 69 EXT. JALAN MENUJU BHARATA COFFEE SHOP - PAGI
CAST : Bismahanta, Megan, Durga
Megan dan Durga berbicara tentang royalty dan perpindahan kontrak penerbitan.
Bismahanta berjalan di belakang mereka dan mendengar pembicaraan itu.
DURGA
Megan, kamu tahu kan penerbitan kami lebih senior dan sudah mempunyai nama daripada Penerbit Bharata, aku yakin karya-karyamu akan lebih terkenal dan jadi best seller kalau diterbitkan di penerbit Durga Publishing
MEGAN
Sebenarnya dari awal, aku juga ingin menerbitkan karya di Durga Publishing, aku mengirim naskahku ke dua penerbit ini, dan aku sengaja memperburuk tulisanku yang kukirim ke Penerbit Bharata supaya tidak diterbitkan di Penerbit itu
DURGA
Terus kenapa buku itu bisa terbit di Penerbit Bharata?
MEGAN
Jadi ternyata si editor keras kepala itu dengan suka rela merevisi naskahku hingga bisa diterbitkan di Penerbit Bharata
DURGA
Kalau begitu, putuskan saja kontrak kamu dengan Penerbit Bharata. Aku sudah memberi warning ke Pimpinan Redaksimu, jika dia tidak bisa menjual bukumu sebanyak 3000 eksemplar hingga pameran buku bulan depan, maka kamu akan pindah kontrak ke penerbitanku
MEGAN
Putuskan kontrak? Caranya? Apa perlu menunggu sampai pameran buku bulan depan?
DURGA
Oke kalau begitu, dalam live streaming nanti, tirukan yang aku katakan ini
Durga dan Megan berjalan lebih cepat dan Bismahanta tidak bisa mengikutinya lagi.
CUT BACK TO
SC. 70 INT. TOILET - PAGI MENJELANG SIANG
CAST : Bismahanta, Megan
MEGAN
Lalu apa maumu?
BISMAHANTA
Cukup ikuti saja rencana kami. Kamu silakan jalankan rencanamu juga, aku tidak peduli
MEGAN
Maksudmu aku tetap ikut live streaming dengan para pembaca dan promosi tentang bukuku?
BISMAHANTA
Ya itu saja, hitung-hitung balas budi karena kami sudah menerbitkan bukumu
MEGAN
Meski kamu tahu risikonya apa?
BISMAHANTA
(mengangkat bahunya)
Deal? (mengulurkan tangan kepada Megan)
Bismahanta dan Megan saling sepakat untuk menjalankan rencana masing-masing.
BISMAHANTA (VO)
Mungkin ini bisa jadi jalan balas dendamku pada Dewabrata, dia akan sangat kecewa jika tahu rencana Durga dan Megan. Aku sangat ingin melihat itu (tersenyum misterius)
CUT TO
SC. 71 INT. BHARATA COFFEE SHOP - SIANG
CAST : Bismahanta, Megan, Kemal, dan Zulfi
Megan sudah bersiap di depan kamera untuk melakukan live streaming bersama para pembacanya.
Zulfi dan Kemal bersiap di belakang kamera.
Bismahanta sebagai pemandu acara memulai bincang buku tersebut dengan sebuah pertanyaan.
BISMAHANTA
Apa yang menginspirasi Megan untuk menulis buku berjudul PUKUL 00.00 ini?
MEGAN
Bermula dari ketertarikan saya ketika melihat kehidupan di kota ini mulai pukul 00.00 hingga pagi. Banyak sekali hal yang perlu diketahui masyarakat tentang kehidupan kota pada pukul itu.
BISMAHANTA
Wah menarik sekali ya, ternyata kehidupan kota di atas pukul 00.00 bisa diangkat menjadi sebuah cerita. Baiklah sekarang kita akan mendengarkan komentar-komentar dari para pembaca yang telah membaca buku ini.
Para pembaca bergantian memberikan komentarnya kepada Megan. Hingga tiba saat di mana seorang pembaca menanyakan hal khusus tentang penerbit Bharata.
PEMBACA
Kak Megan, maaf sebelumnya, mungkin ini pertanyaan di luar konteks, jadi karya-karya Anda telah menginspirasi saya untuk ikut menulis juga, lalu yang saya tanyakan, mungkin ada tips bagaimana agar tulisan kita bisa diterima dan diterbitkan di Penerbit Bharata?
MEGAN (VO)
Ini dia pertanyaan yang kutunggu-tunggu
Wajah tegang terlihat dari wajah Bismahanta, begitu pula Kemal dan Zulfi. Nama Penerbit Bharata akan ditaruhkan.
MEGAN
Jadi cerita sedikit, sebenarnya saya tidak berniat mengirim naskah ini ke Penerbit Bharata yang tergolong masih baru, karena masa depan saya sebagai penulis yang jadi taruhannya. Saya sengaja mengirim tulisan saya dengan banyak sekali bagian yang perlu direvisi, tak disangka tulisan saja lolos, ternyata mudah sekali menerbitkan tulisan di Penerbit Bharata
PEMBACA
Semudah itu Kak? Kita tidak perlu menulis cerita yang bagus karena pasti akan lolos begitu?
MEGAN
Betul sekali, jadi tulisan apapun pasti akan lolos di sini, karena penerbit ini membutuhkan banyak karya untuk diterbitkan agar semakin dikenal namanya. Dan masalah royalty, jujur saya kecewa dengan sistem royalty di penerbit ini yang merugikan penulis.
Kemal berusaha mendekati Megan dan memberinya peringatan agar tidak melewati batasnya. Tapi Zulfi mencegahnya.
ZULFI (VO)
(menatap Bismahanta)
Apakah kamu tahu kalau Megan akan bicara seperti ini, Hanta?
Pembaca tersebut masih terus menanyakan pertanyaan selanjutnya.
PEMBACA
Berarti bisa dibilang, kalau Penerbit Bharata tidak memerdulikan kualitas karya penulisnya? Asal terbit gitu saja? Dan royalty yang diterima penulis pun tidak sesuai
Bismahanta mulai geram dengan percakapan mereka, tapi ia berusaha menahannya.
BISMAHANTA
Tahan, Hanta, biarkan Megan melakukannya, bukankah itu maumu juga? (meremas-remas kertas yang ia bawa)
MEGAN
Kurang lebih seperti itu, jadi saran saya, lebih baik kamu terbitkan tulisanmu itu di penerbit yang sudah tidak diragukan lagi kualitasnya dan sudah memiliki nama di dunia kepenulisan ini, saya pun akan segera memutuskan kontrak dan pindah ke penerbit lain jika penjualan buku saya tidak sampai 3000 eksemplar dalam sebulan ini.
Situasi sudah di luar kendali, Bismahanta pun mengambil alih bincang-bincang itu.
BISMAHANTA
Sepertinya sudah cukup banyak komentar para pembaca yang kita dengar. Saatnya kita akhiri bincang buku kali ini, terima kasih atas komentar dari para pembaca yang hadir, sampai jumpa di bincang buku selanjutnya.
Tetap setelah Bismahanta menutup acara itu. Kemal menghampiri Megan dan memarahinya. Sedangkan Bismahanta dan Zulfi saling memandang satu sama lain.
CUT TO
SC. 73 INT. RUANGAN REDAKSI PENEBIT BHARATA - SIANG
CAST : Dewabrata, Maharani, Saraswati
Dewabrata mematikan televisi setelah mengikuti acara live streaming bincang buku Megan. Ia marah seketika.
DEWABRATA
Jadi ini rencana kalian untuk mendapatkan target penjualan 3000 eksemplar buku dalam satu bulan? Ada yang bisa jelaskan?
Maharani dan Saraswati merasa takut dengan kemarahan Dewabrata yang belum pernah mereka lihat.
MAHARANI
Dewa, maafkan kami, kami tidak tahu jika rencana ini akan berjalan seperti ini, jawaban-jawaban Megan di luar kendali kami
DEWABRATA
Tapi Bismahanta ada di sana kan, dia bisa memberi briefing dulu kepada Megan. Dasar payah kalian semua!
Dewabrata tak bisa membendung amarahnya. Ia keluar dari ruang redaksi menuju Bharata Coffee Shop.
Maharani untuk pertama kali menangis di hadapan Saraswati, mereka berdua saling menguatkan.
CUT TO
SC. 74 INT. BHARATA COFFEE SHOP - SIANG
Bharata Coffee Shop terlihat ramai di jam makan siang. Band pengisi di coffee shop tersebut menyanyikan lagu-lagu galau tahun 2000-an. Suasana nyaman bertema kan budaya pewayangan Jawa sangat kental dan terasa di sana, di tengah keramaian kota metropolitan.
Dewabrata tampak mencari sosok Bismahanta dan timnya.
Bismahanta sedang membereskan berkas-berkas di meja. Kemal dan Zulfi membereskan peralatan mereka dengan wajah masih kesal.
Dewabrata menemukan mereka di meja VVIP dan menghampiri mereka dengan penuh amarah.
DEWABRATA
(menggebrak meja)
Apa yang kalian lakukan barusan? Nama penerbitan kita tercoreng, kalian semua payah, mengurus satu klien saja tidak becus!
KEMAL
Boss, kita juga nggak nyangka kalau dia bakal ngomong kayak gitu tentang penerbitan kita dan posisi tadi itu live streaming, disaksikan langsung oleh banyak orang, kita nggak bisa hentikan gitu aja
ZULFI
Iya Boss, kita sudah berusaha kasi arahan buat dia, tapi dia tidak mengikuti arahan kita.
Bismahanta yang sedang menikmati Mochachino favoritnya akhirnya ikut angkat bicara.
BISMAHANTA
Kalau Pak Dewa tahu bahwa Durga yang ada di balik semua ini, pasti Anda tidak terlalu terkejut.
Dewabrata mengambil posisi duduk tepat di hadapan Bismahanta.
DEWABRATA
Maksudnya, Durga ikut terlibat dalam hal ini? Jangan-jangan dia yang sudah mengimingi-imingi Megan dengan royalty yang besar?
BISMAHANTA
Tepat sekali (kembali menikmati Mochachino)
DEWABRATA
Dan kamu sudah tahu tentang ini, kenapa tidak kamu cegah hal itu terjadi, Han? (suaranya meninggi)
Beberapa pengunjung memperhatikan perdebatan mereka.
BISMAHANTA
Saya bisa apa, ini hak penulis, dan juga kesalahan saya karena sudah menerima naskahnya
DEWABRATA
Tunggu dulu (menarik napas dalam-dalam) menerima naskah Megan bukan kesalahanmu, karena naskah Megan juga sudah terjual banyak dan jadi favorit masyarakat, yang jadi pertanyaanku, kenapa kamu tidak mencegah dia untuk memberikan opini negatif tentang penerbitan kita?
Bismahanta pun tak bisa membendung amarahnya.
BISMAHANTA
Karena saya benci Anda, Dewabrata! (bediri dan pergi meninggalkan tempat itu)
DEWABRATA
Bismahanta! (berteriak memanggil Bismahanta) Bismahanta membenciku, kenapa? Sejak kapan? (ucapnya lirih)
KEMAL
Kenapa dia membencimu, Boss?
Dewabrata dan Kemal masih tertegun dan duduk di sana dengan pikiran masing-masing.
FREEZE EKSPERSI KECEWA DEWABRATA
FADE OUT