Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
CREDIT TITLE
SC. 05 INT. KAMAR AMBA - SIANG
CAST : Bismahanta 23th, Abiyasa 28th
Bismahanta menatap satu demi satu foto yang ada di kamar Amba. Abiyasa masuk ke kamar Amba.
ABIYASA
(mengambil foto dua bayi perempuan)
Selamat datang kembali, sekarang ini adalah kamarmu
BISMAHANTA
(mengambil foto yang dibawa Abiyasa)
Bagaimana bisa kalian menghabiskan waktu selama ini tanpa kehadiranku, (menatap tajam Abiyasa) Kakak?
ABIYASA
(duduk di sebuah kursi kosong menghadap jendela kamar)
Untuk menyelamatkan seseorang, terkadang kita harus merelakan seseorang yang lain)
BISMAHANTA
Dan kalian memilih untuk menyelamatkan Amba
Bismahanta terhanyut dalam lamunannya, mengingat masa kecilnya yang terpisah dari keluarganya.
CUT TO FLASH BACK
SC. 06 INT. RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT - 23 TAHUN YANG LALU- MALAM
CAST : Bismahanta bayi, Amba bayi, Abiyasa 5 th, Pak Bagas 30 th, Bu Lestari (28 th), Kakek Syam 55th, Nenek Widuri 50th, Bidan Amira (40 th).
Malam purnama begitu indah. Semilir angin menggerak-gerakkan gorden hingga beterbangan. Suara isak tangis bayi yang baru lahir memecah kesunyian malam itu. Bu Lestari tidur di atas kasur rumah sakit. Kedua anaknya pun tertidur di sisinya.
PAK BAGAS
(menghampiri istrinya lalu mengusap-usap kepalanya)
Alhamdulillah, Bu, anak kita sudah lahir, mereka kembar.
BU LESTARI
(membetulkan posisinya, duduk)
Alhamdulillah, Pak, kita dikarunai dua bidadari cantik ini.
KAKEK SYAM
(menggendong salah satu bayi)
Bidadari kecil Kakek
NENEK WIDURI
(menghampiri Kakek Syam lalu mengambil bayi yang digendongnya)
Bagas, Lestari, kalian akan beri nama siapa kedua bidadari cantik ini?
PAK BAGAS
Bidadari pertama kita, dia bersinar seterang bulan purnama, dia bernama Amba. (menggambil Amba dari dekapan Bu Lestari lalu menggendongnya)
Abiyasa yang sedari tadi naik di atas kursi ibunya, kini turun dan mendekati bayi yang digendong Nenek Widuri lalu menciumnya.
ABIYASA
Terus, adikku yang ini namanya siapa, Ayah?
PAK BAGAS
Adikmu yang ini bersinar sehangat bulan purnama, dia bernama Bismahanta
NENEK WIDURI
Nama pewayangan semua ya (tersenyum pada Pak Bagas)
PAK BAGAS
Ya Bu, seperti kisah yang sering diceritakan Bapak, yaitu “Mahabharata” (melirik Kakek Syam lalu tersenyum)
Bidan Amira memasuki ruang rawat Bu Lestari dan memberitahu mereka informasi penting tentang bayi kembarnya.
BIDAN AMIRA
Bu Lestari dan Pak Bagas, kami ucapkan selamat atas kelahiran bayi kembarnya.
BU LESTARI DAN PAK BAGAS
Terima kasih, Bu Bidan
BIDAN AMIRA
Bapak Ibu, saya di sini selain untuk memberikan selamat juga untuk memberikan informasi penting.
PAK BAGAS
(mendekati Bidan Amira) Informasi penting apa Bu Bidan?
BIDAN AMIRA
Salah satu putri Bapak dan Ibu ada yang mengidap penyakit kelainan jantung bawaan
BU LESTARI
Ya Allah, Putri kami yang mana Bu Bidan?
BIDAN AMIRA
Dia yang sedang dalam pelukan Ibu
Bu Lestari menangisi putrinya yang malang dan memeluknya erat. Kakek Syam menggendong Bismahanta, menggantikan Nenek Widuri yang sedang menenangkan Bu Lestari.
BIDAN AMIRA
Dia hanya perlu mendapat perawatan yang intens, dia akan baik-baik saja
Bidan Amira meninggalkan ruangan Bu Lestari. Kesedihan menyeruak dalam ruangan itu. Tampak Pak Bagas dan Kakek Syam sedang mendiskusikan sesuatu. Abiyasa mengusap-usap kepala Amba yang masih menangis dalam pelukan sang ibu.
KAKEK SYAM
(mencium kening Bismahanta)
Baiklah, Bapak dan Ibu akan membawa Bismahanta ke kampung halaman di Surabaya dan merawatnya di sana, kalian fokus saja dengan perawatan Amba.
PAK BAGAS
(tertunduk lesu)
Maafkan Bagas, Pak, Bagas malah membebani Bapak dan Ibu.
KAKEK SYAM
(menepuk Pundak Bagas)
Tidak sama sekali, kalian yang sabar ya
Abiyasa mendengar pembicaraan Ayah dan Kakeknya. Ia resah dan mendekati Bismahanta
ABIYASA
Adik Abi mau dibawa ke mana Kakek? Abi mau bermain sama dia (menarik baju Kakek Syam)
KAKEK SYAM
Bismahanta akan ikut pulang ke kampung bersama Kakek dan Nenek, kamu di sini saja menjaga Amba, oke jagoan? (tersenyum pada Abiyasa)
ABIYASA
Iya Kakek
CLOSE UP: Wajah Abiyasa yang sedang menangisi Bismahanta
DISSOLVE TO
SC. 07 EXT. HALAMAN RUMAH KAKEK SYAM SURABAYA - PAGI
CAST : Kakek Syam 60th, Bismahanta Bayi, Para Pesilat
Kakek Syam menggendong Bismahanta yang masih bayi. Kakek Syam membawanya ke halaman rumahnya, tempat latihan para pesilat Padepokan Macan Putih. Para pesilat yang sedang berlatih menghentikan latihannya sejenak untuk melihat bayi yang digendong Kakek Syam.
ZAINAL (PESILAT 1)
Pak Syam, ini cucu Bapak?
KAKEK SYAM
Iya, sekarang dia tinggal di sini (mencium Bismahanta)
RIDWAN (PELATIH SILAT)
Apakah kelak dia juga akan menjadi pesilat seperti bapak? (tersenyum pada Pak Syam)
KAKEK SYAM
Tentu, dia harus dibekali ilmu bela diri agar bisa menjaga dirinya, menjaga diri orang yang lemah, dan dia juga akan belajar menahan dirinya (menimang-nimang Bismahanta dalam gendongannya)
RIDWAN (PELATIH SILAT)
Seperti biasa, Anda selalu bijaksana
KAKEK SYAM
(memberikan Bismahanta kepada Ridwan)
Ridwan, kamu harus tetap sehat, agar kelak bisa menjadi pelatihnya
RIDWAN (PELATIH SILAT)
Amin, Insya Allah, sesuai keinginan Bapak (menimang-nimang Bismahanta dalam gendongannya)
BADAR (PESILAT 2)
Siapakah adik kecil ini, Pak?
KAKEK SYAM
Bismahanta (ucapnya dengan suara menggema)
INTERCUT
SC. 08 EXT. HALAMAN RUMAH KAKEK SYAM SURABAYA- BISMAHANTA BERANJAK REMAJA - SIANG
CAST : Bismahanta Remaja, Kakek Syam, Ridwan
Bismahanta remaja berlatih silat dengan teman-teman seumurannya. Ridwan menjadi pelatih silat mereka. Kakek Syam memantau Bismahanta dari teras rumahnya. Bismahanta tampak bersemangat untuk melakukan gerakan-gerakan silat yang diajarkan oleh Ridwan.
INTERCUT
SC. 09 INT. GOR PENCAK SILAT SURABAYA - KOMPETISI SILAT PROVINSI-SIANG
CAST : Bismahanta Remaja, Kakek Syam, Ridwan, Para Pesilat
Bismahanta mengikuti perlombaan pencak silat tingkat provinsi. Ia mewakili Padepokan Silat Macan Putih dan berhasil memenangkannya. Kakek Syam dan Ridwan menghampirinya setelah penyerahan hadiah.
KAKEK SYAM
Selamat atas kemenangannya, cucu kesayangan Kakek (memeluk Bismahanta)
RIDWAN (PELATIH SILAT)
Kamu memang murid terbaik! (mengangkat dua jempol untuk Bismahanta)
INTERCUT
SC. 10 EXT. TERAS RUMAH KAKEK SYAM SURABAYA - PAGI
CAST : Bismahanta, Kakek Syam, Ridwan, Para Pesilat Muda
Bismahanta melatih para pesilat muda di halaman rumah Kakek Syam. Kakek Syam dan Ridwan memantau mereka dari teras rumah sambil berdiskusi.
KAKEK SYAM
Bismahanta sudah jadi pendekar, dia bisa melindungi dirinya sendiri sekarang, terima kasih banyak Ridwan
RIDWAN (PELATIH SILAT)
Terima kasih kembali, Pak. Menjadi pelatih Bismahanta merupakan kehormatan bagi saya. Bismahanta memiliki tekad yang kuat dalam belajar ilmu bela diri ini.
Kakek Syam memanggil Bismahanta. Bismahanta duduk di antara Kakek Syam dan Ridwan.
KAKEK SYAM
Hanta, kamu sekarang sudah besar, sudah bisa menentukan masa depanmu, apakah kamu akan tetap tinggal di sini atau kembali ke Jakarta bersama orang tuamu.
BISMAHANTA
Mereka tidak pernah menganggapku ada, Kek, percuma saja pergi ke sana. Lagipula setelah lulus kuliah ini, Hanta mau menjadi penulis saja.
RIDWAN (PELATIH SILAT)
Hanta, tidak ada salahnya mencari pengalaman di Jakarta, kamu juga bisa menulis buku di sana dan di Jakarta itu banyak penerbit buku yang bisa menerbitkan bukumu.
BISMAHANTA
Apa Kakek rela kalau Hanta kembali ke Jakarta bersama orang tua Hanta dan meninggalkan Kakek dan Nenek di sini?
KAKEK SYAM
Orang tuamu lebih membutuhkanmu, Hanta, apalagi sejak kepergian saudaramu
Bismahanta terdiam mendengar nasihat Kakek Syam. Ia tertunduk merenungi semua yang terjadi pada dirinya.
FLASH BACK CUT TO