Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
SC. 39 INT. KANTOR PENERBIT BHARATA - DUA MINGGU YANG LALU (SEHARI SEBELUM BERTEMU BISMAHANTA DI TERMINAL)- SIANG
CAST:
Dewabrata-Ceo Perusahaan; Pimpinan Redaksi
Maharani - Redaktur Pelaksana; Tangan Kanan Dewabrata
Saraswati - Editor Akuisisi
Kemal - Marketing & Komunikasi
Bu Hana - Bagian Keuangan
Dewabrata melakukan rapat mendadak dengan para staf Penerbit Bharata. Rapat itu berlangsung di ruang rapat kantor Penerbit Bharata.
Maharani selaku redaktur pelaksana, membawa setumpuk naskah-naskah yang sudah siap terbit.
Saraswati selaku editor akuisisi sudah membawa laporan daftar penulis yang karyanya akan diterbitkan.
Kemal selaku konten kreator sudah membuat draf konten terbaru yang akan dibuat.
Dewabrata memasuki ruang rapat ketika semua staf sudah hadir di ruang rapat.
DEWABRATA
Baik kita mulai rapat siang ini, ini bisa disebut rapat dadakan ya karena maju satu minggu sebelum rapat bulanan kita. Kali ini silakan laporkan progress dan proyek sedang atau akan dilakukan masing-masing divisi. Mulai dari Rani, Redaktur pelaksana.
MAHARANI
(melihat judul-judul naskah yang siap terbit)
Dari redaktur pelaksana, ada sepuluh buku baru yang siap terbit minggu depan. Tema buku beragam, mulai dari tema travelling, perpempuan, dan fiksi remaja
DEWABRATA
Wow, You're doing great, Maharani. Jangan lupa siapkan peluncuran buku yang meriah ya, beri penulis kita penghargaan yang luar biasa untuk karyanya
MAHARANI
Tentu, peluncuran buku-buku dari penerbitan kita selalu ditunggu-tunggu oleh para penulis dan para pembacanya
DEWABRATA
(memandang Saraswati)
Lalu untuk naskah-naskah yang baru masuk di meja redaksi kita, sudah berapa persen proses seleksinya? Dan apakah sudah menentukan jadwal meeting untuk para penulis kita?
SARASWATI
Untuk naskah yang baru masuk di meja redaksi kita bulan ini ada sekitar 20 naskah dari macam-macam genre. Kita baru selesai menyeleksi sepuluh naskah. sedangkan untuk para penulis, akhir bulan ini ada jadwal meeting dengan lima penulis yang naskahnya lolos.
DEWABRATA
OK, Good Job, Sar. Setelah semua naskah sudah diseleksi, buka lagi penerimaan naskah untuk para penulis kita supaya mereka makin giat berkarya
SARASWATI
Baik Pak Dewa (menjawab dengan penuh keraguan)
Berkali-kali Dewabrata mengecek jam tangannya. Para staf yang hadir memperhatikan hal yang tidak biasa terjadi itu.
DEWABRATA
Selanjutnya Kemal, tolong jelaskan proyek terbaru apa atau konten terbaru apa yang sedang dibuat oleh divisi kamu?
KEMAL
Kami sudah memiliki beberapa konsep promosi buku dalam bentuk tulis dan video, dan kami akan melibatkan penulisnya secara langsung untuk mempromosikan karya-karya mereka.
DEWABRATA
Ide yang bagus, kita perlu buat konten yang menarik dan menghibur
KEMAL
Siap Pak Bos! (tersenyum sambil melakukan gerakan hormat)
DEWABRATA
Bu Hana (tersenyum melihat Bu Hana) apa ada yang dikhawatirkan dari keuangan kita?
BU HANA
Aman Pak Bos! (melakukan gerakan hormat seperti Kemal)
Hubungan antara Dewabrata dan para stafnya memang sangat dekat. Di luar kantor, hubungan mereka seperti seorang sahabat.
DEWABRATA
(menunduk lesu) sebetulnya di rapat ini saya juga ingin memberitahukan kepada kalian semua bahwa saya akan mengambil cuti beberapa bulan ke depan. Untuk urusan kantor dan penerbitan, saya serahkan kepada Rani.
Ekspresi dari para staf yang semula tenang menjadi sangat serius. Termasuk Bu Hana.
BU HANA
Pak Dewa, apakah selama itu Anda mengambil cuti? (menatap Dewabrata serius)
DEWABRATA
Iya Bu, maaf saya harus meninggalkan perusahan beberapa bulan ke de depan, untuk urusan keuangan perusahaan, saya percaya sama Ibu, kalau ada Bu Hana, keuangan perusahaan pasti aman (tersenyum tulus)
BU HANA
Kalau urusan itu, jangan ditanya lagi (tertawa kecil)
Maharani penasaran dengan alasan Dewabrata mengambil cuti beberapa bulan.
MAHARANI
Apakah ada urusan penting, seperti Business Trip, sampai-sampai Pak Dewa mengambil cuti beberapa bulan?
DEWABRATA
Bukan karena itu, saya cuti karena harus merawat ayah yang sedang sakit di Jogja, kalian tahu kan betapa penting beliau bagi saya
MAHARANI
Kami mengerti Pak, semoga ayah Bapak lekas sembuh. Saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk menghandle penerbitan ini selama Bapak berada di Jogja
DEWABRATA
Terima kasih Rani, saya percaya kamu bisa diandalkan. OK, sebelum kita akhiri rapat ini, ada yang mau disampaikan lagi?
Saraswati menunjukkan keresahannya karena posisi senior editor masih kosong sementara Dewabrata akan cuti dalam waktu yang cukup lama. Ia beranikan diri untuk bertanya.
SARASWATI
Ada Pak, ini tentang posisi senior editor yang masih kosong karena Mbak Vina baru saja resign dua minggu lalu.
DEWABRATA
Belum ada yang melamar posisi itu sampai sekarang?
SARASWATI
Belum ada, Pak, jujur saya kewalahan ketika deadline menyunting naskah sudah dekat berbarengan dengan jadwal meeting para penulis
DEWABRATA
Berarti kita perlu sebar iklan lowongan pekerjaan ini lebih luas lagi, untuk itu Kemal (menatap Kemal yang sedang sibuk corat-coret di bukunya)
Maharani menyenggol tangan Kemal karena ia tak kunjung merespon ucapan Dewabrata.
Kemal menatap Maharani bingung.
Maharani memberi tahu bahwa Dewabrata menunggu respon Kemal tentang iklan lowongan pekerjaan.
KEMAL
(menelungkupkan tangannya meminta maaf)
Maaf Pak Dewa, saya terlalu fokus membuat konsep konten terbaru kita. Untuk iklan lowongan pekerjaan, saya sudah membuatnya, tinggal share sebanyak-banyaknya ke media sosial.
DEWABRATA
Bagus, saya suka cara kerjamu Kemal
KEMAL
Tapi Pak Dewa, sebenarnya, dalam divisi kami, kami kekurangan anggota, apalagi untuk menggarap konten terbaru kami ini. Apa boleh kami mengusulkan penambahan anggota lagi? Kami butuh editor video
DEWABRATA
Kemal, kamu paling tahu apa yang diperlukan divisimu daripada saya. Lakukan yang menurutmu itu dibutuhkan.
Setelah tidak ada pertanyaan lagi. Dewabrata mengakhiri rapat hari itu.
Semua staf meninggalkan ruang rapat, kecuali Maharani. Maharani adalah teman satu angkatan Dewabrata ketika kuliah.
MAHARANI
Dewa, kamu yakin meninggalkan perusahaan ini beberapa bulan?
DEWABRATA
Iya Rani.
MAHARANI
Lalu Durga?
DEWABRATA
Aku tidak perlu mengkhawatirkan itu karena ada kamu. Durga hanya ingin merebut para penulis kita dan mengimingi-imingi mereka dengan royalti yang menggiurkan. Tapi tenang saja, chemistry antara para penulis, pembaca, dan penerbitan kita ini sangat kuat. Mereka tak mudah beralih begitu saja.
MAHARANI
Cepatlah kembali (mengulurkan tinju di tangannya)
DEWABRATA
(membalas tinjuan tangan Maharani)
Secepatnya (tersenyum penuh harap)
DISSOLVE TO
SC. 40 INT. BENGKEL ABIYASA - MALAM
CAST : Bismahanta, Abiyasa, Zulfi
Selama di Jakarta, Bismahanta membantu Abiyasa di bengkelnya. Bengkel Abiyasa buka dari pukul 08.00 pagi sampai jam 21.00 malam.
Sebelum Abiyasa menutup bengkelnya, Zulfi datang membawa berita penting.
Mereka bertiga duduk melingkar dengan sebuah HP yang diletakkan di tengah meja.
ZULFI
(menunjukkan poster iklan lowongan pekerjaan di Penerbit Bharata)
Abi, Hanta, mungkin ini jalan yang bisa membantu kalian menjalankan misi balas dendam Amba
Abiyasa dan Bismahanta bergantian membaca poster itu.
BISMAHANTA
Jiwa detektif Kak Zulfi memang tidak diragukan lagi (bertepuk tangan)
ABIYASA
Zulfi, akhirnya, jalan itu terbuka, kami sudah menunggu bertahun-tahun
Zulfi mengambil HP-nya dan menunjukkan persyaratan yang dibutuhkan.
ZULFI
Posisi sebagai senior editor, yang aku tahu, senior editor itu tugasnya menyunting naskah penulis, terus bertemu dengan para penulis
ABIYASA
Bagaimana, Han? Kamu sanggup bekerja di posisi itu?
BISMAHANTA
Kak Abi, aku jauh-jauh datang ke Jakarta demi membalaskan dendam Amba, jadi apapun itu akan kulakukan asalkan dendam Amba terbalaskan! (penuh semangat)
ABIYASA
Terima kasih, Han! (menatap Bismahanta berkaca-kaca)
ZULFI
(menggeser-geser layar HP-nya)
Di sini jurusan yang dibutuhkan, jurusan bahasa atau sastra Indonesia. Dulu, kamu kuliah jurusan apa, Han?
BISMAHANTA
(berdiri sambil menengadah ke langit)
Hmm,,, sepertinya semesta juga berpihak padaku (menoleh ke Abiyasa dan Zulfi) jurusanku Sastra Indonesia, sejak kecil aku ingin jadi penulis dan bekerja di dunia penerbitan buku juga salah satu keinginanku
Bismahanta kembali duduk. Abiyasa dan Zulfi bahagia mendengarnya.
Abiyasa melihat kembali poster iklan lowongan pekerjaan itu. Di sana juga tertera lowongan pekerjaan lainnya yaitu bagian video editing.
Abiyasa menawarkan posisi itu pada Zulfi.
ABIYASA
Zulfi, ini ada satu lagi lowongan pekerjaan dari Penerbit Bharata, posisi video editing. Sepertinya cocok untuk kamu.
BISMAHANTA
Ide bagus itu Kak, Kak Zulfi bisa sekalian jagain aku di sana (tertawa meledek)
ZULFI
Buat apa jagain pendekar? (meledek balik)
Bismahanta spontan memukul lengan Zulfi. Tawa mereka pun pecah. Untuk sejenak mereka melupakan rasa sakit yang terpendam sejak lama.
DISSOLVE TO
SC. 41 INT. KANTOR PENERBIT BHARATA; RUANGAN MAHARANI - PAGI
CAST : Bismahanta, Maharani
Bismahanta melakukan wawancara dengan Maharani selaku orang dipercaya menggantikan tugas Dewabrata selama ia tidak ada di perusahaan.
Bismahanta sempat kecewa karena bukan Dewabrata langsung yang mewawancarainya.
Maharani memberikan beberapa pertanyaan kepada Bismahanta setelah ia melihat curriculume vitae miliknya.
MAHARANI
Perkenalkan saya, Maharani, saya wakil dari Bapak Dewabrata dan menggantikan tugas beliau selama berada di luar kota.
BISMAHANTA
Saya Bismhanta. Salam kenal (menjabat tangan Maharani)
MAHARANI
(duduk santai menyandar di kursinya sambil membolak-balik CV Bismahanta)
Setelah Anda memperkenalkan diri, saya ingin tahu alasan Anda ingin bergabung dengan penerbitan kami
BISMAHANTA
Balas dendam (jawabnya lirih sekali hingga Maharani tak mendengarnya)
MAHARANI
Maaf saya kurang jelas mendengar jawaban Anda (mengganti posisi duduknya lalu mendekatkan telinganya ke Bismahanta)
BISMAHANTA
(menegakkan posisi duduknya)
Alasannya adalah karena saya dibutuhkan oleh Penerbit Bharata (tersenyum penuh misteri)
MAHARANI
Penerbitan kami lebih banyak menerbitkan buku tentang perempuan, apakah Anda tertarik dengan itu?
BISMAHANTA
Tentu, membaca tentang perempuan tidak sama seperti membaca topik lain, perempuan itu istimewa beserta semua hal yang berkaitan dengannya
MAHARANI
(sempat terkagum mendengar jawaban Bismahanta)
Tapi penampilan Anda sepertinya berkata sebaliknya
BISMAHANTA
Seseorang punya zona nyaman masing-masing, termasuk dalam berpakaian. (tersenyum tipis)
MAHARANI
Baik, terima kasih atas kehadirannya. Tunggu informasi dari kami selanjutnya. (menjabat tangan Bismahanta)
BISMAHANTA
Terima kasih kembali
Bismahanta meninggalkan ruangan Maharani dengan rasa kecewa karena tidak bisa bertemu dengan Dewabrata.
BISMAHANTA (VO)
(melangkah meninggalkan ruangan Maharani)
Dewabrata, kali ini kamu selamat!
CLOSE UP:EKSPERSI KECEWA BISMAHANTA
CUT TO:
SC. 42 INT. KANTOR PENERBIT BHARATA; RUANGAN KEMAL - PAGI
Kemal memasuki ruangannya ketika Zulfi sudah berada di dalam. Tanpa basa-basi, Kemal langsung menerima Zulfi bekerja di sana.
KEMAL
Kami sudah melihat semua portofolio Anda, jadi selamat Pak Zulfi, Anda kami terima dan selamat bergabung dengan Penerbit Bharata (menjabat tangan Zulfi)
ZULFI
Jadi saya diterima bekerja di sini?
KEMAL
Betul sekali, setelah Anda memasukkan surat lamaran kepada kami, kebetulan Pak Dewa sedang menelepon, jadi kami langsung diskusikan dengan beliau, dan beliau langsung setuju (menjelaskan panjang lebar)
ZULFI
Secepat itu saya diterima?
KEMAL
Iya Pak Zulfi, Pak Dewa sangat senang karena sahabat lamanya akan bergabung dengannya di perusahaan ini. Pak Dewa sudah menceritakan semuanya. (tersenyum tulus)
Zulfi terkejut karena Dewabrata masih mengingat dirinya.
ZULFI
Mohon maaf Bapak, kalau boleh tahu, mengapa bukan Pak Dewabrata yang mewawancarai kami?
KEMAL
Itu karena Pak Dewa sedang berada di luar kota, jadi untuk perekrutan anggota baru langsung diserahkan ke masing-masing divisi.
ZULFI
Oh begitu (merenung sejenak)
KEMAL
Baik kalau begitu terima kasih atas kehadirannya dan besok Bapak sudah bisa bekerja di sini. Senang bertemu dengan Bapak.
ZULFI
(menjabat tangan Kemal)
Terima kasih Pak
FADE OUT
SC. 43 INT. KANTOR PENERBIT BHARATA; RUANGAN REDAKSI - PAGI
CAST : Bismahanta, Maharani, Saraswati
Beberapa bulan sudah berlalu sejak Bismahanta bekerja di Penerbit Bharata. Ia pun mulai akrab dengan teman-teman kantornya.
Bismahanta memasuki ruangan redaksi.
Maharani dan Saraswati sudah berada di depan komputer masing-masing.
Saraswati langsung memanggil Bismahanta untuk membahas beberapa naskah baru.
SARASWATI
(menunjukkan file naskah dari inbox email)
Hanta, cepat ke sini, ada sepuluh naskah baru yang masuk redaksi kita dalam satu minggu ini
BISMAHANTA
Awesome! Ini berarti semakin banyak penulis yang tertarik menerbitkan karyanya di penerbitan kita
SARASWATI
Exactly, aku sudah tidak sabar membaca karya-karya hebat mereka (mengepalkan kedua tangan)
BISMAHANTA
(meletakkan tas di atas meja sambil menyalakan komputer)
Hmm aku juga sudah tidak sabar untuk menghancurkan karya-karya mereka (tersenyum penuh misteri)
Maharani yang sedari tadi sibuk menghadap komputernya ikut angkat bicara mendengar ucapan Bismahanta.
Sejak pertama masuk, Maharani selalu mencurigai Bismahanta, baik perkataan atau perbuatannya.
MAHARANI
Aku mendengarnya, Hanta (fokus mengetik)
BISMAHANTA
(tersadar lalu tertawa nakal)
Emm, maksudku aku tidak sabar untuk mengedit naskahnya, menghancurkan kesalahan-kesalahan penulisannya gitu, iya kan Mbak Saras (melirik Saraswati yang fokus memeriksa file-file di inbox email)
Maharani tetap fokus pada komputernya.
Bismahanta meneguk air mineral yang dibawanya dari rumah.
MAHARANI
Jadi gosip kalau editor kita setiap hari naik sepeda motor dari Kamal Muara Jakarta Utara ke Jakarta Selatan itu bukan sekedar gosip ya?
Maharani melirik Bismahanta yang sedang menghabiskan satu botol air mineralnya.
BISMAHANTA
Bukan gosip tapi fakta Kak Rani (sedikit cemberut)
MAHARANI
Terus kenapa kamu jauh-jauh cari kerja di sini? Nggak cari penerbitan di dekat rumahmu saja (heran)
BISMAHANTA
Alasannya kan sudah aku bilang saat wawancara kerja dulu
MAHARANI
Untuk balas dendam? (mengernyitkan dahi)
BISMAHANTA (VO)
Aduh, ternyata Kak Rani masih ingat
Setelah menghabiskan air mineralnya, ia beranjak ke depan jendela ruangannya.
BISMAHANTA
Aku suka tantangan Kak Rani, kalau aku bekerja di sekitar rumah, kurang seru (menatap gedung-gedung bertingkat yang lebih tinggi dari kantornya)
MAHARANI
Kalau begitu kenapa tidak tingal di apartemen dekat sini saja?
BISMAHANTA
Mahal Kak, mending pulang pergi dari rumah, nggak mikir biaya hidup, makan minum gratis (tertawa puas)
MAHARANI
Hmm dasar (tersenyum sinis)
Saraswati ikut beranjak dari mejanya dan mendekati Bismahanta.
SARASWATI
Aku sudah bekerja di penerbitan ini sejak penerbitan ini baru berdiri dua tahun lalu.
Bismahanta menoleh pada Saraswati yang ada di sampingnya.
Maharani menghentikan pekerjaan mengetiknya dan mendengarkan ucapan Saraswati.
SARASWATI
Banyak sekali jatuh bangun yang dialami penerbitan ini, tapi Pak Dewa selalu bisa membuat para stafnya untuk terus bangkit. Aku pun ingin membuat Pak Dewa bangga.
Bismahanta menepuk pundak Saraswati sambil berlalu.
BISMAHANTA
Penerbitan ini baru berdiri dua tahun. Itu berarti masih muda (membuka pintu ruangan) Dan penerbit muda harus punya suatu karakter yang membedakannya dengan penerbit lain. Paham kan maksudku, Mbak?
SARASWATI
Karakter?
BISMAHANTA
Yup! Dan itu adalah tugas kita sebagai staf redaksi untuk menemukan karakter itu (tersenyum lalu keluar ruangan)
CUT TO
SC. 44 EXT. TAMAN DEPAN KANTOR - PAGI
CAST: Bismahanta, Zulfi
Bismahanta keluar dari ruangan dengan murung. Ia butuh menenangkan pikiran dan hatinya yang bergejolak.
Bismahanta duduk menyendiri di taman depan kantor.
BISMAHANTA
Apa yang sudah aku katakan tadi? Bukankah aku ingin menghancurkan penerbitan Dewabrata ini, tapi kenapa aku malah memberi saran yang membangun kepada staf-stafnya. Bodoh-bodoh! (memukul kepalanya)
Zulfi kebetulan lewat lalu menghampiri Bismahanta.
ZULFI
Hei, Han, sendirian aja, semua baik-baik saja kan?
Bismahanta menggeser posisi duduknya, mempersilakan Zulfi duduk di dekatnya.
BISMAHANTA
Tidak semuanya baik, Zul. Aku bingung harus memulai balas dendam ini dari mana?
ZULFI
Tidak perlu bingung Han, pelan-pelan saja, nanti kamu akan tahu waktu yang tepat untuk membalaskan dendam Amba
BISMAHANTA
Ternyata tidak semudah yang kukira, Zul. Apalagi Dewabrata tidak ada di sini, terpaksa aku harus berbuat baik ke anak buahnya.
ZULFI
Yang harus kamu ingat, Han, kamu balas dendam kepada Dewabrata, bukan pada anak buahnya. Bertemanlah dengan mereka.
Bismahanta menghela napas dalam-dalam.
Setelah mendengar nasihat Zulfi, Bismahanta kembali masuk ke ruangannya.
DISSOLVE TO