Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bisikan Tsabur
Suka
Favorit
Bagikan
7. Darah Dukun Ramal

FADE IN:

29.EXT. HALAMAN RUMAH SASONGKO (SORE)

Cast: IPTU Jazuli, Polisi 2, Sasongko, Agni, Asa

Agni dan Asa menunggu di luar rumah. Di dekat mobil parkir. Selain mobil Asa, ada juga mobil polisi dan SUV Sasongko. 

IPTU Jazuli yang baru selesai memeriksa rumah, ke luar pintu bersama satu polisi lagi. Polisi satu masuk ke mobil, IPTU Jazuli menghampiri Agni dan Asa. 

IPTU JAZULI

Terimakasih sudah mau menunggu di luar. 

Maaf kalian tidak bisa masuk selama pemeriksaan.

AGNI

Terimakasih juga sudah menghubungi saya, Pak. 

Paling tidak saya tahu, polisi menanggapi laporan saya.

ASA

Bagaimana hasil pemeriksaan di rumah itu, Pak?

IPTU JAZULI

Masih dalam pengembangan. Saya belum bisa menyampaikan hasilnya.

AGNI

Bapak saya tidak dibawa ke kantor polisi?

IPTU JAZULI

(Keheranan)

Kamu mencurigai bapakmu?

AGNI

Saya hanya ingin tahu di mana ibu saya.

IPTU JAZULI

Percayakan kepada kami.

ASA

(Merangkul bahu Agni)

Agni sangat mengkhawatirkan ibunya, Pak. 

Maaf terkesan mendesak kepolisian.

IPTU JAZULI

Saya mengerti. 

Saya sudah berpesan kepada bapak kamu untuk tidak ke luar kota. Sewaktu-waktu kami pasti butuh keterangannya. 

AGNI

(Mengangguk-angguk)

Baik, Pak.

IPTU JAZULI

Kamu juga. Sebaiknya kamu tetap di dalam kota. 

AGNI

Tentu, Pak.

IPTU JAZULI

(Menuju mobil polisi)

Bapakmu menunggu. Mungkin kalian berdua perlu bicara.

ASA

(Menoleh ke Agni)

Kita temui bapakmu?

AGNI

(Menatap ke rumah. Melihat Sasongko di pintu)

Tidak usah, Sa. 

Kukira aku lebih perlu bertemu dengan Baha.

ASA

Baha sudah menyanggupi pertemuan malam nanti.

AGNI

Kamu jemput aku ke kost?

ASA

Bagaimana kalau kita bertemu di kafe saja? Aku harus mempersiapkan makalah penelitian kami agar Baha tidak ngomel nanti.

AGNI

Oke.

Keduanya lalu masuk ke mobil.

CLOSE UP: Wajah Sasongko tampak sangat marah.

FADE IN:

INT. KAFE (MALAM)

Cast: Asa, Agni, Baha

Agni dan Baha mengobrol berdua di kafe. Di depan Agni jus buah, di hadapan Baha kopi hitam. Tumpukan kitab di sebelahnya. Ada camilan kentang goreng di antaranya. Pembicaraan serius dan intens tentang filsafat Sedulur Papat Limo Pancer.

BAHA

(Yakin dan mantap)

Ironisnya, falsafah Sedulur Papat Limo Pancer itu sebenarnya sangat spiritual. Mengantar pemahaman terhadap Tuhan. Tidak ada hubungannya dengan setan.

AGNI

Ya, dosenku pernah membahas itu. Menurutmu, bagaimana bisa jadi mantra pesugihan?

BAHA

Dari sisi keagamaan, itulah tipu daya Iblis dan keturunannya. Membengkokkan apa yang lurus, agar anak Adam tersesat.

AGNI

Sedulur Papat Limo Pancer semacam unsur alam untuk menjaga keseimbangan, kan?

BAHA

(Membuka kitab)

Sunan Kalijaga menyebutnya dalam beberapa karya sastra. Selain Kidung Wahyu Kalasebo, beliau juga menyebutnya dalam Kidung Sarira Ayu. Disebut di sini, jangkep kadang ingsung papat. Kalimane pancer wis dadi sawiji. 

AGNI

Aku bisa mengira-ngira artinya. Itu semacam kesempurnaan insan sebagai unsur ke lima, setelah empat unsur lainnya terpenuhi.

BAHA

(Mengangguk)

Kalimat aslinya panjang. Menceritakan kesempurnaan bayi yang lahir ke dunia, ditemani empat saudara. Ketuban, ari-ari, darah, dan pusar. Keempatnya menyatu dengan alam, sedangkan si bayi bertumbuh menjadi manusia. 

Sejatinya keempat saudara tadi masih tetap menemani si bayi selama hidupnya, hingga kelak kembali kepada Tuhan. 

AGNI

(tertegun)

Dalam banget, ya?

BAHA

Orang Jawa memakai prinsip empat saudara dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam menentukan hari pasaran. Pasar legi di barat, pasar Pahing di utara, pasar Pon di timur, Wage di selatan. 

Sedangkan pasar Kliwon di tengah-tengah.

Masing-masing pasaran mewakili elemen alam yang berbeda. 

Pon berelemen udara, Wage elemen tanah, Legi elemen api, dan Pahing elemen air. 

Kliwon berelemen Eter. Elemen misterius.

AGNI

Atau Aether?

BAHA

(mengangguk)

Filsafat Yunani menyebutnya Aether. 

AGNI

Kata dosenku dalam dunia pewayangan pun ada falsafah yang serupa.

BAHA

(Mengambil kitab di depannya. Mencari halaman)

Dalam dunia wayang, sedulur papat atau empat saudara disebut sebagai empat kiblat yakni watman, wahman, rahman, dan ariman. Sedangkan pusatnya adalah Panceratau.

AGNI

Apa maknanya?

BAHA

(Membaca buku)

Watman adalah rasa cemas seorang ibu. Saudara tertua dalam sedulur papat. Karenanya, bakti kepada ibu adalah yang utama. Wahmah atau kawah, perumpamaan dari ketuban, pelindung bayi dalam rahim. Rahman analogi darah, yang menjaga kesehatan anak manusia, Ariman adalah plasenta; jalan mencari rezeki.  

Panceratau, bayi itu sendiri, adalah ruh yang ditiupkan Tuhan. 

AGNI

Sangat filsafat.

BAHA

Filsafat yang menjaga orang Jawa untuk selalu eling lan waspada. Ingat kepada Pencipta. Orang Jawa yakin, hanya dengan mengenal sedulur papat maka manusia bisa mengenal Tuhannya. 

AGNI

Aku orang Jawa. Kok, tidak pernah aku dengar para pendakwah menyampaikan ini?

BAHA

Kukira Sunan Kalijaga menghadapi masyarakat yang berbeda pada zamannya. Dia memilih komunikasi yang paling efektif saat itu. Falsafah Jawa.

AGNI

Lalu falsafah itu diselewengkan? Oleh siapa?

BAHA

Menurut agama tentu saja oleh anak turun Iblis. Meminjam mulut para dukun. Falsafah itu diambil cangkangnya saja. Sedangkan maksud utamanya justru sudah melenceng jauh.

AGNI

Menjadi mantra penumbalan manusia?

BAHA

Sekte pemuja setan memilih sedulur papat sebagai tumbal demi kelahiran sang pancer: manusia dengan kejayaan.

AGNI

Aether. Nama dan lambang elemen itu yang diperkenalkan Leak Rangda dalam mimpiku, bertahun-tahun lalu. Sekarang aku paham hubungannya. Rupanya Aether itu bapakku sendiri. 

BAHA

Bagaimana kamu yakin?

AGNI

Titik temu dari ini semua adalah bapakku. Dukun Ramal itu menyiratkan bahwa bapakku orang di balik semua keanehan ini. Ibuku adalah salah satu sedulur papat itu. Ibu lahir pada pasaran yang memenuhi syarat sebagai tumbal. 

BAHA

Anak Iblis bernama Mashut bertugas menyebarkan berita bohong, fitnah, dan adu domba. Mereka meminjam lisan para dukun ramal.

AGNI

Aku sama sekali tidak percaya dengan ramalan, klenik, bahkan apa yang kamu sebut sebagai doktrin agama, Ha. Tapi, apa yang dikatakan dukun itu relevan sebagai petunjuk keberadaan ibuku. 

BAHA

Itu bertolak belakang dengan pengakuanmu yang merasa dihantui Tsabur?

AGNI

(Agak fustrasi)

Itu kata Dukun Ramal, Ha. Aku sendiri tidak percaya. Mungkin aku sekadar berbakat gila saja. Mimpi tentang Leak Rangda bernama Tsabur dan lambang Aether yang dia kenalkan pun bukti otakku bermasalah. 

Tidak mengherankan mengingat siapa bapakku.

BAHA

Dalam keimananku, Tsabur adalah anak Iblis yang menyeret manusia untuk melawan ketetapan Tuhan. Membuat manusia membenci takdir, berputus asa, bahkan bunuh diri.

 

AGNI

Paling tidak, imanmu itu mungkin bisa membantu kita menemukan ibuku.

BAHA

(Membuka-buka kitab yang berbeda lagi)

Sekte pemuja setan itu memang memilih korbannya dengan pertimbangan unsur alam. Udara, air, tanah, dan api. 

Dalam hitungan jawa, ibumu berunsur api? 

AGNI

(Mengangguk)

Iya.

BAHA

Jika ibumu menjadi korban pertama, pembunuh itu masih akan memburu tiga orang lagi. Mereka yang lahir dengan sifat hari peso atau pathol, yang lahir pada pasaran Pahing, Pon, Wage. 

Apa hari lahir bapak kamu?

AGNI

Jumat Kliwon. 

BAHA

(Membuka kitab primbon)

Hari pasaran seorang pancer. Tapi ....

ASA

(Muncul dengan mengagetkan)

Sebentar lagi kamu bisa buka praktik, Ha. 

Luwes sekali kamu pake primbon.

AGNI

(Agak kesal)

Kamu, kok, terlambat sekali datang, Sa?

ASA

(Meletakkan print out makalah)

Maaf ya, Sayang. Daripada diomeli Baha karena belum mencicil makalah. Aku ngeprint dulu sebelum kemari. 

BAHA

(Menggeser kursi)

Kami sudah banyak berbincang tadi.

ASA

Iya. Aku menyimak ujungnya. Lama-lama kamu makin mirip dukun, Ha.

BAHA

Bukan begitu, Sa. Aku berusaha memahami cara berpikir orang di belakang peristiwa ini.

ASA

Peristiwa apa? Apa yang kalian diskusikan ini datanya berasal dari Dukun Ramal Alun-alun Kota, lho Ha. 

Belum ada fakta. Kita masih berharap Ibu Agni baik-baik saja.

AGNI

Terus maksud kamu mengenalkan aku dengan Baha apa?

ASA

(Merasa salah bicara)

Ya untuk memperbanyak perspektif saja.

AGNI

Kalau begitu boleh, dong, Baha menyampaikan teorinya.

ASA

(Angkat tangan)

Oke oke.

AGNI

(Makin marah)

Kurasa memang kamu tidak menganggap masalah ini serius, Sa.

ASA

Nggak begitu, Sayang.

AGNI

Ini ibu aku yang hilang tanpa kabar, Sa. Aku tahu banget bagaimana bapakku. Kamu dengar sendiri cerita Dukun Ramal itu tentang keluargaku. Kamu mau bukti apa lagi?

ASA

Sabar, Sayang. Sabar. Bukan begitu maksudku.

AGNI

(Bangun dari duduk, mengambil ranselnya)

Kalau kamu tidak mau bantu juga tidak apa-apa. Aku bisa berusaha sendiri.

ASA

Kamu mau ke mana?

AGNI

Aku yakin ada tiga orang lain yang nyawanya terancam sekarang. Maniak yang sedang berusaha memenuhi formasi sedulur papat itu akan membunuh lagi. 

ASA

Terus kamu mau apa? Itu masih spekulasi, Ni.

AGNI

Aku yakin bapakku pelakunya. Aku tahu ke mana harus bertanya kemungkinan siapa korban berikutnya.

ASA

Kamu mau menemui bapakmu?

AGNI

(Menggeleng)

Aku mau bertanya ke Dukun Ramal itu. Dia mengenal bapakku, dia meramal nasib buruk ibuku. Aku yakin dia tahu siapa korban berikutnya. 

ASA

Agni. Sabarlah dulu. Kita bicara dulu. Nanti aku antar kamu.

AGNI

Aku bisa naik taksi.

Agni berjalan cepat meninggalkan Asa dan Baha. Asa dan Baha saling pandang. Kebingungan.

ASA

Beruntung kamu tidak harus memahami perempuan, Ha.

BAHA

(Membereskan kitab-kitabnya)

Kamu pikir memahami kamu lebih mudah? 

Mengapa kamu menggemari warna kuning pun aku tak tahu.

ASA

(Tertawa)

Bagaimana wawancaramu dengan ABG pembunuh itu? 

Dapat kesimpulan?

BAHA

(Mengangguk)

Kurasa insting kamu benar. Dia psikopat natural.

ASA

Kamu bikin semacam tes?

BAHA

Iya. Pertanyaan yang pernah dipakai riset terhadap puluhan psikopat penghuni penjara di Amerika. Jawaban mereka seragam. Di luar nalar orang-orang kebanyakan.

ASA

Dan jawaban anak itu?

BAHA

Sama persis dengan jawaban objek penelitian dalam proyek itu.

ASA

(Angkat alis)

Wow.

FADE IN:

30. EXT. INT MOBIL GRAB (MALAM)

Cast: Agni, Sopir Taksi

Agni merasa frustrasi dan berairmata di dalam mobil. Sopir taksi yang kepo melirik spion tengah sesekali.

SOPIR TAKSI

Kenapa, Mbak?

AGNI

(Mengusap air mata)

Tidak apa-apa, Pak.

SOPIR TAKSI

Marahan dengan pacar?

AGNI

(Tertawa dibuat-buat)

Tidak, Pak. Biasa saja.

SOPIR TAKSI

Ke Pasar Malam sendirian?

AGNI

Saya mau menemui orang di sana.

SOPIR TAKSI

Hati-hati, Mbak. Sekarang banyak orang jahat. 

AGNI

(Agak sebal)

Iya, Pak. Terimakasih.

CUT TO:

31. INT. KAFE (MALAM)

Cast: Asa, Baha

Asa dan Baha masih berbincang di kafe. Baha sudah mengemasi buku-bukunya.

BAHA

Bagusnya kamu susul Agni, Sa. 

Anak orang itu. Malam-malam kamu biarkan sendirian.

ASA

(Meneguk minum sisa Agni)

Aku makin khawatir sebenarnya, Ha. Masalahnya makin rumit.

BAHA

Soal laporan Agni ke polisi?

ASA

Agni cerita?

BAHA

(Mengangguk)

Dia cerita semua.

ASA

Gila, kan? Anak melaporkan bapaknya sendiri. Tuduhan serius lagi.

BAHA

Agni masih lapor soal ibunya hilang, kan? 

Bukan dugaan pembunuhan?

ASA

Itu juga karena aku melarangnya. Pembunuhan bagaimana? Jejak tidak ada, jasad tidak ada, motif tidak ada, senjata pembunuh apalagi.

BAHA

Aku memang membaca ada sesuatu dalam diri Agni.

ASA

Iya, kan? 

Kamu sekali ketemu aja ngerasa. Apalagi aku. 

Kami udah kayak mi instan sama anak kost.

BAHA

Tidak ada perumpamaan lebih bagus?

ASA

Maksudku identik gitu. Terlalu sering ketemu.

BAHA

(Masa bodoh)

Aku rasa Agni menyimpan rahasia.

ASA

Keluarganya memang aneh, Ha. Kasihan Agni sebenarnya.

BAHA

Kalian kenal di mana, sih?

ASA

Teman SMA.

BAHA

Dan kamu baru mengenalkan dia sekarang?

ASA

Kamu nggak pernah nanya.

BAHA

Maksud kamu aku harus nanya kamu udah punya pacar belum dan itu tidak akan terdengar aneh?

ASA

(Tertawa)

Waktu SMA, kami teman doang. Aku nembak berkali-kali tapi dia tolak. Setelah kuliah baru dia mau kita pacaran.

BAHA

Yang membuat dia mau apa?

ASA

(Mengendik)

Mungkin karena aku bisa menerima kegilaan keluarganya.

BAHA

(Geleng-geleng)

Kalian memang jodoh. 

ASA

(Tertawa)

Sama-sama gila, ya? Sekarang perasaanku lebih kuat ingin melindungi dibanding cinta, Ha. Kasihan Agni kalau sendiri menghadapi keluarganya.

BAHA

Katanya kasihan, tapi kamu biarkan Agni pergi ke Dukun Ramal.

ASA

Kamu lihat sendiri dia nggak bisa dilarang.

BAHA

Kamu bisa cari cara lain, kan? Kamu tahu Agni rentan dengan hal-hal parapsikologi. 

ASA

(Menunjuk Baha)

Tumben kita sepakat, Ha?

Orang yang merasa bisa melihat setan, mampu memperkirakan masa depan, sebenarnya sedang mengalami kondisi parapsikologi. Itu sekadar fungsi normal otak yang ditingkatkan.  

BAHA

Mengenai Dukun Ramal itu, dalam wacana agama, segala pengetahuannya adalah hasil bisikan Masuth, anak iblis yang gemar menyebar berita bohong.

ASA

Dalam ilmu kedokteran, kemampuan memprediksi kejadian yang akan datang itu muncul karena fungsi lobus frontalis meningkat. Daya analisis, mengolah, memaknai data menjadi lebih cepat dan akurat. 

BAHA

Oh, sekarang kamu jadi ahli kedokteran?

ASA

Anggap saja aku lebih banyak baca buku ilmiah dibanding kamu.

BAHA

Ilmu ilmiah itu ada sebagai jalan untuk mengukuhkan ajaran agama, kurasa. Bukan justru menafikkannya.

ASA

Contoh, riset menemukan fakta cacing pita yang memblokir simpul syaraf dan merebut persedian vitamin B12 bisa menghilangkan sensasi rasa sakit. Kalau kamu mengalami ini, kaki patah pun kamu tidak akan merasa apa-apa. 

Tapi, kalau pakai sudut pandang spiritual, bisa-bisa kamu menyebutnya karomah.

BAHA

Kamu berpendapat begitu, karena buku ilmiah yang kamu baca kurang referensi, Sa. 

Penjelasan tentang karomah tidak sesederhana yang kamu dapatkan dari medsos.

ASA

Ya, tapi kurang lebih begitu, kan?

BAHA

(Mengalihkan pembicaaan)

Beda. Tidak akan cukup waktu aku menerangkan. Lain waktu mungkin aku jelaskan. Sekarang, lebih baik kamu susul Agni. Sudah larut. 

ASA

(Menandaskan kentang goreng di piring)

Oke oke. Kamu bayar bill ya. 

FADE IN:

32. EXT. PINGGIR JALAN, PASAR MALAM (MALAM)

Cast: Agni, Sopir Taksi

Agni sudah sampai di Alun-alun Kota. Dia keluar taksi lalu membayar ongkos dari jendela depan.

AGNI

Terimakasih, Pak. Kembaliannya untuk Bapak saja.

SOPIR TAKSI

Nganu. Ini masih kurang, Mbak.

AGNI

(Sebal, membuka tas, mengambil uang dia sodorkan ke sopir)

Ini, Pak.

SOPIR TAKSI

(Injak gas, pergi dari situ)

Matur nuwun, Mbak.

AGNI

(Tampak stres dan bingung)

Harus kuat harus kuat.

CUT TO:

33. INT. TENDA TUKANG RAMAL, PASAR MALAM (MALAM)

Cast: Agni, Dukun Ramal

Agni menyingkap pintu tenda. Melihat sekeliling dan heran. Isi tenda berantakan.

AGNI

(Melangkah berhati-hati)

Kulonuwun, Mbah. Saya tahu praktik Mbah sudah selesai. Lampu depan sudah mati. Pintu tenda sudah ditutup. Tapi, ini mendesak, Mbah.

Agni duduk di kursi pengunjung. Menunggu. Tapi, ketika celingukan dia melihat sesosok tertelungkup di belakang meja.

AGNI

(Menghampiri sosok itu)

Mbah! Kenapa, Mbah?

Agni mencoba mengangkat wajah Dukun Ramal dan kaget karena melihat matanya membelalak. Agni meletakkan kepala Dukun Ramal dan mengangkat tangan. Darah di telapak tangannya.

AGNI

(Gemetaran)

Darah. 

Agni ketakutan dan hendak bangun. Ketika dia sudah berdiri. Agni melihat buku di dekat kepala Dukun Peramal. Agni mengambilnya. 

BIG CLOSE UP: Halaman buku, ditulisi dengan latin sambung khas orang lama. Berisi daftar nama. Empat di antaranya digaris dengan darah. Lalu ada lambang Aether dari tetesan darah.

AGNI

(Kaget)

Ibu. Nama Ibuku ada si sini. 

Ketakutan, Agni lalu bangun. Ragu hendak bagaimana, tapi akhirnya dia memilih meninggalkan tenda itu.

CUT TO:

34. EXT. PASAR MALAM (MALAM)

Cast: Agni, Asa

Agni ke luar dari tenda dengan gemetaran, takut, menangis, bingung. Suasana sudah mulai sepi karena Pasar Malam sudah berangsur tutup. 

ASA

(Muncul tiba-tiba)

Agni!

AGNI

(Kaget bukan main)

Astaga! Asa. 

ASA

(Memeluk Agni yang ketakutan)

Kamu kenapa, Sayang? Ini darah? Kamu nggak apa-apa?

AGNI

Kita pergi dari sini, Sa. Please. Nanti aku cerita.

ASA

(Agak panik)

Oke oke ayo.

Agni dan Asa meninggalkan tempat itu.

CUT TO:

35. EXT. INT. DI DALAM MOBIL ASA (MALAM)

Cast: Agni, Asa

Agni tampak syok berat. Duduk memeluk tas ranselnya. Beberapa lama tidak berkata apa-apa.

AGNI

(Gemetar)

Dukun Ramal itu sudah mati, Sa.

ASA

(Menoleh)

Ha? Maksudmu apa, Sayang?

AGNI

(Menurunkan tas, mengambil buku dari dalamnya)

Ada yang membunuhnya.

ASA

Kita harus ke polisi, Agni. Kita harus laporkan ini.

AGNI

(Mengeras)

Kamu mau aku dipenjara!

ASA

Tapi...tapi bukan kamu yang...

AGNI

Bukanlah. 

Tapi aku yang menemukan mayatnya. Lihat ini! Badanku penuh darah dia. Kamu pikir polisi akan berpikir apa?

ASA

Terus rencanamu gimana?

AGNI

(Mengacungkan buku di tangannya)

Dukun Ramal itu menandai empat nama dalam buku kliennya ini. Salah satunya nama ibuku. Aku yakin, dia mau memberitahu siapa korban berikutnya. Siapa yang diincar psikopat jahanam ini.

ASA

Gimana kamu bisa yakin?

AGNI

Dukun Ramal itu menandai empat nama dengan darahnya sebelum mati, Sa. Dia juga menggambar lambang Aether. Ini jelas sebuah petunjuk.

ASA

Siapa Aether?

AGNI

Pancer. Dia yang menghendaki kematian sedulur papat. Para korban yang mewakili empat unsur alam. 

ASA

Maksudmu, Aether ini yang membunuh ibumu lalu sekarang mengincar tiga orang lainnya.

AGNI

Ya. Dan aku yakin dia bapakku. 

ASA

Dukun Ramal itu gimana? Kenapa dia dibunuh?

AGNI

(emosional, hampir menangis)

Mungkin untuk menutupi siapa Aather sebenarnya. Kamu ingat gimana Bapak bilang akan membungkam Dukun Ramal itu? Bapakku semakin gila.

ASA

Lalu bagaimana sekarang?

AGNI

Kita harus menemukan tiga orang itu. Kita harus mencegah Bapak membunuh mereka.

ASA

Kamu yakin? Itu pekerjaan polisi, Ni.

AGNI

(Menggeleng)

Polisi nggak akan percaya, Sa.

Asa dan Agni berpandangan sesaat. Asa lalu kembali menatap jalanan. Ekspresinya mengesankan kebingungan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar