Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
FADE IN:
13. INT. RUANG KULIAH (SORE)
Cast: Agni, Pak Dosen, Teman-Teman satu mata kuliah.
Agni menyimak kuliah dengan sangat tekun. Pak Dosen menyampaikan materinya falsafah Sedulur papat limo pancer.
PAK DOSEN
(Memandang seluruh kelas)
Kidung Wahyu Kolosebo karya Sunan Kalijaga punya kesesuaian mengagumkan dengan filsafat elemen klasik Yunani, India, Tibet, Babilonia, Jepang.
Kesesuaian itu perihal empat unsur pembentuk alam: api, udara, tanah, air dan elemen kelima yang misterius.
CLOSE UP: Wajah Pak Dosen
PAK DOSEN
Di dunia pewayangan, empat elemen itu disebut watman, wahman, rahman, dan ariman. Sedangkan elemen ke lima disebut Panceratau.
CLOSE UP: Wajah serius Agni
(V.O.) PAK DOSEN
Dalam filsafat Jawa, Eter adalah nama elemen kelima bagi empat elemen lainnya. Kliwon bagi empat hari pasaran. Pancer bagi sedulur papat. Void pada filsafat klasik Jepang atau Akasha di India.
Sedangkan dalam filsafat Yunani, Babilonia, dan Tibet, elemen ke lima ini disebut; Aether.
PAK DOSEN
(Menggambar lambang Aether di white board)
Aether tidak menyerupai empat elemen lain.
Elemen ini tidak dingin, tidak panas, tidak basah, tidak kering.
Bergerak melingkar di ruang semesta. dilambangkan dengan gambar ini.
BIG CLOSE UP: Gambar lambang Aether.
CLOSE UP: Wajah Agni.
AGNI
(Kaget. Gemetaran. Berbisik)
Lambang itu.
CUT TO: Pojok ruangan, sosok Leak Rangda menunjukkan lambang aether pada bola yang dia pegang. Senyumnya mengerikan. Dia melambai kepada Agni.
CUT BACK TO: Agni histeris
AGNI
(Berteriak keras lalu pingsan)
Aaaaa...
FADE IN:
14. INT. PABRIK ES BALOK SASONGKO (SORE)
Cast: Sasongko, Pegawai pabrik 1, Pegawai 2, Pegawai 3, Tsabur.
Di pabriknya, Sasongko berjalan gelisah. Dia hendak pulang. Sesekali menoleh ke belakang. Beberapa pegawainya menyapa lalu saling berbisik keheranan.
PEGAWAI 1
(Menyapa hormat sambil memperbaiki mesin penyedot air bahan baku es balok)
Selamat sore, Pak.
SASONGKO
(Mengangguk sambil terus berjalan)
PEGAWAI 2
(Sambil mengatur es balok dengan kaitan besi)
Pulang, Pak?
SASONGKO
Iya
PEGAWAI 3
(Sambil mengecek cetakan es balok)
Hati-hati, Pak.
SASONGKO
(Sedikit ketus)
Iya iya.
Suasana makin remang. Melewati kelokan pabrik, sepi. Sasongko mendengar bisikan-bisikan.
V.O. TSABUR
Sasongko penuhi janjimu, Sasongko.
SASONGKO
(Makin cepat berjalan. Napasnya memburu)
Jangan ganggu aku.
V.O. TSABUR
Waktunya sudah tiba. Janji harus dilunasi.
SASONGKO
Janjiku sudah lunas. Aku sudah tidak berutang kepadamu.
V.O. TSABUR
(Tertawa terkekeh, mengejek)
Ada hukuman bagi yang ingkar janji.
SASONGKO
Jangan ganggu keluargaku.
V.O. TSABUR
Kamu melemah, Sasongko
SASONGKO
(Berteriak)
Pergi kamu! Jangan ganggu aku!
INSERT: Para pegawai saling berpandangan mendengar teriakan Sasongko.
SASONGKO
(Melihat ke langit-langit pabrik)
Aku sudah menuruti maumu. Sekarang ganggu aku lagi.
V.O. TSABUR
Hutangmu belum lunas, Sasongko. Sekarang aku minta lebih. Sedulur papat, kalimo pancer.
SASONGKO
Apa maksudmu?
V.O. TSABUR
(Tertawa seram)
Aku akan menjadikanmu pancer, asal kamu tumbalkan empat jiwa kepadaku.
SASONGKO
Aku tidak mau. Pergi. Cari orang lain.
V,O. TSABUR
(Makin terkekeh, menggema, tawanya menjauh)
Sasongko berdiri gemetaran. Wajahnya pucat, keringatan bingung, ketakutan.
FADE IN:
15. INT. RUMAH SASONGKO (MALAM)
Cast: Sasongko, Murti, Leak Rangda, Mbok Usrek
Sasongko sampai di rumah. Dia meletakkan tas kerja di meja. Dia lalu duduk di kursi, memijit-mijit kepalanya sendiri. Beberapa lama kemudian, Murti datang membawa secangkir kopi.
MURTI
(Meletakkan cangkir di atas meja)
Kopi, Pak. Mumpung panas.
SASONGKO
(Menyeruput kopi)
Anakmu masih marah?
MURTI
(Duduk di sebelah Sasongko)
Seperti tidak kenal Agni saja, Pak.
Nanti juga baik sendiri.
SASONGKO
Dia pergi tidak pamit.
MURTI
Sudah aku katakan. Waktu itu, Agni mau pamit, tapi kamu masih tidur.
SASONGKO
(Meletakkan cangkir di meja)
Itu bisa-bisa kamu saja menghiburku, Bu.
Agni sangat membenci bapaknya.
MURTI
Tidak benar begitu, Pak. Agni sayang bapak dan ibunya.
SASONGKO
Aku harus bicara dengan Asa.
MURTI
Soal apa?
SASONGKO
Agni. Aku mau menitipkan Agni kepada Asa.
MURTI
Maksud Bapak apa, to?
SASONGKO
Agni dalam bahaya, Bu.
MURTI
Bikin takut saja.
Ada sebenarnya, Pak?
SASONGKO
Kamu tidak perlu tahu.
MURTI
Kok, begitu? Ini, kan, tentang Agni, Pak. Aku harus tahu.
SASONGKO
Kamu tidak akan mengerti.
MURTI
Bagaimana aku mau mengerti kalau kamu tidak mengatakannya?
SASONGKO
(Geleng-geleng)
Kamu tidak usah tahu. Biar ini jadi tanggung jawabku saja.
MURTI
Kita sudah lama berumahtangga, Pak. Masa iya masih ada rahasia?
SASONGKO
(Nada suaranya meninggi)
Sudah! Kamu diam saja. Tidak usah ikut campur.
MURTI
Kamu sudah melakukan apa sebenarnya?
SASONGKO
Maksudmu?
MURTI
Bertahun-tahun lalu, ada yang mengatakan bahwa kamu sudah kebablasan. Sebenarnya apa yang sudah kamu lakukan? Apa ini semua berhubungan?
SASONGKO
Bicara apa kamu, Bu?
MURTI
Dukun Ramal itu yang mengatakan kepadaku. Dukun itu juga mengatakan Tsabur memburuku. Ini sebenarnya ada apa, Pak?
SASONGKO
(Membelalak)
Dukun itu bilang begitu? Kapan?
MURTI
(Agak tak peduli)
Sudah lama. Waktu Agni masih kecil.
SASONGKO
Kamu mendatangi dukun itu?
MURTI
Aku penasaran karena kata orang-orang, setelah Agni lahir, kamu masih mendatanginya. Aku ingin tahu alasannya.
SASONGKO
(Membentak)
Kenapa kamu tidak pernah bicara soal ini?
MURTI
Untuk apa? Kamu juga tidak akan pernah berterus terang.
SASONGKO
(Berteriak)
Kamu tidak tahu, urusan ini sangat berbahaya.
MURTI
Atau sebenarnya hanya ada di pikiranmu saja?
SASONGKO
Maksudmu, aku sudah gila?
MURTI
Sejak pertama kita datangi Dukun itu, aku sudah tidak percaya. Hanya karena takut kamu marah makanya aku menurut saja.
Toh, aku hamil Agni setahun setelah upacara mandi kembang. Aku kira memang tidak ada hubungannya antara dukun itu dengan kehamilanku.
SASONGKO
Kamu tidak tahu urusan ini sangat gawat.
MURTI
Menurutku, kamu harus ke ke psikiater, Pak. Periksa.
SASONGKO
Kamu yang harus ke psikiater!
MURTI
Kok, aku?
SASONGKO
Apa perilakumu mendatangi dukun hanya karena omongan orang-orang itu tampak waras?
MURTI
Alasanku datang ke dukun itu cukup kuat.
SASONGKO
Iya. Karena jiwa kamu bermasalah.
MURTI
(berdiri, marah)
Percuma bicara denganmu, Pak.
SASONGKO
(Melirik)
Sudah. Ke kamar sana.
Ditinggal Murti, Sasongko menyenderkan kepalanya ke dinding. Memejamkan mata. Dia lalu mendengar bisikan-bisikan yang tidak jelas bunyinya apa. Sasongko membuka matanya sedikit, melihat bayangan Leak Rangda duduk di depannya. Ketika dia membuka mata sepenuhnya, Leak Rangda itu menghilang.
Napas Sasongko terengah-engah. Mengelus dada. Menoleh ke samping. Kaget bukan kepalang, di dekat telinganya wajah perempuan setengah tua: Mbok Usrek membisik kepadanya.
MBOK USREK
Pulangkan saya, Pak. Pulangkan saya.
SASONGKO
(Terhenyak)
Mbok... Mbok Usrek.
MBOK USREK
(Duduk di kursi, memandang kosong)
Pulangkan saya.
SASONGKO
(Bangkit dari duduk, hendak berlari)
Pergi. Jangan ganggu, jangan ganggu saya!
LEAK RANGDA
(Muncul tiba-tiba)
Kamu harus membayar perbuatanmu, Sasongko.
SASONGKO
(Berlari meninggalkan ruangan)
Pergi! Pergi!
FADE IN:
16. INT. KAMAR KOST BAHA (MALAM)
Cast: Asa, Baha
Asa baru saja masuk ke kamar kos Baha. Celingukan melihat seisi kamar yang berantakan. Buku bertebaran. Sarung, baju kotor, berserakan, kasur busa, sprei tersingkap.
Baha menekuni laptop. Di sebelahnya asbak dengan belasan putung rokok. Cangkir kopi yang disemuti.
ASA
(Menutup pintu, berdecak-decak)
Siapa yang mendekorasi kamarmu, Ha? Angin tornado?
BAHA
(Menyengal, tepekur ke layar laptop)
Berisik kamu. Satire melulu.
ASA
(Tertawa, duduk di sebelah Baha)
Sudah kelar laporan penelitiannya?
Aku nitip nama doang, kan?
BAHA
Enak saja. Kamu harus menulis juga. Aku masih akan mewawancara anak itu sekali lagi. Ada yang ingin kugali.
ASA
Soal apa?
BAHA
Aku penasaran dengan pendapatmu bahwa dia berpura-pura menderita skizofrenia.
ASA
Kamu mau mengetes dia?
BAHA
(mengangguk)
Kurang lebih begitu. Kalau kecenderungannya memang skizofren, mestinya dia tidak di penjara, kan?
ASA
(Diam sebentar)
Aku yakin dia bukan penderita skizofren, Ha.
Dia psikopat akut.
BAHA
Maksudmu dia mau memanfaatkan kita?
ASA
Dia berusaha mencari orang yang mempercayainya.
BAHA
Bagaimana kamu bisa membedakan seseorang skizofren atau psikopat?
ASA
Kamu harus ketemu keluaga Agni untuk tahu.
BAHA
Agni? Pacar kamu?
ASA
Kekasih. Bukan pacar.
BAHA
Beda, ya?
ASA
Jelas beda.
BAHA
Kenapa keluarga kekasihmu?
ASA
(Membuat tanda petik di udara pada kata normal)
Aku curiga, paling tidak bapaknya penderita skizofren. Hanya dia masih bisa hidup normal.
BAHA
Paling tidak?
ASA
Ibunya juga misterius.
BAHA
Darimana kamu tahu?
ASA
Cerita Agni. Dia.
BAHA
Apa?
ASA
(Agak ragu)
Agni percaya bapaknya sudah membunuh beberapa orang.
BAHA
Ha? Kamu tidak bercanda?
ASA
(mengangguk)
Agni melihat sendiri. Cuma di masih sangat kecil waktu itu. Baru lima tahun.
BAHA
Umur lima tahun melihat pembunuhan.
ASA
Itulah. Sekarang Agni terobsesi untuk membawa ibunya ke luar dari rumahnya. Dia yakin, ibunya akan jadi korban.
BAHA
(Menghadapkan duduknya ke Asa)
Itu masalah serius, Sa.
ASA
Bapaknya percaya klenik, Ha. Dia yakin ada setan bernama Tsabur yang menghantui kehidupan mereka.
Skizofren banget, kan?
BAHA
Tsabur?
ASA
Iya.
BAHA
Tsabur adalah salah satu anak Iblis yang menggoda manusia saat berputus asa.
ASA
Serius?
BAHA
(Mengangguk)
Serius. Tsabur membisiki manusia-manusia putus asa. Mereka dibujuk untuk membenci takdir. Bisa sampai bunuh diri.
ASA
Orang seperti bapaknya Agni yang percaya hidupnya betul-betul bersinggungan dengan setan sebagai materi, makhluk, itu ciri khas skizofrenia.
BAHA
Jangan lupa aku belajar di kelas yang sama dengan kamu, Sa. Aku tahu teori itu. Orang dengan skizofrenia tidak bisa membedakan realitas dan imajinasi mereka.
ASA
Aku pikir kamu tidur tiap kuliah.
BAHA
Kenyatannya, selama ribuan tahun ada kelompok orang yang benar-benar melakukan persembahan kepada setan dan merasa berinteraksi dengannya.
Di Jawa, jauh sebelum masa Singasari, ada kelompok yang disebut sebagai pemakan manusia. Mereka melakukan ritus memuja setan untuk memperoleh kejayaan.
ASA
Berinteraksi? Maksudmu bersinggungan langsung?
BAHA
Berbicara, menyembah, membuat pengorbanan. Kelompok yang terkenal bernama Bhairawa. Calon Arang adalah tokoh Bhairawa paling masyur. Di Bali, sosok Calon Arang sangat berkaitan dengan mitos Leak Rangda; ratu leak pemimpin para penyihir yang gemar menculik anak-anak.
ASA
Leak Rangda? Yang digambarkaan berwajah melotot dengan lidah menjulur itu?
BAHA
(Mengagguk)
ASA
Bhairawa memuja setan?
BAHA
Ada yang bilang mereka memuja Dewi Durga. Tapi perilaku mereka sudah sama dengan perilaku setan. Mereka minum arak, memakan mayat, dan bersetubuh seperti binatang pada puncak peribadatan.
ASA
(Menelan ludah)
Ngeri kali.
BAHA
Sampai hari ini, aliran-aliran sempalan Bhairawa masih ada.
Ilmu psikologi tidak selalu bisa menjawab dalam hal-hal semacam ini, Sa.
ASA
Kukira, kalau pun pengikut aliran semacam itu awalnya punya otak normal, lama-lama dia gila juga.
BAHA
Kamu harus berhati-hati dengan keluarga kekasihmu itu, Sa.
Kamu tahu, skizofrenia itu diturunkan.
ASA
(Mengangguk-angguk)
Aku tahu maksudmu. Kukira Agni memang membuatku sedikit khawatir.
BAHA
Maksudmu?
ASA
Kemarin, dia pingsan di kelas karena berhalusinasi.
BAHA
Halusinasi?
ASA
(Mengangguk)
Dia merasa melihat Leak Rangda di dalam ruangan.
BAHA
Leak Rangda? Dia sudah lama mengalami itu, Sa?
ASA
Dia sedikit paranoid. Ke mana-mana membawa senjata tajam karena merasa dalam bahaya.
BAHA
Bahaya apa?
ASA
Dia pernah bermimpi dikejar-kejar Leak Rangda benama Tsabur pada usia lima tahun itu. Mimpi yang tidak pernah bisa dia lupakan.
BAHA
Dia betul-betul tahu nama Tsabur padahal belum pernah ada orang yang memberitahu nama itu?
ASA
(Mengangguk)
Kukira begitu.
BAHA
Kamu benar-benar harus berhati-hati, Sa.
ASA
Aku tahu. Tapi aku sayang banget sama kekasihku, Ha.
BAHA
(Memutar mata)
Drama.
FADE OUT:
17. INT. RUANG TV RUMAH SASONGKO (MALAM)
Cast: Murti
Murti menonton TV sendirian. Dia lalu mendengar suara pintu diketuk. Murti celingukan. Dia mengecilkan suara TV. Tidak ada suara apa-apa. Dia membesarkan volume lagi. Suara ketukan semakin keras. Lebih mirip gedoran. Murti bangun dari tempat duduk. Penasaran.
SOUND EFFECT: Siaran TV
SOUND EFFECT: ketukan di pintu.
CUT TO:
18. INT. LORONG RUMAH SASONGKO (MALAM)
Cast: Murti
Murti mengikuti bunyi ketukan pintu yang datang dan hilang. Sampai dia yakin ketukan itu berasal dari pintu kamar keramat Sasongko. Murti mendekatinya. Dia menempelkan telinganya ke daun pintu. Senyap. Ketika dia menarik badannya ke belakang, ketukan itu mengeras. Awalnya Murti kaget, menyender ke dinding lorong. Tapi dia beranikan diri hendak membuka pintu itu. Terkunci.
Murti antara takut dan penasaran lalu meninggalkan lorong.
CUT TO:
KAMAR TIDUR SASONGKO (MALAM)
Cast: Murti
Murti membuka laci meja di kamar Sasongko. Ada macam-macam kumpulan kunci. Murti mengambil salah satu kelompok kunci.
CLOSE UP: kelompok kunci yang diambil Murti dari laci.
CUT TO:
LORONG RUMAH SASONGKO (MALAM)
Cast: Murti
Murti mondar-mandir di lorong rumah. Tampak ragu. Di tangannya tergenggam kunci. Setelah beberapa lama seperti itu, dia akhirnya menghampiri pintu kamar terlarang Sasongko. Memasukkan anak kunci. Tidak cocok. Ragu lagi. Mencoba kunci-kunci lain. Akhirnya dia putar, lalu pintu dia dorong, masuk ke kamar kemudian.
CUT TO:
19. INT. KAMAR SESAJI SASONGKO (MALAM)
Cast: Murti, Mbok Usrek, Leak Rangda
Murti masuk ke kamar tarlarang Sasongko. Menutup mulut, tak menyangka. Dia melihat sekeliling. Lukisan menyeramkan tentang pengorbanan manusia zaman kuno di dinding kamar. Patung Leak Rangda, tengkorak manusia, tampah-tampah berisi bunga, kemenyan yang mengepul asap, dan altar di tengah ruangan.
MURTI
(Lirih)
Ada orang?
MURTI
(Melihat sekeliling)
Ya, ampun. Ini tempat apa?
CLOSE UP: Tengkuk Murti seperti dibelai seseorang.
MURTI
(berbalik kanan)
Siapa?
Murti hendak ke luar kamar ketika dia mendengar suara yang dia kenal.
MBOK USREK
(Adu hidung dengan Murti)
Lari, Bu. Lari.
MURTI
(ketakutan)
Mbok Usrek?
MURTI
(Ke luar kamar, mengunci pintu)
Aku berhalusinasi.
MBOK USREK
(Berdiri di sebelah Murti)
Lari, Bu. Lari.
MURTI
(Menjerit kaget)
Mbok Usrek?
MBOK USREK
(Berkata datar)
Di belakang Ibu.
MURTI
(Kebingungan)
Apa, Mbok?
Murti menoleh ke belakang dan melihat sosok Leak Rangda berdiri tegak. Kepalanya miring perlahan. Leak Rangda itu berjalan perlahan ke arahnya. Murti menoleh lagi ke Mbok Usrek, tapi sudah hilang. Murti lalu lari menjauhi Leak Rangda itu tapi terpeleset. Dia terpelanting ke lantai. Menyaksikan Leak Rangda yang terus mendekatinya.
MURTI
Kamu! Mau apa kamu?
CLOSE UP: Wajah Murti yang ketakutan.
FADE IN: