Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bisikan Tsabur
Suka
Favorit
Bagikan
3. Dukun Ramal

FADE IN

07. EXT. PASAR MALAM ALUN-ALUN KOTA (MALAM)

Cast: Asa, Agni, Leak Rangda 

ESTABLISH: PASAR MALAM

Di depan wahana Bianglala, Asa dan Agni (20 tahun, jangkung atletis, rambut panjang sepunggung, tingginya hampir sama dengan Asa, bicara medhok Jawa) bertemu. Agni mencangklong tas ransel, bercelana jeans, berbaju kotak-kotak lengan panjang. Asa melihat ke sekeliling. Tersenyum keheranan. Keduanya berjalan menyusuri stan-stan Pasar Malam.

ASA

Serius, waktu kecil kamu sering datang ke sini?

AGNI

Serius. Setiap tahun. 

Waktu kecil aku punya pengasuh. Namanya Mbok Usrek. Setiap ada pasar malam, Mbok Usrek yang selalu mengantarku ke sini. Naik bianglala, komedi putar, menonton Barong.

ASA

(Mengerit dahi, apreori)

Barong? Modern juga selera kamu.

AGNI

Sebenarnya, Mbok Usrek yang suka. Karena aku sering diajak nonton, lama-lama jadi biasa.

ASA

Barong bukannya khas Bali, ya?

AGNI

(mengangguk)

Iya. Makanya kalau di kota ini, hanya ada pagelaran satu tahun sekali. Di Pasar Malam ini.

ASA

Kamu suka apanya?

AGNI

Dulu lebih ke ngeri sebenarnya. Takut dengan Leak Rangda. Perempuan tukang sihir musuh Barong. Serem tahu. Mata melotot. Lidah menjulur. 

ASA

Sekarang masih takut?

AGNI

(menggeleng)

Dia, kan, cuma aktor pakai kostum saja.

ASA

(Melihat ke sekeliling)

Waktu kecil ke sini nggak sama Bapak Ibu kamu?

AGNI

(Menggeleng)

Ibu sesekali ikut. Tapi, begitu sampai Pasar Malam, Ibu tidak tahu ke mana. Aku dititip ke Mbok Usrek. 

Kalau sudah mau pulang, baru Ibu muncul lagi.

ASA

Mbok siapa tadi?

AGNI

Mbok Usrek.

ASA

Mbok Usrek di mana sekarang? 

Aku nggak pernah ketemu setiap ke rumah.

AGNI

Waktu aku umur delapan atau sembilan tahun gitu, Mbok Usrek tidak di rumah lagi.

ASA

Ke mana? Jadi Selebgram?

AGNI

(Mencubit lengan Asa)

Kata Bapak pulang kampung. Cuma aku ragu. 

Ibu juga kayak yang tidal yakin setiap aku tanya. Seolah-olah Mbok Usrek hilang begitu aja.

ASA

(Meringis, mengelus lengan)

Kamu nggak pengin nyari?

AGNI

Berkali-kali aku tanya ke Ibu di mana alamat Mbok Usrek. Tapi Ibu jawab tidak tahu. Tahunya Gunungkidul aja. Itu, kan, luas banget. Satu kabupaten. Gimana carinya?

Perbincangan mereka terjeda oleh seseorang berkostum Leak Rangda berdiri mematung di panggung pagelaran yang dilewati Agni dan Asa. Awalnya Agni biasa saja sampai dia tersentak ketika Leak Rangda itu bersiul lagu anak yang pernah muncul dalam mimpinya.

AGNI

(Menyeret lengan Asa, berjalan cepat.)

Kita pergi, Sa.

ASA

Ke mana?

AGNI

(Menoleh ke Leak Rangda.)

Ke mana aja. Asal nggak lihat dia.

ASA

(Menoleh ke Leak Rangda)

Itu si Leak Rangda?

AGNI

(Gelisah)

Pergi, yuk.

ASA

Katamu tadi sudah biasa? Nggak takut lagi.

AGNI

(mengembunyikan wajah di lengah Asa)

Ini beda, Sa.

ASA

Apanya yang serem, sih? 

Leak Rangda nggak ada wibawanya gitu. Kayak hantu-hantu di acara Uji Nyali. 

Agni melihat tenda Dukun Ramal dan menyeret Asa ke sana.

ESTABLISH: Tenda Dukun Ramal dengan papan kayu bertulis Ahli Horoskop Jawa.

AGNI

Ke tenda itu saja.

ASA

Kamu nggak perlu diramal? Udah pasti aku masa depan kamu.

AGNI

(Menoleh ke Leak Rangda yang masih melihat kepadanya)

Please, deh, Sa.

CUT TO:

08. INT. TENDA PERAMAL (MALAM)

Cast: Asa, Agni, Dukun Peramal

Asa dan Agni masuk dengan enggan ke tenda itu dan disambut oleh seorang perempuan tua, berpakaian jawa kuno (konde, kebaya, kain lurik) yang mempersilakan mereka. 

Celingukan, Agni dan Asa menurut meski apreori. 

DUKUN PERAMAL

(Terlalu ramah)

Silakan masuk. Monggo monggo, Cah Ayu, Cah Bagus. Silakan duduk.

ASA

(Menoleh ke Agni)

Kamu yakin, Sayang?

AGNI

(Menggeleng lemah)

Iseng sajalah.

DUKUN PERAMAL

(Menyerahkan buku kumal dan kuno)

Silakan diisi dulu bukunya.

ASA

Nulis apa, Mbah? Cita-cita?

DUKUN RAMAL

Nama, alamat, hari dan pasaran lahir. Agar saya bisa membaca hidup kalian.

ASA

(Menerima buku itu)

Saya lahir tahun kabisat, Mbak. Nggak bisa diramal.

AGNI

(Mengambil buku dari Asa)

Aku aja.

ASA

Kamu hafal hari pasaran kamu?

AGNI

(Menulis di dalam buku itu)

Orang Jawa semua tahu hari pasaran kelahirannya.

DUKUN PERAMAL

(Terkekeh)

Orangtuamu pasti nguri-nguri warisan leluhur. 

Menjaga budaya para pendahulu, Cah Ayu.

AGNI

(Mengembalikan buku)

Ini, Mbah.

DUKUN RAMAL

(Membaca buku, wajahnya memucat)

Agni. Namamu bermakna api. Kamu orangnya, Nduk.

AGNI

(Keheranan)

Maksud Simbah apa?

DUKUN PERAMAL

Kamu yang dia cari?

AGNI

(Semakin keheranan)

Siapa yang mencari saya?

DUKUN PERAMAL

(Mengangguk-angguk)

Kamu pernah memimpikan dia, bukan?

AGNI

(Memeluk lengan Asa)

Memimpikan siapa?

DUKUN RAMAL

(Gemetaran)

Jangan dengarkan dia, Nduk. 

ASA

(Agak terganggu)

Simbah membuat kekasih saya takut.

DUKUN RAMAL

(Suaranya menegas)

Kalian memang harus takut terhadap Tsabur.

AGNI

(Berusaha mengingat-ingat)

Tsabur?

DUKUN PERAMAL

Dia sedang mengamatimu, Nduk. Dia akan memburumu.

ASA

(Kesal, berkomentar seenaknya)

Siapa Tsabur? Siapanya Mak Lampir?

DUKUN RAMAL

(Fokus kepada Agni)

Jangan dengarkan bisikannya. Dia akan menghancurkan hidupmu.

ASA

(Membimbing Agni)

Kita pergi, Sayang. Lama-lama malah aku yang ketakutan.

DUKUN RAMAL

Hati-hati dengan bisikannya, Nduk.

AGNI

(Menggeleng-nggeleng)

Saya tidak ngerti.

ASA

Agni. Ayo pergi. 

DUKUN RAMAL

(Berteriak)

Tsabur akan menipumu. 

Dia akan menghancurkan hidupmu!

CUT TO:

09. EXT./INT. DALAM MOBIL ASA MENUJU RUMAH KELUARGA AGNI (MALAM)

Cast: Agni, Asa

Di dalam mobil sedan Asa, Agni masih syok. Wajahnya menyiratkan kebingungan.

AGNI

(Merasa ngeri)

Aku ingat nama itu, Sa.

ASA

(sambil menyetir)

Nama siapa?

AGNI

Tsabur. Satu-satunya mimpi yang tidak pernah aku lupakan sejak kecil.

ASA

Kamu masih mikir omongan tukang ramal itu? 

Wujudnya aja kayak sapu ijuk kencan sama kaus kaki bau lalu punya anak. Masa kamu percaya?

AGNI

(Meninju lengan Asa)

Serius, dong, Sa.

ASA

(Meringis)

Kamu mimpi tentang Tsabur?

AGNI

(Mengangguk)

Mimpi yang mengerikan. Aku aku dikejar-kejar wujud Leak Rangda yang mengaku bernama Tsabur.

ASA

Pantes kamu parno sama Leak Rangda. Berapa umur kamu waktu itu?

AGNI

Lima tahun. Aku baru saja berulang tahun ke lima. Tidak mungkin lupa.

ASA

(Keheranan)

Kamu ingat mimpi yang kamu alami waktu umur lima tahun?

AGNI

(Gemetar)

Mimpi itu menakutkan sekali. Aku aku terbangun di kamarku malam-malam. 

Aku mau mencari Bapak dan Ibu lalu aku melihat Bapak menyeret Leak Rangda yang sudah mati di lorong rumah. 

ASA

(Dua alisnya menaik)

Wajar kamu bingung, Sayang. Kamu masih kecil.

AGNI

(Agak histeris)

Entahlah, Sa. Bagian Bapak menyeret tubuh Leak Rangda nyata banget. 

Aku ingat hari itu Bapak memanggil kesenian Barong pesta ulangtahunku. Orang-orang di kampung senang melihat lapon Barong melawan Leak Rangda.

ASA

Lagian aneh banget bapakmu. Ulang tahun bukannya ngundang anak yatim. Ini malah ngundang setan jadi-jadian.

AGNI

Bapak biasa mengundang wayang, kethoprak, sampai barong setiap punya hajat, Sa.

ASA

(Mengangguk-angguk sekadarnya)

Terus kamu bilang apa yang kamu lihat itu ke bapakmu?

AGNI

Ya. Kata Bapak, itu khayalanku saja. 

Katanya, setelah pesta ulangtahun, Leak Rangda itu langsung pergi. 

Tidak mungkin aku melihatnya lagi. 

ASA

(Mengangkat bahu)

Syukurlah. Misteri terpecahkan.

AGNI

Itu bohong, Sa. 

Sejak hari itu, aku tidak percaya kepada bapakku lagi. Apalagi beberapa tahun setelah itu, Mbok Usrek juga menghilang.

ASA

Apa dugaanmu?

AGNI

(Menggeleng)

Entahlah.

ASA

(Menginjak rem. Mobil berhenti tajam.)

Tunggu-tunggu.

AGNI

(Kaget)

Jangan gila, dong, Sa?

ASA

(Menoleh serius)

Kamu nggak mikir bapak kamu benar-benar membunuh Leak Rangda itu, kan?

AGNI

(Diam sebentar)

Bertahun-tahun aku berusaha lupa kejadian itu. Bahkan begitu masuk SMP, aku minta dikirim ke boarding school agar jauh dari rumah. Tapi, omongan Peramal tadi bikin aku ingat peristiwa itu lagi.

ASA

Tentang Tsabur?

AGNI

(Mengangguk)

Tentang semuanya. Keluargaku sakit, Sa. Aku sebenarnya ngeri. 

Kalau tidak karena Ibu memohon-mohon, aku tidak akan pulang ke rumah itu.

ASA

Kamu sadar sedang membicarakan siapa, Sayang?

AGNI

Aku pernah cerita ke kamu, orang-orang selalu membicarakan bapakku dan pabrik es baloknya. Kata mereka, Bapak memelihara jinlah, punya perjanjian dengan setanlah, pesugihanlah.

ASA

Aku ingat. Aku juga ingat kalau aku selalu bilang kamu nggak perlu mendengarkan mereka.

AGNI

Bapak tidak pernah berperilaku normal. Sedangkan Ibu tidak pernah memberi jawaban yang memuaskan. Tentang apa pun.

ASA

Itu bukan alasan kuat.

AGNI

Bapak punya kamar keramat di rumah. Tidak pernah ada yang berani masuk. Bau kemenyan setiap malam. Aku ingat, ketika aku memergoki Bapak, dia sedang berusaha menyeret Leak Rangda itu ke kamar itu.

ASA

(Menyalakan mesin, menjalankan mobilnya lagi)

Semua itu spekulasi, Sayang. Aku harap kamu masih berpikir jernih. Bapak kamu sukses karena memang dia bekerja keras. Manusia selama ribuan tahun selalu memakai hal-hal supranatural untuk menjawab keterbatasan akal mereka.

AGNI

Aku mahasiswa filsafat, Sa. Tentu saja aku tidak percaya hal-hal klenik.

ASA

Lalu kenapa kamu membiarkan semua spekulasi itu membuat pikiranmu kacau? Sampai-sampai berprasangka buruk kepada orangtuamu sendiri.

AGNI

(Nada bicaranya meninggi)

Tentu saja karena di sini yang masih waras itu aku. Bukan bapak dan ibuku. Kalau mereka percaya pesugihan, perjanjian dengan setan, tumbal, dan benar-benar mempraktikkanya bagaimana?

ASA

Kamu pikir Leak Rangda yang kamu lihat itu berhubungan dengan penumbalan.

AGNI

Termasuk hilangnya Mbok Usrek.

ASA

Itu tudingan serius, Sayang.  

 

AGNI

(Mengambil tas ransel besar dari jok belakang)

Yang pasti masa kanak-kanakku sudah hancur oleh peristiwa itu. 

Aku jadi paranoid seumur hidup.

ASA

(Melirik)

Kamu masih bawa-bawa senjata pusakamu?

AGNI

(Membuka tasnya, mengambil linggis army 6 in 1)

Aku tidak pernah merasa aman lagi, Sa. 

ASA

Ini kunjungan makan malam, Agni. Kamu tidak butuh itu.

AGNI

Entahlah, Sa. Aku merasa terlindungi setiap membawa benda ini.

CLOSE UP : Wajah Asa mengernyit. Merasa aneh.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar