Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bisikan Tsabur
Suka
Favorit
Bagikan
6. Kamar Kosong Sasongko

FADE IN:

19. EXT. TITIK NOL KANTOR POS BESAR KOTA JOGJA (MALAM)

Cast: Agni, Asa

Agni berjalan di tengah kota sambil menelepon. Bahasa tubuhnya tampak penuh khawatir dan panik. Dia menelepon Asa.

INTERCUT: 

AGNI

Sa, halo?

ASA

Halo, Sayang.

 

AGNI

Kamu di mana?

ASA

Aku di sini untukmu. Kamu perlu apa? 

AGNI

(Memutar mata)

Sa, aku khawatir sama Ibu. Dari tadi pagi aku telepon, HP- nya nggak aktif.

ASA

Kamu sudah telepon rumah?

AGNI

Sudah. Bapak yang angkat.

ASA

Kata bapakmu apa?

AGNI

Tidak masuk akal. Masa kata Bapak, Ibu pergi begitu saja.

ASA

Pergi ke mana?

AGNI

Ke luar kota, katanya.

ASA

Beneran kamu nggak dihubungi ibumu sama sekali?

AGNI

Tidak.

ASA

WA?

AGNI

Sudah kubilang, HP nya mati, Sa.

ASA

Rencana kamu gimana?

AGNI

Antar aku ke rumah, ya.

ASA

Kamu di mana sekarang?

AGNI

(melihat sekeliling)

Titik Nol Kota.

ASA

Tunggu di situ. Lima belas menit aku sampai.

AGNI

Cepetan, Sa.

ASA

Oke. Oke.

CUT TO:

20. EXT. INT. TERAS RUMAH SASONGKO (MALAM)

Cast: Asa, Agni

Mobil Asa memasuki pekarangan rumah Sasongko. Diparkir sebelahan dengan SUV Sasongko Keduanya lalu turun dan menuju pintu. 

SOUND EFFECT: Suara mobil berhenti, pintu mobil agak dibanting. 

CUT TO:

21. EXT. INT. TERAS RUMAH SASONGKO (MALAM)

Cast: Asa, Agni, Sasongko

Asa dan Agni sampai di pintu rumah. Agni mengetuk pintu dengan keras. Sasongko membukanya.

AGNI

(ketus)

Ibu mana, Pak?

SASONGKO

Sudah Bapak katakan, ibumu pergi.

AGNI

Tidak mungkin Ibu pergi tanpa mengabariku.

SASONGKO

Kami sempat berselisih pendapat dan ibumu perlu menenangkan diri.

AGNI

Aku tidak percaya.

SASONGKO

Bukannya kamu yang menyuruh ibumu pergi?

AGNI

(Diam sebentar)

Aku mau mengecek kamar.

SASONGKO

Ibumu tidak di rumah, Agni.

AGNI

Kalau memang tidak ada yang Bapak sembunyikan, kenapa khawatir?

Sasongko memberi jalan. Agni masuk rumah diikuti Asa.

CUT TO:

22. INT. KAMAR SESAJI SASONGKO (MALAM)

Cast: Asa, Agni, Sasongko

Agni berteriak-teriak memanggil ibunya di sepanjang lorong rumah. Lalu berhenti di kamar rahasia bapaknya.

AGNI

(Berdiri di depan kamar keramat)

Ibu tidak ada di kamarnya. Pasti ada di sini. Ibu! Ibu di dalam?

SASONGKO

Itu kamar kosong, Agni. Tidak ada siapa-siapa di dalamnya.

AGNI

Mana kuncinya, Pak?

SASONGKO

Kuncinya hilang.

 

AGNI

Berikan kuncinya atau aku dobrak.

SASONGKO

Sudah Bapak katakan ...

AGNI

(Menggunakan bahunya berusaha mendobrak pintu)

Ibu Ibu! Bantu, Sa.

ASA

(Mendekati Agni tapi masih ragu membantu)

Sabar dulu, Agni.

SASONGKO

Kamu keras kepala, Agni!

AGNI

Kalau sampai ada apa-apa dengan Ibu, aku tidak akan memaafkan Bapak.

SASONGKO

Memangnya kamu pikir ibumu kenapa? Dia pergi. Mungkin sekarang dia dinner sama teman-temannya di Bali.

AGNI

(Mendobrak-dobrak lagi)

Sa! Jangan diam saja dong!

ASA

(Mulai bantu menggebrak pintu)

Oke oke.

SASONGKO

(Mengangkat kunci pintu)

Ini daripada kalian bikin ngerusak.

AGNI

(Menghampiri bapaknya, menyambar kunci)

Tadi katanya hilang?

SASONGKO

Itu kunci duplikat. Kunci aslinya memang hilang.

AGNI

(Membuka pintu dengan buru-buru)

Alasan.

CUT TO:

INT. KAMAR PRIBADI SASONGKO (MALAM)

Cast: Asa, Agni, Sasongko

Agni lalu memaksa masuk ke kamar Sasongko. Tidak ada apa-apa. Ruangan benar-benar kosong. 

AGNI

(Tak percaya, menelisik ke seluruh kamar)

Tidak mungkin. Kamar ini tidak mungkin kosong.

ASA

(Menghampiri Agni)

Harusnya ada apanya?

AGNI

Apa pun, tapi tidak kosong begini. Kamar ini jelas habis dikosongkan.

ASA

Atau memang kamu yang terlalu khawatir, Agni?

AGNI

(Membalikkan badan ke bapaknya di pintu)

Kamar ini kenapa harus dikosongkan, Pak?

SASONGKO

Dari kamu kecil kamar ini memang tidak ada isinya.

AGNI

(Geleng-geleng)

Tidak mungkin.

SASONGKO

Terserah kamu mau percaya atau tidak.

AGNI

(Menoleh ke sana sini)

Pasti Bapak menyembunyikan sesuatu.

 

ASA

(Berjongkok, mengambil 

selembar kertas dari lantai balik pintu)

Agni, lihat ini.

AGNI

(Menerima selembar kertas kumal dari Asa)

Apa ini?

ASA

Tulisan aksara Jawa. Kamu bisa baca?

AGNI

(Mengangguk lalu membaca)

Sampai SMP aku masih dapat pelajarannya. 

Sedulur papat, kalima pancer.

SASONGKO

(Menghampiri Agni)

Kertas apa itu?

AGNI

(Buru-buru menyimpan kertas itu di saku)

Ini rahasia Bapak?

SASONGKO

Itu bukan punya Bapak. Tidak ada kertas seperti itu di kamar ini.

AGNI

Aku belum baca semua tapi Bapak sudah yakin ini bukan punya Bapak.

SASONGKO

Agni! Cukup kecurigaan kamu. Tidak ada yang Bapak sembunyikan.

AGNI

O, iya? Biar polisi yang membuktikan.

SASONGKO

Polisi? Maksudmu?

AGNI

Ibu hilang. Aku akan melapor ke polisi. Biar mereka yang menyelidiki.

SASONGKO

Kamu mau melaporkan bapakmu sendiri?

AGNI

(Menerobos pintu kamar, melewati Sasongko)

Aku akan melakukan apa pun untuk menemukan Ibu.

ASA

(Menyusul Agni)

Permisi, Om.

SASONGKO

(Menahan bahu Asa)

Asa.

ASA

Ya, Om?

SASONGKO

(Gemetar, khawatir)

Om titip Agni. Lindungi dia.

ASA

Maksud, Om?

SASONGKO

Lindungi dia dari keinginannya sendiri.

ASA

(Keheranan)

Baik, Om.

FADE IN:

23. EXT. INT. MOBIL ASA (MALAM)

Cast: Asa, Agni

Di dalam mobil, Asa dan Agni awalnya saling diam. Agni tampak sangat tegang.

ASA

(Berhati-hati)

Kamu yakin melaporkan ini ke polisi?

AGNI

Sekarang aku tidak yakin mau melakukan apa pun, Sa.

ASA

Kamu mau tahu pendapatku?

AGNI

Kamu pasti melarangku lapor polisi.

ASA

Aku tidak melarangmu untuk lapor. Tapi, setidaknya tunggu setelah 2 kali 24 jam. Karena kita betul-betul nggak tahu apa yang sedang terjadi. 

Polisi pun nggak akan serta-merta turun tangan, Agni. 

AGNI

Lalu kita harus ngapain?

ASA

Ikuti bukti.

AGNI

Bukti apa?

ASA

Kertas di tanganmu itu bisa jadi bermakna sesuatu.

AGNI

(Mengambil kertas di saku bajunya)

Aku hanya bisa membaca bunyi sedulur papat kalimo pancer. 

Kalimat lainnya memakai tanda baca yang lebih rumit.

ASA

Kamu punya kenalan yang bisa membacanya? Mengerti maknanya?

AGNI

Mungkin guru SMP-ku.

ASA

Kamu tahu alamatnya?

AGNI

(Memutar mata)

Tentu saja tidak.

ASA

Jalan buntu, kalau begitu.

AGNI

(bersemangat)

Kukira aku tahu siapa yang bisa membantu kita.

ASA

(seenaknya)

Pacar SMP-mu?

AGNI

(masa bodoh)

Dukun Ramal di Pasar Malam Alun-alun Kota.

ASA

Kok, dia?

AGNI

Kalau benar ini semacam mantra milik Bapak, Dukun itu pasti paham. Lagipula keduanya saling kenal.

ASA

Bapakmu kenal dukun itu?

AGNI

(mengangguk)

Aku ceritakan sambil jalan. Sekarang kita ke Alun-alun Kota, Sa.

FADE IN:

24. INT. TENDA DUKUN RAMAL (MALAM)

Cast: Asa, Agni, Dukun Peramal

Agni dan Asa duduk di depan Dukun Peramal yang tampak serius membaca tulisan pada kertas yang dia terima dari Agni.

DUKUN RAMAL

(Membaca tulisan. Wajahnya ketakutan, khawatir)

Dari mana kamu dapat mantra ini?

AGNI

Bapak saya.

DUKUN RAMAL

Bapakmu? Siapa bapakmu?

AGNI

(Jengah)

Mbah, saya mau kembali ke tempat ini bukan diramal atau mau memakai jasa Simbah. Saya hanya ingin tahu apa bunyi dan arti kalimat berhuruf Jawa itu. Saya tidak ingin ditanya-tanya.

DUKUN RAMAL

Jawabanku bergantung pada jawabanmu. Siapa bapakmu?

ASA

(Menyentuh bahu Agni)

Sebaiknya kamu terus-terang, Agni.

AGNI

Nama bapak saya Sasongko. Dia pernah menemui njenengan bertahun-tahun lalu.

DUKUN RAMAL

Sasongko? Juragan es balok itu?

AGNI

(Mengangguk)

Benar, Mbah.

DUKUN RAMAL

(Wajahnya memucat)

Karma karma.ternyata kamu anak Sasongko. 

Semua jadi masuk akal. 

AGNI

Apa isi tulisan itu, Mbah?

DUKUN RAMAL

(Menggeleng-geleng)

Bapakmu sudah kebablasan, Nduk. Dulu aku sudah menyuruhnya berhenti. Tetapi, dia terus mengikuti kehendak hatinya. Tulisan dalam kertas ini adalah mantra penumbalan jiwa manusia.

AGNI

(Membelalak)

Pesugihan?

DUKUN RAMAL

Aku sudah mengingatkan ibumu untuk membawamu pergi menjauh dari bapakmu. Tapi, kurasa ibumu tidak mendengarkan nasihatku.

AGNI

Bagaimana Simbah tahu kalau Ibu tidak mau pergi?

DUKUN RAMAL

Kamu tidak akan ada di sini jika ibumu menuruti nasihatku.

AGNI

(mulai panik)

Ibu hilang, Mbah. Apakah ada hubungannya dengan peristiwa itu?

DUKUN RAMAL

Di Tanah Jawa, ratusan tahun lalu, muncul sekte sempalan Bhairawa yang ganas. Mereka menyelewengkan ajaran Sedulur Papat Kalimo Pancer untuk mengorbankan jiwa manusia. Empat orang dengan unsur alam yang berbeda-beda.

AGNI

Mereka dibunuh?

DUKUN RAMAL

(Mengangguk)

Dipersembahkan kepada Iblis. Empat orang itu dipilih lewat hitungan nepton atau genep weton. Genap hitungan hari kelahiran. Empat orang itu lahir dengan watak hari pathol atau peso. Hari-hari sial.

AGNI

Ibu saya?

DUKUN RAMAL

(Menatap Agni ekspresi jerih)

Ibumu lahir Selasa Legi, unsurnya api, bersifat peso. 

AGNI

(Tergagap)

Ibu saya adalah korban tumbal sedulur papat, Mbah?

DUKUN RAMAL

Aku sudah mengingatkan bahwa hidupnya dalam bahaya. 

Sekarang aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi.

AGNI

(Terkesiap)

Jadi jadi ibu saya kemungkinan sudah mati?

DUKUN RAMAL

Tanyakan kepada bapakmu. Dia pasti tahu.

FADE IN:

25. INT. RUANG TAMU RUMAH SASONGKO (MALAM)

Cast: Asa, Agni, Sasongko

Agni dan Sasongko bersitegang di ruang tamu. Bertengkar hebat.

AGNI

(berdiri menuding Sasongko)

Bapak tidak bisa mengelak lagi. Bapak sudah menyakiti Ibu. Mungkin sudah membunuhnya.

SASONGKO

Bicara apa kamu, Agni!

AGNI

(Menunjukkan kertas beraksara Jawa)

Tidak usah berpura-pura, Ini mantra pengorbanan manusia. Bapak mengorbankan Ibu untuk apa? Kekayaan? Masih kurang apa yang Bapak punya?

SASONGKO

Pikiran gila dari mana yang kamu bawa, Agni? Bapak tidak mungkin menyakiti ibumu.

AGNI

(Mengangguk-angguk satire)

Ya sama tidak mungkinnya Bapak membunuh Leak Rangda pada pesta ulangtahuku ke lima dan Mbok Usrek.

SASONGKO

(Tersentak)

Kamu. 

AGNI

Kenapa? Kaget karena aku tahu apa yang selama ini Bapak rahasiakan?

SASONGKO

Siapa yang sudah meracuni pikiranmu, Agni?

AGNI

Dukun peramal itu mengatakan fakta. Dia tidak meracuni siapa-siapa.

SASONGKO

Dukun bangsat Pasar Malam itu rupanya. Dialah yang membuat keluarga kita hancur, Agni.

AGNI

Dia menyuruh Bapak berhenti. Tapi, Bapak tidak mau mendengarkan.

SASONGKO

Oh sekarang dia lepas tangan! Menjadi orang baik? Padahal dia yang memulai semua ini. Dia meracuni pikiranmu Agni. Dulu dia meracuni pikiran ibumu. Sekarang kamu pun dia pengaruhi untuk membenci bapakmu.

ASA

(berusaha menengahi)

Om, sebaiknya kita bicarakan dengan tenang. 

Jika menuruti emosi kita tidak akan mendapat solusi.

SASONGKO

Asa harapan Om cuma kamu. Om minta kamu bawa Agni pergi jauh-jauh dari sini. Sebelum terlambat.

AGNI

Pergi jauh supaya Bapak bisa bebas dari tanggungjawab? 

Aku tidak akan membiarkan Bapak merajalela.

SASONGKO

Agni! Dukun Ramal itu adalah penyebab semua masalah dalam hidup kita. Kamu tidak boleh mempercayainya. Kalau ada yang harus Bapak bungkam itu dia.

AGNI

Bapak mau apa? Mau membunuh dia juga? Tidak cukup Ibu, Mbok Usrek, dan Leak Rangda itu yang Bapak bunuh?

SASONGKO

(Gemas tetapi tidak bisa berbuat apa-apa)

Kamu kamu keterlalun.

AGNI

(Menunjuk bapaknya lagi, setengah menangis)

Malam ini juga, aku akan lapor ke polisi. Aku tidak akan pergi ke mana pun sampai kupastikan Bapak menerima hukuman atas semua perbuatan jahat Bapak. Setan mana pun tidak akan bisa menyelamatkan Bapak.

SASONGKO

(Tertegun, gemetaran)

Sadarlah, Nduk.

FADE IN:

26. INT. KANTOR POLISI (MALAM)

Cast: Asa, Agni, IPTU Jazuli 

ESTABLISH: MAPOLRESTA

Agni, Asa, duduk bersebelahan, di hadapan IPTU Jazuli yang menerima laporan mereka. Di antara keduanya ada meja. Di atas meja ada mesin ketik. IPTU Jazuli (perwira muda, gagah, berkarisma, tenang) mengetik pernyataan Agni.

IPTU JAZULI

Jadi, kamu mulai hilang kontak dengan Ibu kamu, tadi pagi?

AGNI

Terakhir, Ibu kirim pesan WA tadi malam, Pak

IPTU JAZULI

Iya. Lalu, tadi pagi kamu menghubungi ibu kamu sudah tidak bisa?

AGNI

(Mengangguk)

Saya yakin ibu saya mengalami hal buruk.

IPTU JAZULI

(Mengernyit)

Kamu yakin itu dari mana?

AGNI

Saya sudah mengecek rumah, Ibu tidak ada. Tidak ada pesan apa-apa. 

HP tidak aktif. 

IPTU JAZULI

Apa kata bapakmu?

AGNI

Ibu pergi ke Bali. Tapi itu tidak mungkin.

IPTU JAZULI

Tidak mungkin bagaimana?

AGNI

Ibu ke mana pun tidak pernah sedirian. Apalagi ke Bali.

IPTU JAZULI

Orang kadang tidak terduga, Mbak. Saya kira tidak ada salahnya kamu bersabar. Bisa jadi ibu kamu memang ingin menenangkan diri. Pergi sendiri tanpa ada yang mengganggu. 

ASA

Apa Bapak tidak bisa memeriksa, Pak? 

Saya kira polisi akan lebih teliti jika menemukan hal janggal.

IPTU JAZULI

Kita akan lihat perkembangannya nanti. Jika masih tidak ada kabar dari ibu kamu sampai besok, kami akan mengecek rumah keluargamu.

AGNI

Terimakasih, Pak.

IPTU JAZULI

Sama-sama, Mbak.

ASA

(Mengajak bersalaman)

Kami pamit dulu, Pak. Besok kami akan kembali ke sini.

IPTU JAZULI

(Tersenyum, menyambut tangan Asa)

Saya berharap dengan kabar gembira.

CUT TO:

27. EXT. PARKIRAN MAPOLRESTA (MALAM)

Cast: Agni, Asa

Agni berjalan gelisah menuju mobil Asa. Asa di sebelahnya berusaha menenangkan.

AGNI

(Bersidekap)

Masa tidak ada yang bisa kita lakukan, Sa? 

Aku takut kita terlambat.

ASA

Polisi tahu apa yang harus mereka kerjakan, Sayang. 

Kamu tadi sudah bagus karena tidak terpancing menuding bapakmu. Tanpa bukti, itu malah akan merumitkan masalah.

AGNI

Aku masih pusing memahami kaitan ini semua. 

Ibu hilang, kertas mantra itu, Dukun Peramal.

ASA

(Berhenti berjalan. Meletakkan kedua tangan ke bahu Agni)

Aku kira kamu harus menemui sahabatku.

AGNI

Siapa?

ASA

Baha namanya. Dia mahasiswa psikologi juga, tapi pengetahuan dia tentang hal-hal begini bisa diandalkan.

AGNI

Pengetahuan klenik maksudmu?

ASA

(Menggeleng)

Dia santri, Agni. Dia akrab dengan kitab-kitab tua. Aku yakin kamu akan mendapat jawaban yang kamu cari.

AGNI

(Bersemangat)

Kapan aku bisa ketemu?

ASA

Dia sedang sibuk penelitian. Tapi, kukira kalau malam, dia bisa. 

Besok malam bagaimana?

AGNI

Oke.

 

FADE IN:

28. INT. LP ANAK (PAGI)

Cast: Baha, ABG Pembunuh

Baha berhadap-hadapan dengan ABG pembunuh. ABG Pembunuh duduk dengan kaki rapat. Tangannya terborgol menyatu di pangkuan. Ada HP aktif aplikasi recorder di atas meja. Baha memegang pulpen, ada buku catatan hadapannya.

BAHA

Bisikan-bisikan yang waktu itu kamu bilang, sekarang masih suka muncul?

ABG PEMBUNUH

(Mengangguk)

Semakin sering.

BAHA

Apa bunyinya?

ABG PEMBUNUH

(Diam sebentar. Menatap Baha)

Bujukan untuk menyakiti orang.

BAHA

Sekarang, kamu dengar bisikan itu?

ABG PEMBUNUH

(Mengangguk lemah)

Iya.

BAHA

(Menegang)

Bisikan itu menyuruhmu menyakiti saya?

ABG PEMBUNUH

(Tersenyum ganjil)

Iya.

BAHA

(Berusaha santai. Membuka-buka buku catatannya)

Kamu tidak bisa melakukannya dengan tangan terborgol.

ABG PEMBUNUH

Kamu takut kepada saya?

BAHA

(Menemukan halaman yang dia cari.)

Tidak. 

Maaf sudah membuatmu kecewa.

ABG PEMBUNUH

Saya bisa mencium rasa takut.

BAHA

(Tertawa kecil)

Kalau kamu bisa menjawab pertanyaan saya, mungkin saya benar-benar akan merasa takut.

ABG PEMBUNUH

Pertanyaan apa?

BAHA

(Tersenyum)

Saya akan membacakan cerita pendek yang berujung dengan pertanyaan. Jika kamu menjawab dengan benar, kamu akan mendapatkan rasa takut saya.

ABG PEMBUNUH

Menarik.

BAHA

(Membaca catatannya)

Kakak beradik Hanna dan Merry baru saja ditinggal mati ibunya. Hanna dan Merry hadir di pemakaman ibu mereka itu. Selama pemakaman Merry memerhatikan seorang pelayat yang sangat tampan dan menawan. Merry tidak mengenalnya tapi merasa jatuh cinta. Karena situasi tidak memungkinkan, Merry tidak sempat mengajak dia berkenalan. Tidak lama setelah itu, Hanna ditemukan tewas terbunuh. 

Menurut kamu, siapa pembunuhnya dan apa alasannya?

ABG PEMBUNUH

(Dingin)

Merry.

BAHA

(Terhenyak)

Mengapa Merry membunuh Hanna?

ABG PEMBUNUH

Tentu saja agar bisa bertemu lagi dengan pelayat tampan itu.

BAHA

(Terdiam. Wajahnya menegang.)

SOUND EFFECT: NADA SAMBUNG TELEPON SELULER

BAHA

(Tergeragap, mengambil ponsel dari saku baju)

Halo, Sa. Kapan? Besok malam? Oke. Di kafe biasa? Aku ke sana.

CLOSE UP: WAJAH DINGIN ABG PEMBUNUH

FADE IN:

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar