Halaman Author
Kontrol semua karyamu pada halaman author, kamu bisa memublikasikan karya baru atau mengatur karyamu dengan mudah dalam satu tempat.
Bertahan atau Pergi
Suka
Favorit
Bagikan
12. Airin menghilang

31. INT. KAMAR KOS NO 5 – MALAM

Cast: AIRIN

Airin duduk menunduk di atas kasur. Menopang kepala dengan dua tangan di atas lutut. Badannya bersandar di dinding. Tiba-tiba ponselnya berdering. Ia mengangkat kepala kemudian mengambil ponsel yang berada tak jauh darinya.

32. EXT/INT – WARUNG “PENYETAN ABAH IWAN” – MALAM

Cast: AMBAR, CAK LIEM, ABAH IWAN, WILDAN

Ambar sibuk mengipasi ayam dan bebek saat Cik Liem tiba-tiba datang. Wanita tua itu dengan arogan menunjukkan foto di ponselnya. Ia menyodorkan layar ponsel itu ke wajah Ambar. Abah Iwan dan Wildan tampak terkejut. Pembeli di situ terdiam memperhatikan Ambar.

CIK LIEM

Liat ini kelakuan adik kamu? Masih mau bilang suamiku yang mata keranjang.

Ambar terdiam. Sementara Wildan berusaha menjauhkan Cik Liem dari Ambar. Abah Iwan menghampiri Ambar. Tampak pria bergamis itu mengatakan sesuatu.

Ambar mulai memperhatikan sekeliling. Ia seakan tersadar. Tanpa mengatakan apapun, Ambar pergi. Cik Liem masih meluapkan amarahnya sambil menunjuk-nunjuk Ambar. Abah Iwan mendatangi Cik Liem, terlihat menyuruh tenang.

33. EXT/INT. KOS– MALAM

Cast: AMBAR, DESI

Ambar tergesa-gesa memarkir motor di depan kos. Ia setengah berlari menuju ke kamar no 5. Tak terkunci. Kosong. Ambar melihat sekeliling kamar seakan Airin bisa sembunyi tiap sudut kamar.

Ambar segera mencari di sekitar kos mulai dapur, kamar mandi hingga bagasi. Tampak beberapa anak kos terheran melihatnya. Ambar pun terlihat bertanya ke setiap orang yang ia temui namun selalu mendapat gelengan.

Ambar sempat menabrak pundak salah satu penghuni kos ketika berjalan menuju bagasi. Tak ada Airin di tempat itu. Saat di bagasi, ia terlihat berpikir. Ambar segera berjalan menuju kamar no 1. Terkunci.

Ambar kembali berjalan menuju kamar no.5. Tetap kosong. Tangannya gemetar mengambil ponsel dari saku celananya. Dia mulai menekan nama kontak “Adek”. Kepalanya menoleh saat mendengar ponsel di kasur berdering. Desi tiba-tiba datang dan berdiri di ambang pintu.

DESI

Kak, aku dapat foto Airin dari....

(berhenti melihat Ambar menangis)

Ambar menuju lemari. Ia melihat baju Airin dan tasnya masih di situ. Matanya beralih ke meja. Ada dompet berwarna merah muda. Ambar membuka memastikan. Terlihat foto di dompet itu. Tampak dua anak, Ambar berusia 9 tahun sementara Airin masih 5 tahun. Mereka berdua tersenyum dan mengenakan gaun berwarna putih.

AMBAR

Dia kabur.

DESI

(mendekati Ambar)

Tidak mungkin. Mungkin saja dia cuma keluar cari makan.

AMBAR

(menggeleng)

Dia meninggalkan semuanya kecuali uang. Aku hapal sifatnya. 

DESI

(merangkul bahu Ambar)

Kak, sepertinya enggak mungkin Airin ambil keputusan senekat itu.

AMBAR

Seharusnya semalam aku bilang kalo aku sudah tau semuanya. Seharusnya aku bilang kalo dia harus di sini. Seharusnya....

(sesenggukan menangis)

DESI

(mengelus bahu Ambar)

Tenang, Kak.

(berpikir sejenak)

Mungkin dia balik ke desa.

AMBAR

(menggeleng)

DESI

Udah. Kakak tenang dulu. Besok pagi saku anterin ke desa. Kita berdua naik motor biar cepat. Gimana?

AMBAR

(terdiam sejenak, kemudian mengangguk)

Bagaimana kalo dia enggak ada di sana?

DESI

Ada. Pasti ada di sana.

Desi menatap langit – langit. Ia tampak ragu. Tangannya meremas bahu Ambar. Berusaha menguatkan.

Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Tidak ada komentar