Username/Email
Kata Sandi
Alamat Email
Kata Sandi
Jenis Kelamin
24. INT. KAMAR KOS NO.5 – DINI HARI
CAST : AIRIN, DESI
Airin terbangun mendengar suara ketukan pintu. Ia segera bangkit dan membuka pintu.TamPak Desi berdiri di depannya.
DESI
(berbisik)
Kak Ambar demam.
Airin terkejut.
DESI
Aku tidur di sini boleh? Sepertinya Kak Ambar marah besar.
Airin
(mengangguk)
Kalau gitu aku ke kamar Mbak Desi, kasian Mbak Ambar.
Airin langsung mengambil obat di laci. Ia mencari obat penurun panas. Bergegas Airin mengambil handuk kecil dan mangkok.
Desi yang mengantuk berat langsung tetidur saat kepalanya menyentuh bantal. Airin meninggalkan Desi dengan kamar tidak terkunci.
25. INT. KAMAR KOS NO. 1 – DINI HARI
CAST : AMBAR, AIRIN
Airin menangis melihat Ambar. Wajah Ambar tampak memerah sementara bibirnya pucat. Ia membangunkan Ambar pelan.
AIRIN
Mbak, bangun sebentar ya ? Ayo minum obat.
Ambar membuka mata pelan. Airin membantunya meminum obat kemudian kembali tidur. Airin segera memeras handuk kecil yang telah direndam air hangat di mangkok. Ia kemudian menempelkannya ke dahi.
AIRIN
Mbak Ambar mau teh manis anget? Sini aku bantuin minum, biar badannya enakan.
Kini Airin membantu Ambar meminum teh hangat. Setelah itu mereka berdua tertidur. Airin memilih tidur di lantai dengan posisi duduk. Sementara kepala di kasur.
26. INT. KAMAR NO 1 – PAGI
CAST: AMBAR, AIRIN, DESI
Ambar perlahan membuka mata. Tangannya meraba dahinya. Mengambil handuk kecil yang telah kering. Matanya menangkap Desi sedang menyisir rambutnya yang masih basah. Desi mengenakan kaos biru dan celana jeans. Ambar mengerang pelan, kemudian duduk.
DESI
Udah bangun, Kak? Gimana udah enakan?
AMBAR
(mengangguk)
Terima kasih ya?
DESI
Karena udah minjemin kamar? Enggak apa-apa lagi. Semalam aku tidur di kamar Kakak.
Ambar melihat handuk kecil yang masih di tangan, kemudian beralih ke mangkok kecil di sebelahnya. Masih ada air di dalamnya.
DESI
Mending Kak Ambar segera baikan sama Airin. Dia cemas banget semalam.
Desi menghampiri Ambar. Ia menempelkan tangan kanannya ke dahi Ambar, sebelum duduk di sebelahnya.
AMBAR
Kemana dia sekarang?
DESI
Tuh lagi masak bubur sumsum buat Kakak katanya. Aku juga minta. Lumayan sarapan gratis.
(tersenyum malu)
AMBAR
(mencibir)
Jam berapa sekarang?
DESI
Sudah jam 7. Waktu balik ke kamar subuh tadi, aku liat Kakak tidur pules banget.
Ambar terdiam. Airin masuk ke kamar, membawa bubur sumsum sepanci ukuran kecil. Di atasnya ia membawa mangkok dan sendok serta memeluk botol minuman.
AIRIN
(menatap Desi)
Ayo sarapan bareng, Mbak?
(beralih ke Ambar)
Mbak, gimana? Pusing? Mual?
AMBAR
(menggeleng pelan)
Kamu masak sendirian?
Airin menghampiri mereka. Ia meletakkan semua barang yang dibawanya.
AIRIN
Enggak. Tadi ada Mbak Maya lagi buat nasi goreng.
AMBAR
Ngomong apa dia ke kamu?
AIRIN
Dia enggak ngomong apa-apa. Diam saja. Aku sapa juga diam. Ada apa, Mbak?
AMBAR
Enggak ada apa-apa.
Ambar berusaha menutupi kepanikannya, sementara Desi menoleh curiga. Namun ia memilih tidak bertanya.
DESI
Okey. Ayo sarapan mumpung masih panas.
Airin mulai memindahkan bubur ke mangkok, lalu menuangkan cairan berwarna cokelat pekat, gula merah dari botol. Ia membagikannya ke setiap orang di ruangan itu.
AIRIN
Mbak, maaf hari ini aku enggak dikasih libur sama Cik Liem. Katanya terlalu mendadak.
AMBAR
Enggak apa-apa. Mbak juga udah enakan. Kayaknya nanti dibuat tidur seharian udah sembuh besoknya. Rencananya habis ini aku mau telepon Abah buat minta libur.
AIRIN
Nanti kalo Mbak pengen makan apa, bilang aja ya?
Ambar mengangguk. Ia hanya makan beberapa suap, kemudian berhenti. Desi menghabiskan makanannya. Sementara Airin terlihat tidak terlalu berselera. Ia berulang kali memperhatikan Ambar dan makanan berulang-ulang.
AMBAR
Kamu nanti hati-hati kerjanya. Enggak perlu mikirin Mbak. Mbak udah enakan. Habis ini mau istirahat ke kamar kita aja.
DESI
(tertawa)
Gitu dong. Sama saudara harus selalu akur.
Desi menghentikan tawanya karena mendapatkan tatapan tajam dari Ambar. Sementara Airin tersenyum malu.